webnovel
#ACTION
#SUPERPOWERS
#HOROR
#FIKSISEJARAH

UnHuman

Sinopsis : Ini adalah masa dari awal kekacauan yang sesungguhnya. Waktu di mana semuanya perlahan-lahan hancur, dan memasuki masa paling kelam dalam sejarah umat manusia. Dunia di mana adanya entitas makhluk selain manusia berkumpul. Pada awalnya manusia tidak menyadari keberadaan mereka, namun kini mereka sudah menyaksikan semuanya dengan mata kepalanya sendiri. Ini adalah dunia di mana keberadaan para makhluk mengerikan hidup secara terpisah dari mereka. Entitas yang memiliki kekuatan mengendalikan kekuasaan atas dimensinya. Mereka sang penguasa yang mengatur pantas atau tidaknya suatu esensi harus bertahan, atau dimusnahkan. Kisah kemudian bermulai ketika seorang pemuda terbangun tanpa bisa mengingat identitas dirinya sendiri. Kenyataan pahit harus diterima pemuda itu ketika mengetahui dunia kini sedang mengalami kehancuran massal akibat dari peperangan antar ras yang berlangsung lama. Umat manusia kini harus berjuang mempertahankan diri mereka terhadap ras baru yang disebut, Unhuman. Suatu entitas hasil dari ciptaan seorang penguasa. Masa depan yang kelam tengah menanti seluruh ras. Manusia maupun bukan manusia tidak lagi memiliki kepercayaan antar sesama. Konflik, perebutan kekuasan, dan genosida diberlakukan. Bagaimanakah nasib dunia ini selanjutnya? Genre : Fantasy, Action, Horror, Supernatural, Superpower, Shounen. Note : Cerita banyak mengandung kekerasan, darah, dan kata-kata kasar. -- Harap bijak dalam membaca cerita saya. Jikalau ada kesalahan kata dan suatu kalimat yang menyinggung suatu pihak, ini murni ketidaksengajaan --

AnggaraSensei · Fantasia
Classificações insuficientes
180 Chs
#ACTION
#SUPERPOWERS
#HOROR
#FIKSISEJARAH

Extra Chapter - Keluarga Clan Pemanah - Bagian II

Lagi-lagi suaraku terdengar kaku dan gemetar.

Dia mungkin terdengar baik, dan berusaha lembut dengan mengatakan semua itu.

Tetapi, apakah semua itu tadi memang tulus?

Perasaan ini memang telah tertutup sejak lama sekali, sehingga hatiku masih menolak memercayai semua kata-kata barusan.

"Setelah kesalahan lamaku dulu, aku tidak akan mengulanginya lagi. Bagaimanapun juga, adikmu bebas memilih masa depan yang mereka inginkan. Aku tidak akan memaksakan kehendakku lagi, seperti aku dulu pernah memperlakukanmu. Jadi—"

"Tolong hentikan ...!" Saat ia mulai membicarakanku, aku menyela dengan sedikit suaraku yang tertahan.

Hatiku merasakan gejolak marah bercampur sedih. Dia tidak seharusnya membahas hal ini di hadapanku.

Aku ... sudah tidak ingin mengingatnya lagi.

"Tolong dengarkan sekali saja. Aku sangat—"

"Hentikan!"

Dia masih mencoba berbicara meski suaraku semakin kukeraskan.

"Menyesal atas semuanya. Aku ingin—"

"Kubilang hentikan ocehanmu!"