webnovel

Pelangi setelah hujan

Suara dering sebuah pesan masuk dari ponselku. Pesan tersebut dari Fahri.

"Zee, besok lu dateng ya ke ruang basket jam 12.30 abis Dzuhur"

"Mau ngapain sih?" tanyaku.

"Yee udah dateng aja"

"Lah gue harus tau dulu dong, mau ngapain?"

"Besok juga lu tau, pokonya besok harus dateng on time"

"Iiih ga jelas lu"

Saat aku bertanya untuk apa datang ke ruang basket, namun Fahri tak membalas lagi pesanku.

"Emang selalu ga jelas nih orang" Gumamku dalam hati.

Mungkin saja memang akan diadakan rapat untuk persiapan pergantian ketua. Soalnya Chandra kemarin bilang kepadaku, bahwa akan diadakan rapat dalam waktu dekat ini. Itu artinya aku akan satu acara lagi dengan Chandra. Entah apa yang aku rasakan, saat ini aku melihat perubahan sikap Chandra yang lebih terbuka denganku. Malah dia lebih sering menyapa, sebelumnya tak pernah seperti itu. Dan soal kedekatannya dengan kak Jojo, apakah dia sudah tak ada komunikasi dengan kak Jojo. Aku hanya bingung kenapa seakan-akan semesta tak merestui hubungan kedekatan mereka, dan lebih mendukung aku yang sedang patah hati. Bahkan semesta membiarkan aku bahagia sendiri, walaupun akhir-akhir ini ada seseorang yang selalu hadir untuk menghiburku. Perasaan sedihku hanya sementara, namun dengan cepat diganti dengan perasaan bahagia. Terimakasih Tuhan.

Malam itu aku melaksanakan sholat isya dengan rasa penuh syukur. Selama kuliah aku dipertemukan dengan orang-orang yang menyayangiku, mungkin ada beberapa orang yang tak tulus denganku tapi aku lebih menghiraukan yang baik denganku. Masalah beberapa waktu lalu aku jadikan pelajaran, mungkin aku harus lebih berhati-hati dalam mencurahkan isi hatiku kepada teman. Sekalipun aku sangat dekat dengan temanku, tapi lebih baik aku saja yang mengetahui isi hatiku. Karena hanya diri sendiri yang mampu mengerti, orang lain tak ada yang bisa merasakan.

Keesokan harinya, aku berjanji akan datang ke ruang basket. Usai sholat Dzuhur dimasjid dengan Rani, aku berpamitan padanya.

"Rani, aku pergi duluan ya. Mau ada rapat sama anak basket"

"Oh... ya udah deh. Entar selesai rapat kumpul lagi ya ke ruang senat"

"Hmm iya deh"

Sesampainya didepan ruang basket, ternyata pintunya tertutup dan belum ada orang sama sekali. Fahri benar-benar mengerjai aku, dia bilang aku disuruh datang jam 12.30. T Padahal aku sudah telat 10 menit, tapi malah tak ada orang diruang basket. Saat itu juga aku menelpon Fahri. Namun dia tak mengangkat telponku, berkali-kali aku telpon. Akhirnya dia mengangkat.

"Hallo"

"Hallo... iya kenapa?" Jawab dia seperti orang baru bangun tidur.

"Jahat lu, gue udah dateng nih diruangan ga ada orang "

"Hahaha... nih gue lagi otw"

"Otw apaan, suara lu aja kayak abis bangun tidur"

"Hahaha otw kamar mandi"

"Jahat lu, sebenernya rapat jam berapa?"

"Jam 3 hahaha"

"Wah parah sih, kalo gitu gue balik lagi ke ruang senat."

"Emang si Chandra ga ada?"

"Kan hari ini dia ga ada kelas, anak basket kan semuanya sekelas sama dia"

"Oh iya gue lupa"

"Huuuhh...ya udah gue balik dulu"

"Lu disitu aja, entar gue dateng kok"

"Bodoamat"

"Yahhh masa ngambek"

"Tuuuttt tuttt..." Lalu telponnya aku tutup.

