webnovel

Kisah Bermula iii

Code Blash dan Hits ii

***

....

|SISTEM ON| >>>

RECOVERY MODE ACTIVE >>>

PROCES....

|SCANNING CLEAR|

Profesor kembali mengotak-atik komputernya, dia menggunakan mode saving sebelum kerusakan terjadi. Meskipun kecil kemungkinan, dia hanya bisa berharap pada keberuntungan. Ditambah dia dikejar dengan waktu, tanpa mengabaikan kekacauan di belakangnya dia berusaha semaksimal mungkin.

131-451-1 | 1-117-5; Data terakhir kedua objek sudah tertera, sekarang saatnya untuk pemograman, dia otak atik dan akhirnya memutuskan untuk memberi code name 'Blash' dan 'Hits'. Sekarang saat yang paling krusial dan juga berbahaya baginya, Profesor mengambil dua tabung elektrik kemudian dihubungkan pada perangkat.

<"Sampai kapan kamu akan melindungi makhluk rendahan itu."> teriak Blash di sela pertempuran.

<"Jika kamu lelah, sebaiknya berhenti. Berhenti dan kembalilah Blash."> Hits membalasnya, dia tanpa sadar menyebut nama code yang di program Profesor.

Mendengar namanya disebut tidak membuatnya senang atau luluh, Blash malah semakin geram. Dia tidak terima diberi nama oleh manusia yang dianggap lebih rendah darinya, mereka itu makhluk semesta, manusia harusnya patuh bukan memerintah. Namun, di lain sisi hati kecilnya berkata lain. Kata-kata yang tidak ingin didengar oleh Blash dari siapapun, termasuk Hits.

"Kembalilah ... Kembalilah ... Hentikan semua ini dan kembalilah."

Saat Profesor ingin menyentuh kelereng hitam, asap tipis membalut sarung tangan dan meleburkannya. Tidak habis pikir, menurutnya Blash terlalu protektif. Profesor segera mengganti sarung tangan dan mengambil penjepit baja, tentunya dilapisi dahulu. Sesuai perkiraan Profesor, molekulnya terlalu tebal untuk bisa melebur dengan cepat, dia yakin zat seperti asap itu tidak begitu menakutkan.

<"Apa yang coba kamu lakukan manusia!"> Blash berteriak kencang merasa intinya dalam bahaya, spontan dia menciptakan puluhan bola hitam dan benta tajam lainnya. Kemudian diluncurkan ke arah Profesor. Hits bergidik melihat serangan sebanyak itu, dia sendiri tidak yakin bisa menahan semuanya.

<"Bagaimana? Kamu tidak bisa menghentikan yang satu ini kan.">

Kelereng putih bersinar terang, detik itu juga Profesor merasakan sesuatu menyentuh punggungnya. Dia menoleh dan terkejut mendapati Hits terluka parah, -Blash sendiri juga terkejut. Hits berpindah tempat dengan 'Teleport', ditambah dia menggunakan sisa energinya untuk membuat pelindung. Bisa dikatakan dia itu bodoh, tidak lebih tepatnya nekat.

"Apa yang kamu lakukan!" Profesor panik, cahaya di kelereng putih meredup perlahan.

<"Sudah jelas bukan. Aku, melindungimu. Uhuk."> Hits terbatuk, dagunya menyentuh bahu Profesor. Meskipun tidak ada darah, tapi Profesor yakin dia terluka parah. Terihat ada puluhan senjata tajam dan lubang di tubuhnya.

"Regenerasinya terlalu lambat. Lukanya pasti cukup parah, ditambah energinya juga---." Profesor membaringkan tubuh Hits perlahan, entah mengapa senjata yang bersarang hilang begitu saja seperti asap.

"Kerja bagus, selanjutnya serahkan padaku." Lirihnya.

Profesor menatap lekat kedua inti Blash dan Hits, dia mengambil sesuatu dari balik laci kemudian berbalik menatap Blash. Dia acungkan pistol ke arah makhluk hitam itu.

Blash tertawa melihatnya, <"Mau apa kamu manusia. Perisaimu sudah roboh, kini terima saja ajalmu."> Ucapnya sombong.

