"Gak papa dong, sapa tahu cepet naik ke langit?"
Bima melirik Peyvitta dengan lirikan yang cukup tajam dan berisikan sebuah kekesalan di dalamnya. "Kamu nyumpahin saya cepat mati?" tanya Bima. Sampai saat ini Bima masih terus memeperhatikan Peyvitta yang masih memasang ekspresinya yang terlihat begitu polos.
"Gak gitu sih? Tapi kalau Kakek mau mati cepet juga gak papa, saya tidak akan keberatan kok Kek." Benar-benar polos, Peyvitta menjawab dengan menggunakan jawaban yang seperti ini.
"Bisa lebih sopan sedikit?" Nada bicara Bima berubah menjadi begitu serus, bahkan cara Bima menatap Peyvitta juga penuh dengan keseriusan.
Peyvitta merasa begitu kaget saat mengetahui respons Bima yang seolah tersinggung dengan apa yang baru saja dia ucapkan. "Saya sedari tadi juga sopan, hanya saja Bapak yang memulainya terlebih dahulu dengan melarang saya memanggil Bapak dengan sebutan Bapak."
"Panggil saya Bima," ujar Bima yang akan merasa lega kalau dirinya dipanggil dengan namanya saja. Bima tidak akan merasa masalah dengan hal ini.
Peyvitta menggelengkan kepalanya. "Tidak mau, Bapak sudah tua. Saya tidak mau memanggil orang yang lebih tua dengan sebutan nama," beber Peyvitta. Akan terasa tidak enak dan juga tidak nyaman jika Peyvitta memanggil orang seperti Bima dengan hanya berupa namanya saja.
"Ok, panggil saya 'Kak' bagaimana?" tawar Bima. Hal ini akan jauh lebih baik, sepertinya.
"Saya lebih suka memanggil Pak Bima dengan sebutan Bapak," ujar Peyvitta lagi.
Memang di sini Peyvitta memilih menggunakan Bapak, padahal di depan orang tuanya Peyvitta terbiasa memanggil Bima dengan panggilan 'Kak', entah apa yang membuat Peyvitta menjadi seperti ini.
Hanya saja Peyvitta merasa kalau di saat dirinya sedang berhadapan langsung dengan Bima, Peyvitta merasa begitu canggung saat dirinya harus memanggil Bima dengan panggilan 'Kak', menurutnya memanggil Bima dengan menggunakan awalan Bapak jauh lebih sopan.
"Terserah!" tukas Bima yang sudah benar-benar cape berbicara dengan Peyvitta mengenai hal ini.
"Ya."
Setelah merasa kalau sampai kapan pun dia berbicara, tapi pada akhirnya tetap saja Peyvitta tidak akan mau memanggilnya dengan hanya sebatas nama, akhirnya Bima langsung melangkahkan kakinya terlebih dahulu keluar dari mobil.
Peyvitta terdiam sejenak sambil memperhatikan Bima yang sekarang tengah melangkahkan kakinya satu langkah lebih jauh darinya, ada sesuatu yang Peyvitta rasa aneh dengan Bima yang sekarang. Sambil berjalan, Peyvitta sambil memikirkan hal tersebut.
Tumben dia bicara banyak dan cukup membuat gue merasa senang, biasanya juga dia gak kayak gini? Biasanya dia kan menyebalkan, hm?
Hal ini cukup membuat Peyvitta tanda tanya, sebab Bima yang dia ketahui tidak seperti ini. Bima itu begitu jarang berbicara mengenai hal yang tidak penting, tapi sedari tadi di mobil, Bima malah terus-terusan membahas hal yang dirasa tidak begitu penting.
****
"Pak Bima," sapa Pria yang berpenampilan rapi sambil menghampiri dan juga menyalami Bima dengan begitu sopan. "Saya merasa senang bisa melihat Pak Bima mau menghadiri acara ulang tahun Putri saya," ujar Pria itu yang memang merasa cukup senang saat tahu kalau Bima mau hadir.
"Sama-sama Pak, di mana Putri Bapak?" tanya Bima dengan santai.
"Viola, sini. Teman Papah nyariin kamu," ucap Pak Gavin sambil melambaikan ttangannya ke arah seorang gadis yang sekarang tengah menggunakan dress warna peach yang begitu indah dipakai di tubuhnya yang bagus.
"Iya Pah, bentar."
Gadis itu akhirnya melangkahkan kakinya dengan begitu teratur, berjalan menuju ke tempat di mana Papahnya dan juga Bima serta Peyvitta berada. Senyuman indah terukir di bibir gadis tersebut saat dia melirik ke arah Bima.