Dengan rasa kesal, aku kembali lagi menghampiri Rani. Rani sudah berada diruang senat, lalu dia bertanya kenapa aku balik lagi.

"Lah Zee, kok balik lagi?"

"Dikerjain sama Fahri, ternyata rapatnya jam 3."

"Wah, parah sih sekarang kan masih jam 13.00. Mungkin dia salah ngomong?"

"Engga dia emang mau ngerjain aku, tadi aja dia ketawa pas aku telpon"

"Emang dia dimana?"

"Masih dikosannya lah, baru bangun dia"

"Jiahaha.. emang ngeselin ya tuh bocah. Lah anak-anak yang lain kemana?"

"Kan hari ini ga ada jadwal kelas mereka"

"Oh... kelasnya Chandra maksudnya?"

"Iya Chandra dan kawan-kawan'

"Hmmm... kok hapal banget sih jadwalnya, Ciee"

"Yah salah lagi deh"

"Hahaha... belom bisa move on ya zee"

"Udah udah mendingan kita download film"

"Mengalihkan pembicaraan nih yee"

"Hmmmm"

Diruang senat hanya aku berdua dengan Rani, biasanya ada kak Rima dan lainnya. Tapi mungkin hari ini mereka tak ada dikampus. Lalu ada seseorang yang datang mengetuk pintu, tak lain itu adalah Fahri.

"Assalamualaikum..."

"Wa'alaikumsalam..."

"Zee, kok lu disini sih"

"Lah lu ngapain kesini"

"Mau nyusulin lu lah"

"Emang yang lain udah Dateng?"

"Hmm ga tau, sekarang baru jam 14.00 sih"

"Ya udah lu duluan aja sana"

"Hih.. engga ah, gue bareng lu aja"

"Fahri, parah banget lu ngerjain temen gue" sahut Rani.

"Hahaha... mau ngetes aja kok, dia orangnya on time apa engga"

"Tapi kan ga gitu juga, masa rapatnya 2 jam lagi lu suruh dateng duluan"

"Biarin aja Rani, entar dapet balesan dari Allah" Sahutku.

"Ya ampun, maaf Zee maaf ga akan gue ulangi lagi kok"

"Bodoamat" sahutku kesal.

"Hayoloh, marah nih orangnya" Kata Rani.

Sebenarnya aku hanya pura-pura marah dengan Fahri, biar dia merasa menyesal. Ditambah Rani yang mengompori aku supaya benar-benar kesal dengannya. Memang kelakuan kita bertiga bisa dibilang seperti anak kecil, tapi itu hanya untuk menghibur diri saja. Aku dan Rani sudah sama-sama kenal kelakuan Fahri, walaupun belum lama kenal dengannya.

Didalam ruang senat aku, Rani dan Fahri larut dalam canda tawa. Hingga tak terasa waktu menunjukkan pukul 15.00, Fahri mengajakku ke ruang basket. Karena Chandra telah menghubungi Fahri lewat pesan singkat.

"Zee, udah pada dateng beneran nih anak-anak"

"Ya udah ayo kesana"

"Yah gue sendirian dong, jangan lama-lama rapatnya" kata Rani.

"Tenang aja Rani, entar aku balik lagi kok"

"Cowok lu suruh kesini dong" kata Fahri.

"Lagi kerja"

"Ga lama kok, entar juga anak-anak yang lain dateng"

Lalu aku dan Fahri ke ruang basket untuk rapat, disana sudah ada Chandra dan teman lainnya.

"Assalamualaikum.. " saat aku masuk ke ruangan.

"Wa'alaikumsalam"

"Kalian kok baru dateng sih, pacaran dulu ya" tanya Chandra.

Deghhh... membuat aku terkejut mendengar pertanyaan Chandra.