Profesor tidak bergeming sama sekali dari provokasi Blash, bahkan dia sesekali melemparkan bola energi kecil -walau meleset. Blash sengaja melakukannya untuk menggertak, sayangnya itu tidak berhasil sama sekali.

"Terima ini!" Teriak Profesor, tanpa aba-aba dia menarik pelatuk dan menembak peluru timah.

Door....

Blash tersenyum mengejek, dia tidak akan terluka untuk kedua kalinya, dia merasa lebih. Tangannya dibentangkan kemudian ia alirkan asap hitam tipis di sekitarnya.

<"Bodoh, kamu pikir benda itu bisa menghentikan---"> ejeknya, tapi tercekat.

"It's Super Trap!" Profesor tersenyum dengan bangga, lebih senang lagi jika bisa melihat wajah Blash yang terkejut.

Sesaat setelah asap itu mengenai peluru, bukannya hancur tapi malah meledak. Cahaya benderang segera mengisi ruangan itu, konsepnya hampir sama dengan peluru suar. -peluru yang menciptakan cahaya terang dalam durasi 60 detik, biasanya digunakan untuk memberi tanda atau pun meminta bala bantuan-.

<"I-ini..."> Blash semakin terkejut saat merasakan energi yang tidak asing baginya.

Benar sekali, cahaya itu bukan sekedar plasma biasa yang ada dalam peluru suar melainkan energi milik Hits. Untuk diketahui, Profesor mengambilnya secara diam-diam sebelum mencoba untuk mengambil inti Blash. Niatnya untuk berjaga-jaga, ternyata berguna juga untuknya.

"Maaf." Lirih Profesor melirik kondisi Hits, mungkin Hits tidak akan terluka parah jika dia tidak mengambil energinya.

<"Jadi begitu, ya..."> Ucap Hits lirih, dia gerakkan tubuhnya meski masih lemas. Pantas saja dia merasa energinya terserap sebelumnya, rupanya Profesor yang melakukannya.

Hits bersyukur mempercayai Profesor, berkatnya juga dia tidak membuang energinya sia-sia. Berkatnya regenerasi tubuhnya lebih cepat, kemudian berkat area yang luas dia bisa mengendalikan semuanya. Atas kehendaknya, cahaya itu memadat dan memanjang membentuk jaring dan melilit Blash.

Blash seketika berteriak <"Argh.... Tidak Mungkin!">, tubuhnya menggeliat berusaha untuk melepaskan diri. Sesekali dia mengalirkan energi hitam membuat energi mereka bentrok, perlahan ikatan di tubuhnya melonggar. Merasa puas, Blash tersenyum mengejek jika dia akan segera lolos.

Sayangnya pikiran itu terbantahkan, Hits kembali mengalirkan energi dan menggunakan kemampuannya lagi. Tali itu berubah menjadi rantai cahaya, sinar tipis mendesak energi Blash untuk mundur.

<"Menyerahlah!"> Bentak Hits.

<"Tidak akan pernah!"> Tolak Blash cepat, dia juga mengalirkan energinya. Asap hitam mulai merembes keluar. Hits tidak ingin diam saja, dia juga mengalirkan energinya. Rantai yang melilit Blash bercahaya, semakin terang membuat Blash berteriak lagi.

|'Memulai pengaktifan'| ....

|'Melakukan scan data dan objek,'|

Profesor mulai mengaktifkan program komputer dan melakukan tugasnya. Pria itu tidak perduli dengan kejadian di belakangnya, ditambah percakapan mereka tidak lagi terdengar.

|'Data tersimpan, silahkan input code name dan jalankan perintah!'|

<"Ini kah akhirnya?!"> Lirih Blash.

Dia sadar jika usahanya sia-sia, Hits sudah mengerahkan semuanya pertanda dia serius. Blash menekan energinya perlahan, dia menyadari tidak ada gunanya melawan. Matanya terpejam, merasakan aliran energi di sekitarnya. Tempat itu penuh energi, buliran hitam dan putih melayang-layang seiras aliran energi yang datang dan pergi.

Prof memasukkan data yang diperlukan dan menulis manuskrip perintah sistem, termasuk memindahkan inti Blash. |'Menjalankan perintah!... Memulai penguncian objek'|, tabung kaca mulai bercahaya. Perlahan asap di ruangan itu terserap, pendar inti itu semakin pekat -mungkin karena warnanya hitam-.