"Ada apa Pah?" tanya gadis yang bernama Viola dengan begitu santai.
"Dicariin sama temen Papah," jawab Gavin sambil melirik ke arah di mana Bima berada.
"Hallo Om," sapa Viola dengan begitu hangat sambil mengukirkan senyumannya yang terlihat begitu lebar ke arah Bima.
Beberapa saat Viola memperhatikan penampilan Bima, dia merasa cukup terpukai melihat kenalan Papahnya yang dia rasa masih cukup muda dan mampu membuatnya merasa tertarik seperti ini.
"Hallo, selamat ulang tahun." Dengan santai Bima berucap.
"Makasih banyak Om," jawab Viola dengan begitu sopan sambil menganggukkan kepalanya perlahan.
"Sama-sama."
Peyvitta mengulurkan tangannya ke arah Viola dan tak lama kemudian dia berucap, "Happy birthday, wish you all the best."
"Thank's Tan," jawab Viola senang.
"Sama-sama."
Beberapa saat Viola memperhatikan penampilan Peyvitta dari atas sampai bawah yang pada akhirnya Viola melirik ke arah Bima dan kemudian dia bertanya, "Om, ini pacarnya ya?"
Bima melirik ke arah Peyvitta, ada sebuah kebingungan yang dia rasa sekarang. Bima memperhatikan Peyvitta yang sekarang pipinya sudah memerah merona, sepertinya sebab Peyvitta merasa sedikit malu mendengar pertanyaan yang sudah Viola ucapkan.
"Tante, Om Bima-nya jaga ya." Viola mendadak berucap seperti ini.
"Kenapa?" Peyvitta kebingungan saat mendengar Viola yang menyuruhnya untuk menjaga Bima.
"Nanti diambil sama orang lain lho Tan," beber Viola.
Peyvitta tersenyum kecil mendengar penjelasan mengenai alasan yang membuat Viola sampai berucap demikian. Mendengar hal tersebut, Peyvitta hanya mampu tersenyum dan kemudian memperhatikan ekspresi yang Bima pasang seperti apa.
"Sayang, gak boleh gitu." Gavin kembali berbicara untuk menegur anaknya.
"Hehe, tapi mereka cocok lho Pah." Viola berucap seperti ini, sebab dirinya melihat bagaimana keserasian antara Peyvitta dan juga Bima.
"Kamu ini, mereka udah dewasa. Sudah tidak seperti kamu lagi yang masih main-main sama yang namanya cinta," ujar Gavin.
Viola tertawa ringan. "Hehe, gak papa kan Om, Tan?"
"Gak papa kok santai saja," jawab Peyvitta dengan santai. "Oh ya, ini ada hadiah dari Om." Peyvitta berucap sambil memberikan kado yang memang dia bawa.
"Wah, makasih ya Om." Viola merasa begitu bahagia mendapatkan hadiah dari Bima.
"Sama-sama," jawab Bima santai.
"Ya sudah Pak, silakan nikmati semuanya dengan santai. Saya mau menemui tamu yang lainnya, permisi Pak."
"Ya, silakan Pak."
"Om, aku nyamperin temen-temen aku yang lainnya ya. Enjoy Om, Tan."
"Have fun, ya." Peyvitta menjawab dengan begitu santai. Mereka kemudian melangkahkan kaki untuk menemui tamu yang lainnya.
"Mau minum apa? Biar saya ambilkan," ujar Peyvitta dengan santai sambil menunggu jawaban dari Bima.
"Terserah."
Bola mata Peyvitta dia putar dengan tatapan yang malas. "Sudah baik saya menawarkan jasa saya untuk mengambilkan minuman, eh malah dijawab sama kata 'terserah'." Rasanya sia-sia Peyvitta sudah bersikap baik pada Bima.
"Orange juice," jawab Bima dengan enteng.
"Dari tadi kan bisa, orange juice gitu." Sekarang Peyvitta malah menjadi kesal dengan sikap Bima.
Peyvitta melangkahkan kakinya menuju ke tempat di mana terdapat banyak makanan dan juga minuman, saat sedang mengambil minuman, pandangan Peyvitta malah jatuh pada Bima. Peyvitta memperhatikan Bima dengan pandangan yang cukup serius.
Lo itu ganteng, keren juga, tapi kenapa lo ngebet sama gue? Gue gak yakin kalau gak ada perempuan yang mau sama lo, apalagi dengan semua hal yang lo miliki.