webnovel

Bab 20-Ambang Kematian

Ambang kematian adalah pintu yang terkunci

hanya terbuka saat Izroil tiba

mengetuk pintu dan memberitahu

sudah saatnya menjadi masa lalu

Ario Langit tidak sadar bahwa terjadi perubahan pada tubuh terutama matanya. Dia hanya marah dan sedang ingin menunjukkan kepada Hantu Lautan dan Wida Segara bahwa dia tidak takut dan berniat melindungi Ayu Kinasih sampai titik darah penghabisan.

Hantu Lautan menatap dengan sorot mata tidak terkejut sama sekali. Sedangkan Wida Segara nampak tertegun. Pemuda ini terlihat sangat menakutkan. Selain matanya yang berubah total berwarna hitam, di belakang pemuda itu terlihat sesosok bayangan tinggi besar yang punya perbawa mengerikan. Gurunya benar. Pemuda ini memang bukan orang campuran kebanyakan. Sosok bayangan itu pasti lelembut tingkatan tertinggi yang muncul seiring kemarahan pemuda itu.

Ayu Kinasih tidak sanggup berkata apa-apa. Tubuhnya seolah tak punya tenaga. Ini semua di luar kemampuan nalarnya untuk bisa menerima. Pemuda yang selama ini bersama dengannya ternyata bukan utuh manusia. Tapi setengah gaib. Manusia yang terlahir dari ayah dan ibu yang berlainan alam. Ayu Kinasih bergidik. Namun jauh di dalam lubuk hatinya, gadis ini merasakan sesuatu tumbuh dengan cepat. Apalagi setelah dengan gagahnya pemuda setengah siluman ini membela dirinya mati-matian.

"Kalau aku tetap memaksa, bagaimana Pendekar Langit? Apakah kau akan sanggup bertempur dengan sesamamu demi seseorang yang bukan bagian dari bangsamu?" Hantu Lautan menegakkan tubuhnya yang tinggi bungkuk. Terjadi perubahan luar biasa. Matanya berubah menghitam. Di belakangnya muncul bayangan tinggi hitam.

Ario Langit tertegun. Orang ini ternyata bukan manusia dan juga bukan siluman utuh. Sama persis seperti keadaan dirinya saat ini. Wida Segara bisa melihat perbedaannya. Sosok bayangan di belakang kedua orang itu berbeda. Sosok di belakang Ario Langit jauh lebih besar dibandingkan sosok di belakang Hantu Lautan. Perbawa Ario Langit lebih nggegirisi dibanding Hantu Lautan.

Hantu Lautan menggeram marah. Tubuhnya maju menyerang. Gerakannya sangat lambat tapi angin pukulan yang ditimbulkan sangat dahsyat. Ayu Kinasih buru-buru melangkah mundur. Begitu pula Wida Segara. Mereka bisa cedera jika terkena angin pukulan nyasar dari kedua manusia campuran yang sekarang baku hantam dengan dahsyat.

Hantu Lautan harus mengakui bahwa pemuda keturunan siluman dari laut utara ini memiliki kemampuan hebat. Ario Langit bisa mengimbanginya dengan baik. Padahal Hantu Lautan meski bukan seorang tokoh yang sering menonjolkan diri, namun kepandaiannya tidak kalah dengan tokoh-tokoh nomor satu di Tanah Jawa.

Salah satu pukulan andalan pimpinan para hantu di pesisir Meru Betiri ini adalah Badai Laut Selatan. Semacam pukulan Puncak Prahara yang terkenal dari laut utara. Pukulan yang sanggup menimbulkan badai dahsyat di sekitar arena pertempuran, dilepaskan untuk menaklukkan Ario Langit.

Pemuda ini terang saja tidak bisa main-main. Pukulan itu sangat mematikan. Ario Langit segera memainkan Tarian Astadewi yang sanggup membuat pertahanan terkuat dalam menghadapi pukulan-pukulan yang bersifat menyerang. Ayu Kinasih dan Wida Segara terpukau melihat Ario Langit menari-nari di antara badai yang terus menghantam dirinya. Pendekar Langit itu tidak tersentuh sedikitpun oleh pukulan dahsyat Hantu Lautan meskipun rambut dan bajunya berkibar-kibar hebat.

Pertempuran di tengah hutan belantara Meru Betiri ini telah berlangsung beberapa lama. Tarian Astadewi sanggup menahan gempuran Badai Laut Selatan. Ario Langit terus melakukan tarian indah luar biasa yang langkah-langkahnya berubah cepat secara ajaib. Hantu Lautan terus menyerang. Tokoh tua setengah siluman ini sangat penasaran. Dia adalah tokoh tua yang sudah lama dikenal di dunia persilatan Tanah Jawa. Tapi sekarang, mendesak sedikitpun dia tidak bisa. Tarian Astadewi warisan Perempuan Setengah Dewa ini memang luar biasa.