<"Lebih baik lain kali, lain kali pasti berhasil.>" Pikirnya. Blash menekan energinya perlahan, tidak ada salahnya mengalah. Bisa saja menjadi pertanda awal kemenangannya. <"Aku menyerah."> Lirihnya.

Blash berhenti meronta, tubuhnya perlahan melebur dan terhisap perlahan. Meski begitu Hits tidak lengah, dia melihat semburat senyum di wajah Blash. <"Apa rencanamu Blash, kamu masih belum menyerah bukan!">

<"Oh, kamu tahu ya.... Lihat saja sendiri nanti,"> ujarnya, tubuhnya sendiri melebur dan memasuki tabung elektrik, <"Tunggu saja, aku pasti kembali!"> lanjutnya tertawa angkuh, hingga tubuhnya lenyap menyisakan Hits yang terdiam.

|'Penguncian Code Blash berhasil.'|

"Syukurlah, akhirnya selesai." Profesor bernafas lega, kekacauan berhasil di redam meski dia sendiri tidak yakin. Blash tiba-tiba berhenti, padahal energinya melonjak drastis di saat-saat terakhir, anehnya energinya tiba-tiba turun signifikan. Profesor tahu karena melihat data yang menunjukkan kurva keduanya.

Profesor berbalik, "Baiklah, sekarang saatnya un---." ucapnya tercekat. Hits terjatuh dan tersungkur, beruntungnya Profesor sempat menahan tubuh makhluk itu.

"Apa kamu baik-baik saja?" Paniknya.

Bodohnya Profesor malah bertanya, jika dilihat Hits tidak baik-baik saja. Cahaya di ruangan itu meredup ditambah luka dada Hits terbuka lagi, jawabannya sudah pasti -TIDAK-. Namun, berbanding terbalik Hits malah mengangguk seolah mengatakan, 'aku baik-baik saja, jangan cemaskan aku.'

Sama egoisnya Profesor, mencari kotak PPPK (Pertolongan Pertama Pada kecelakaan) untuk penanganan pertama, meski dia tahu hal itu tidak diperlukan. Hits bukanlah makhluk fana, bentuk sekarang hanyalah wujud sementara sehingga peralatan medis tidak banyak berguna. Tetapi, Profesor berusaha untuk menyangkalnya, nyatanya dia tetap membalut luka di dada Hits.

....

<"Terima kasih, Tu- manusia."> Hits berucap lirih, frekuensi di kepala Profesor begitu lemah.

Profesor melirik data Hits sembari memperhatikan luka Hits, grafiknya tidak mengalami kemajuan, melainkan angka statistik yang ditampilkan berkurang perlahan. Asap hitam kerap kali merembes dari perban di dada makhluk itu.

"Ma-afkan saya, hanya ini yang bisa saya lakukan." spontan Profesor meminta maaf kepada Hits.

Makhluk itu menggeleng pelan kemudian berkata, <"Tidak apa-apa, ini sudah cukup."> dia mengelus perban di dadanya membuat noda hitam berpindah ke tangannya.

<"Kamu sudah melakukan yang terbaik."> Lanjutnya bahagia, jika saja Hits memiliki wajah, Profesor akan melihatnya tersenyum. Namun, mendengar nada suaranya saja sudah bisa merasakan betapa senangnya Hits.

<"Selain itu,"> Hits mencoba untuk berdiri, tapi tubuhnya limbung dan berakhir dalam pundak Profesor.

"Jangan paksakan dirimu, lukamu belum membaik." Paniknya.

<"Aku ingin kamu melakukan sesuatu lagi."> Balas Hits cepat, kepalanya melirik ke dua inti mereka. Profesor menyadari pandangan itu, dia memapah Hits untuk membantunya berjalan.

Hits memandangi kedua inti dan menyentuhnya, dia mengelus tabung berisi inti Blash, sesekali dia melirik ke monitor meski tidak paham arti angka-angka itu.

