webnovel

Transformasi dan Balas Dendam Kupu-Kupu Biru

Siapa yang tidak bahagia bisa menikah dengan pria yang dicintainya? Itulah yang dirasakan Cantika. Meskipun suaminya, Adipati, jarang sekali pulang, dia tetap setia menunggunya. Namun suatu hari, Adipati mengajaknya menjalani pemeriksaan rutin. Dokter bilang ginjal Cantika bermasalah dan harus diangkat. Setelah dioperasi, sepupunya yang bernama Tasya memberikan kabar mengejutkan pada Cantika bahwa Adipati sebenarnya menjalin kasih dengannya dan menikahi Cantika hanya karena ingin mengambil ginjalnya untuk Tasya! Tidak kuat dihadapkan dengan kenyataan pahit, Cantika pingsan. Ketika dia terbangun, semuanya berubah. Dia kembali ke saat dia masih berusia 14 tahun. Keluarganya miskin, terlilit hutang, dan selalu ditindas. Di kehidupan sebelumnya, Cantika adalah gadis yang lemah, tapi di kehidupan ini, dia memutuskan untuk berubah. Dia akan menjadi lebih berani dan tangguh, menghadapi semua rintangan tanpa rasa takut. Dengan kembali ke masa lalu, akankah dia mampu mengubah hidupnya yang menyedihkan? Apakah dia akan membalas dendam atas semua pengkhianatan yang diterimanya?

Engladion · Adolescente
Classificações insuficientes
420 Chs

Luka Dalam

"Aku… aku sedang mendisiplinkan Cantika." Dinar jelas kurang percaya diri.

"Nyonya, tahukah kamu bahwa kamu akan dihukum karena mencuri uang?" kata Abimayu dengan tatapan dingin.

"Cantika adalah cucuku, aku…"

"Aku bukan cucumu!" Cantika memandang Dinar dengan dingin, "Aku tidak punya nenek sepertimu!" Air matanya tidak bisa lagi ditahan, dan mengalir deras. Mata besar Cantika tidak berhenti mengeluarkan air mata. Hati Abimayu terasa sakit tanpa bisa dijelaskan.

"Oke! Karena kamu tidak menganggapku sebagai nenek, aku juga tidak akan pernah mengakui bahwa aku punya cucu perempuan seperti dirimu!" kata Dinar dengan garang.

Abimayu berkata bahwa Dinar akan dihukum karena mencuri uang, dan Dinar mempercayainya. Abimayu adalah seorang tentara. Dia pasti mengatakan segala sesuatu sesuai fakta. Jika dia mengatakan Dinar akan dihukum, maka wanita tua itu pasti akan dihukum.

Dinar, yang tidak memiliki pengetahuan luar, mempercayai kata-katanya dan secara alami ketakutan. Dia tidak ingin dipenjara.

"Cantika, apa kamu terluka? Aku akan membantumu." Tiba-tiba Liana mengubah sikapnya. Dia menatap Cantika dengan wajah yang penuh belas kasih.

Namun, sebelum Liana bisa menjangkau Cantika, gadis itu menatapnya dengan dingin, "Wajah munafikmu membuatku mual, jangan dekat-dekat denganku!"

Tangan Liana membeku di udara. Dia mengutuk dalam hatinya. Cantika benar-benar gadis yang tidak tahu malu, tidak tahu terima kasih. "Cantika, kamu…" Liana berpura-pura merasa sakit hati.

Cantika menutup matanya, air mata mengalir lagi. Dia mengatupkan mulutnya, menahan rasa sakit di perutnya. Dia tidak melihat Liana, tetapi berkata dengan dingin, "Keluar dari sini!"

Liana memarahi Cantika dengan keras di dalam hatinya, tetapi karena Abimayu ada di sini, dia berpura-pura menjadi orang baik, "Cantika, bagaimana kamu bisa berbicara begitu kasar pada bibimu sendiri?"

Liana berharap kata-kata umpatan Cantika akan membuat Abimayu merasa jijik padanya. Namun, Cantika tidak peduli. Dia malah tersenyum sinis, dan memandangnya dengan dingin, "Pergi sekarang!"

Liana menegakkan tubuhnya. Dia mengerutkan kening, dan keluar. Saat melewati Abimayu, Liana tidak lupa untuk berpura-pura menjadi orang baik, dan berkata, "Abimayu, Cantika membuat marah neneknya, dan neneknya menendangnya. Sayangnya, Cantika terkadang tampak gila, dan kita semua tidak bisa melawannya. Jika dia sakit jiwa, tolong bantu kami membujuknya untuk menemui psikiater. Kami tidak ingin menunggu penyakitnya menjadi serius, nanti tidak akan mudah diobati."

Mata Abimayu yang dalam seperti bilah tajam. Dia menatap Liana dengan dingin. Hati Liana bergetar, mata Abimayu sangat menakutkan, seperti binatang buas yang hendak memakan orang. Dia pun tidak berani tinggal lebih lama. Tapi dia tidak pergi jauh, hanya bersembunyi di samping tembok rumah Cantika. Dia menguping situasi di dalam.

Abimayu masuk. Dia berjongkok di samping Cantika, dan bertanya dengan suara yang dalam, "Bisakah kamu berdiri?"

Cantika menatapnya, "Aku akan mencoba."

Sukma membantunya dengan memegang pinggangnya. Segera setelah Cantika bergerak, rasa sakit menjadi lebih hebat, dan aliran panas mengalir keluar dari bawah. Sukma tidak memiliki banyak kekuatan, dan Cantika tidak bisa berdiri sendiri, jadi mereka berdua jatuh kembali.