Ario Langit belum mau mengeluarkan Pukulan Aguru Bayanaka. Pukulan hebat yang bahkan mampu membangkitkan pasukan pohon. Jika pemuda ini mau, dia bisa saja membuat seluruh pohon raksasa yang banyak terdapat di hutan ini untuk menyerang Hantu Lautan. Pemuda ini masih menahan diri. Dia tidak ingin melukai tokoh tua ini. Karena sebetulnya merekapun belum mencederai Ayu Kinasih.

Wida Segara mengambil kesempatan. Tubuh wanita muda ini berkelebat cepat ke arah Ayu Kinasih. Tujuannya untuk melumpuhkan gadis itu dan menjadikannya sandera sehingga Ario Langit bisa dibujuk untuk menyerah.

Tapi Ayu Kinasih bukan anak kemarin sore yang tidak bisa apa-apa. Melihat Wida Segara menyerang dan berusaha menotok bagian leher dan punggungnya, gadis ini langsung saja memainkan jurus-jurus Pena Menggores Awan. Wida Segara cukup terkejut melihat Ayu Kinasih ternyata juga memiliki kepandaian tinggi. Sebagai murid manusia satu-satunya dari Hantu Lautan yang sakti, wanita ini tidak mau kalah. Dia mengeluarkan pukulan yang sama dengan Hantu Lautan, Badai Laut Selatan.

Sebenarnya kepandaian dua wanita muda ini seimbang. Namun Ayu Kinasih terlalu terpengaruh oleh perbawa gaib yang dibawa oleh Pukulan Badai Laut Selatan. Gadis yang takut akan setan ini mulai terdesak.

Ario Langit yang selalu awas terhadap kejadian di sekitar arena pertempuran karena mengkhawatirkan keselamatan Ayu Kinasih, sedikit cemas melihat Ayu Kinasih diserang oleh Wida Segara dan nampak terdesak. Pemuda berjuluk Pendekar Langit ini berteriak nyaring. Aguru Bayanaka dikeluarkan sambil terus melakukan Tarian Astadewi. Hantu Lautan mulai terdesak. Pukulan Aguru Bayanaka adalah pukulan langka unsur bumi yang hanya dikuasai oleh sedikit orang. Gerakan-gerakannya sangat aneh. Kaku seperti kayu, namun mematikan seperti ribuan mata tombak.

Hampir berbarengan terdengar jeritan lirih dan teriak amarah. Ayu Kinasih terhuyung-huyung ke belakang sambil mendekap mulutnya. Dari sela-sela jarinya nampak mengalir darah segar. Ayu Kinasih terluka terkena pukulan Badai Laut Selatan. Teriakan amarah keluar dari mulut Hantu Lautan karena bahunya terserempet Pukulan Aguru Bayanaka. Dadanya terasa sesak bukan main. Gerakannya melambat karena pukulan itu membuat kaku setengah tubuhnya.

Hantu Lautan menggerung marah. Jeritannya memberi isyarat kepada Wida Segara yang bersiap hendak melumpuhkan Ayu Kinasih untuk segera pergi. Tubuh Hantu Lautan berkelebat lenyap ditelan pekuburan. Wida Segara batal melakukan serangan. Tubuhnya ikut berkelebat ke belakang. Lenyap di antara batu-batu nisan.

Ayu Kinasih mengeluh pendek. Tubuhnya sempoyongan dan pasti akan terjatuh keras kalau Ario Langit tidak segera menyambar dan memeluknya. Pemuda itu memapah Ayu Kinasih dan mendudukkannya di tanah. Tubuh gadis itu panas sekali!

Ario Langit mencoba menempelkan telapak tangannya ke punggung Ayu Kinasih. Menyalurkan hawa sakti untuk membantu gadis itu mengurangi penderitaanya akibat Pukulan Badai Laut Selatan. Ayu Kinasih memuntahkan darah beberapa kali sebelum akhirnya terguling pingsan di pangkuan Ario Langit.

Pemuda itu kaget bukan main. Tubuh gadis ini mendingin dengan sangat cepat. Pukulan ini selain mengandung hawa sihir, rupanya juga beracun. Pemuda itu kebingungan. Dia bisa saja menyalurkan hawa sakti ke tubuh gadis itu agar luka dalamnya sedikit terobati. Tapi racun itu terdesak semakin dalam ke aliran darah Ayu Kinasih. Itulah sebabnya tubuh gadis itu mendingin dengan cepat. Ayu Kinasih dalam kondisi berbahaya dan berada di ambang kematian.

--