<"Kukira tanpa kuberi tahu kamu sudah mengerti bukan, Tuan?"> Ocehnya, meski lirih Profesor cukup terkejut walau kata terakhir terdengar samar. Pria itu bukan orang bodoh yang tidak memahami makna 'Tuan', mungkinkah mereka mengakuinya? Entah, lagian siapa juga yang mau bertanya.

<"Wujud kami sudah terpisah, meski unsur kami satu. Tapi, satu hal yang pasti kamu sudah tahu. Kami memiliki perbedaan terpaut jauh,"> Hits kembali bersuara, tidak peduli dengan Profesor yang membeku di depannya. <"Oleh, sebab itu diperlukan perantara yang mampu menyatukan kami.">

Hits menggenggam tangan Profesor membuat Pria itu terlonjak kaget dan sadar dari lamunannya. Hits membimbing tangannya untuk menyentuh peralatannya, <"Selesaikan penemuan terbesarmu!"> Ujarnya.

Profesor langsung paham maksud perkataan Hits, kedua tangannya beralih dan melakukan pekerjaannya. Mulai dari mengumpulkan data, mencari kecocokan dan membuat cetak biru (Blue-print). Profesor dalam sekejab memasuki mode seriusnya, Hits tersenyum simpul melihatnya berarti tugasnya selesai.

Dalam sudut pandang Hits, dia merasa pilihannya tidaklah salah, tapi juga tidak bisa dipungkiri jika pilihannya itu terbaik atau bukan. Blash memiliki pandangan sendiri, alasan dan penyebab dia beralih belum pasti, dia tidak bisa disalahkan begitu saja.

....

Inti core Hits berpendar mengalihkan perhatian Profesor, dia menoleh ke arah siluet manusia tidak jauh darinya. Makhluk itu semakin meredup bahkan benda di belakangnya terlihat seolah transparan.

<"Sepertinya, waktuku tidak banyak.... Padahal aku ingin melihat hasil karyamu."> Sambar Hits cepat, dia tidak ingin membuang waktu lebih lama untuk berbincang dengan Profesor lagi -lebih tepatnya tidak bisa bertahan lebih lama dalam bentuk itu. Alasannya sudah jelas, karena energinya sudah menipis.

"Apa yang---." Kata Profesor tertahan melihat wujud Hits sekarang.

<"Maaf, aku harus segera pergi."> Tukas Hits memahami reaksi dari Pria itu, sekarang tubuhnya ikut bercahaya.

<"Sebelum itu, bolehkah aku berpesan?"> Tanyanya langsung dijawab anggukan oleh Profesor.

<"Setelah ini aku- tidak, kami akan menyaksikan dari dalam sana...">

<"Meskipun begitu, jangan terlalu santai. Karena kami akan selalu ada, terlebih..."> Ucapannya terjeda, dia memandangi kedua inti bergantian.

Cukup lama dia berhenti di inti Blash sebelum kembali menatap intinya yang bersinar terang.

<"Terlebih dia masih belum menyerah, sebab itu aku memintamu membuatkan perantara untuk kami..., Tapi, yang lebih penting adalah *****....

Kami membutuhkan sesuatu untuk menopang jiwa kami, mampu menahan dan menghentikan gejolak kami. Karena energi besar pasti ada tanggung jawab yang besar.">

<"Untuk apa atau siapa itu, aku sendiri tidak tahu. Kamu lah yang harus mencarinya sendiri. Hanya satu hal yang pasti, Keduanya harus memiliki niat tulus dan juga ikatan yang kuat, agar kami dapat seimbang kembali.">

Sinar di tubuh Hits mulai meredup diikuti tubuhnya yang mulai melebur menjadi serpihan, <"Kumohon..., Kumohon temukan mereka atau biarkan alam yang menentukannya.">

<"Aku serahkan sisanya padamu,...> Serpihan cahaya melayang memasuki inti, kembali ke asalnya. Sinarnya semakin terang hingga semua serpihan itu lenyap, kemudian cahayanya kembali meredup, menyisakan bola putih seukuran kelereng.

Prof segera mengaktifkan system, menyimpan inti Hits ke dalam tabung kaca seperti Blash. Sekilas Profesor mendengar gumaman, meski lirih dia yakin itu Hits "Semoga kita berjumpa lagi,... Tuanku.">

***