"Ehh apa sih, tadi gue udah kesini jam 1 belom ada orang" jawabku.

"Yee ngapain jam 1 kan janjian jam segini"

"Nih dikerjain si Fahri"

Fahri hanya tertawa.

"Ya udah yuk kita mulai rapatnya"

Ruang organisasi ini memang tidak seluas ruangan senat, makanya aku dan Fahri yang baru datang duduk didekat pintu. Karena didalam sudah terasa sempit. Chandra menyuruh Fahri untuk duduk di dalam saja, namun Fahri menolak. Sepertinya Chandra memang tak suka melihatku duduk berdekatan dengan Fahri. Terlihat dari raut wajahnya seperti orang yang kesal, ketika Fahri menolak tawarannya. Mungkin itu hanya prasangka aku saja, tapi biarkan saja lah.

Usai rapat, aku pamit untuk kembali ke ruang senat menemani Rani.

"Gaes gue duluan yaa..."

"Kemana lu Zee?" tanya Fahri.

"Ke ruang sebelah, kan si Rani sendirian kasian"

"Rani ada disana? kok ga disuruh kesini aja sih." kata Chandra.

"Ga mau, dia mah lagi download film biasanya" jawabku.

"Oh ya udah, salam ya buat Rani" ucap Chandra.

Deghh...

Apa apaan? Kenapa Chandra menitipkan salam untuk Rani?

"Iyaaa" jawabku lirih.

"Ngapain lu salam-salam" cela Fahri.

"Salam doang emangnya salah" jawab Chandra.

Lalu aku segera keluar dari ruangan itu, meninggalkan mereka.

Aneh memang si Chandra, ada-ada saja sikapnya yang membuatku terkadang kagum atau menyebalkan. Kali ini untuk apa dia memberi salam kepada Rani temanku sendiri, tujuannya apa seperti itu? Apakah Chandra hanya sedang membuatku cemburu saja.

Sesampainya diruang senat, aku sudah menunjukkan raut wajah yang murung. Sepertinya Rani mengetahui rautku yang aneh setelah pulang dari ruang sebelah.

"Kenapa itu muka, kok ditekuk" tanya Rani.

"Ehhmmm gapapa kok"

"Gara-gara Chandra ya?"

"Hmmm ya gitu deh"

"Kenapa lagi tuh?"

"Aneh sikapnya, masa kalo aku deket sama Fahri dia kayak ga suka gitu"

"Cemburu kali"

"Engga mungkin lah, wong dia aja ga suka sama aku"

"Cemburu karena dia udah ga punya fans lagi"

"Iiih apasih kok fans"

"Hahaha bukannya kamu fans dia"

"Iya kali, ngefans pas dulu dia masih kalemm"

"Cuekin aja cowok begitu mah"

"Udah kok, malah cuek bangettt"

"Makanya jangan nolak perasaan cewek begitu tuh sok-sokan"

"Eh masa tadi dia salam ke kamu"

"Iiih ngapain salam-salam coba"

"Ga tau tuh.. jangan jangan....."

"Kenapa? Jangan... jangan apa nih?"

"Sukanya sama kamu Ran... Hmm kalo bener juga gapapa"

"Ga mungkin Zee, dia kan suka ngebully aku mulu"

"Ya ya ya... kali aja"

"Dahlah kenapa jadi menduga-duga orang ga jelas kek dia"

Bisa saja seandainya Chandra memendam perasaan kepada Rani. Ya memang selama ini aku lihat Chandra lebih suka bercanda dengan Rani, karena Rani orangnya tidak jaim dan asik. Sedangkan aku dimata dia hanya butiran debu yang tak dianggap. Dianggap hanya untuk keperluan tertentu saja.

Entahlah...

Aku bingung kepada perasaanku sendiri, melihat sikap Chandra yang semakin hari semakin membuatku penasaran. Bukan lagi soal perasaan suka yang terpendam, tapi tentang perasaanku yang terbalas atau tidak.