Hanara menyugar pelan rambut hitam kebiruannya, dia menggeleng melihat bagaimana para siswi itu terbaring lemah setelah dilecehkan para siswa di sana.
"Wah siapa nih? Cantik banget, seksi lagi, masih perawan gak?"
Dahi Hanara mengernyit jijik, di dunia asalnya keperawanan perempuan adalah hal yang sensitif, siapapun yang berani menanyakan hal itu akan dikenakan hukuman.
Hanara menyeringai, sepertinya dia harus mengajarkan mereka semua cara memperlakukan dengan baik dan benar.
Dan Hanara juga harus mengubah cara pandang para perempuan ini bahwa mereka bisa lebih baik dari para lelaki.
Bahwa mereka punya potensi lebih dari sekedar budak seks bahkan di luar ikatan pernikahan seperti ini.
"Wah siapa ini yang bicara? Jelek sekali, sudah jelek sok lagi, apa kau masih perjaka? Atau tidak? Ups..perjaka apa perjaka tuh."
Sekelompok pria itu geram, kurang ajar, seharusnya gadis itu menangis dan memohon pada mereka, bukan malah tersenyum miring dan membalas ucapan seperti ini.
"Gak usah sok berani deh, paling ntar lagi lo bakalan nangis dibawah gue." Ceplos yang lainnya.
Hanara tertawa sembari menggeleng pelan.
"Lawak sekali ya, babiklah, mari aku ajarkan menjadi anak yang baik itu bagaimana." Hanara mengeluarkan cambukan dan alat kejut listrik dari balik rok sekolahnya.
Menyeringai dengan mata tajamnya yang indah.
"Ayo, maju sini." Tantang Hanara.
Untung saja di dunia asalnya, Hanara ini adalah pemegang sabuk hitam Taekwondo, tak ada yang berani menyenggolnya jika masih mau hidup damai.
Dan sepertinya, di dunia ini Hanara akan menggunakan ilmu taekwondo nya demi mendisiplinkan banyak orang.
Dia harus mendisiplinkan laki-laki di sekolah ini dulu, agar mereka tak semena-mena.