"Cantika…" Sukma khawatir Cantika menderita luka dalam karena ditendang Dinar tadi.

Cantika menutupi perutnya dengan tangannya, wajahnya sangat kesakitan. Setelah memperhatikannya sejenak, Abimayu menggendong gadis itu tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Cantika terkejut, "Abimayu, turunkan aku."

Abimayu mengabaikannya. Dia menggendongnya, melangkah keluar rumah, "Kamu terluka, kamu perlu ke dokter segera."

Cantika memandang Abimayu. Dagu tegas pria itu dan jakun seksinya terlihat lebih jelas. Tiba-tiba Cantika merasa ada kupu-kupu yang terbang di perutnya. Jantungnya juga berdetak semakin cepat, membuat pikirannya kosong.

"Kakak… Kakak…" Maya mengejar sambil menangis.

Abimayu memiliki kaki yang panjang dan berjalan cepat. Setelah beberapa saat, dia sudah hilang dari rumah. Maya memiliki kaki yang pendek dan tidak dapat mengikutinya. Dia mengkhawatirkan Cantika dan berlari sambil menangis.

Liana, yang bersembunyi di dinding, berjalan keluar dan melihat sosok tinggi Abimayu. Pria itu benar-benar menggendong Cantika! Dia mendengar Cantika berbicara kasar padanya, apa Abimayu tidak membencinya?

——

Abimayu menggendong Cantika dan buru-buru datang ke klinik bibinya. Dalam perjalanannya, hal itu menarik perhatian banyak orang. Wajah Cantika pucat, tangannya menutupi perutnya, kepalanya berkeringat deras. Tampaknya dia benar-benar terluka.

Abimayu adalah pangeran di desa. Saat dia menggendong Cantika yang terluka. Meskipun penduduk desa cemburu, mereka tidak berani mengatakan apa pun. Melihat Maya menangis dan berlari, seorang penduduk desa menghentikan Maya dan bertanya, "Ada apa dengan kakakmu?"

Maya menangis, "Nenek ingin mengambil uang sekolah kita. Kakakku tidak memberikannya, jadi nenek menendang perut kakak. Dia tidak bisa jalan sendiri sekarang."

"Aku baru saja mendengar pertengkaran dari rumah Sukma, dan aku juga mendengar bahwa dia menjual sapi hari ini. Seharusnya ibu mertuanya melihat bahwa dia punya uang dan ingin merebutnya."

"Ini keterlaluan, keluarga Sukma berada dalam situasi seperti itu, beraninya mereka mengambil uang dari wanita malang itu?"

Orang-orang di Desa Siantar memandang rendah Sukma, tetapi perilaku Dinar hari ini masih membangkitkan amarah mereka. Menendang seseorang karena tidak bisa mendapatkan uang? Apa bedanya ini dengan bandit? Setelah mendengar kata-kata Maya, mereka tidak bisa tidak mengatakan bahwa Dinar tidak salah.

Bibi Abimayu yang bernama Medina membuka klinik kecil di desa. Medina adalah seorang dokter yang bisa mengobati pasien dengan sangat akurat, jadi banyak orang dari desa lain yang datang kepadanya ketika mereka sakit.

Setelah membantu Cantika untuk memeriksanya, Medina berkata kepada Abimayu, "Dia sedang menstruasi, jadi sensitif saat ditendang."

Cantika, yang sedang berbaring di ranjang, mendengar ini dengan wajah suram.

Abimayu memandang Medina, "Apakah ini serius?"

"Jika ditendang sedikit lebih keras lagi, dia mungkin akan mengalami luka dalam dan mengeluarkan banyak darah," kata Medina.

Abimayu yang mendengar ini, matanya tiba-tiba menjadi gelap. Dia memandang Cantika, meski ekspresi Cantika tenang, tetapi Abimayu bisa melihat keterkejutan di matanya.

Medina berkata sambil memberi obat, "Cantika kebetulan mengalami

menstruasi, dan neneknya menendangnya di posisi dekat rahimnya. Dia membutuhkan obat dan suntikan." Dia kembali menatap Cantika dengan kasihan, "Aku khawatir akar penyakitnya akan semakin serius, dan dia akan menderita nyeri haid setiap bulan."

Wajah Cantika tenang, dan dia tidak merespon saat Medina memberitahunya tentang situasinya di depan Abimayu. Ketenangannya menyebabkan Abimayu merasa kasihan padanya. Dia bertanya pada Medina dengan lembut, "Bibi, apakah itu akan mempengaruhi kesuburan?"

"Jangan terlalu khawatir. Aku akan menambahkan obat anti nyeri padamu. Untuk mengurangi peradangan dan menghentikan volume darah yang keluar. Nanti aku akan meresepkan obat herbal juga untuknya. Dia masih sangat muda dan mudah diobati. Cantika, kamu harus lebih memperhatikan kesehatanmu di lain waktu. Jangan sampai masuk angin. Jangan membiarkan perut dan kakimu kedinginan." Medina menjelaskan.

Setelah menyiapkan ramuan, Medina datang untuk memberi Cantika beberapa tetes. Medina adalah orang yang memiliki pengetahuan medis yang luas, tapi dia tidak meremehkan Sukma seperti penduduk desa lainnya. Dia sangat sopan kepada semua orang. Dia tersenyum tipis pada Cantika, "Pegang tanganku, ini mungkin agak sakit."

Cantika mengepalkan tangannya, "Tidak apa-apa, aku bisa menahannya."

Setelah memasukkan jarumnya, Medina mulai mengerjakan sesuatu yang lain. Abimayu berdiri di depan tempat tidur, menatap Cantika dengan mata yang dalam. Cantika melihat ramuan itu, lalu menatapnya, dan tersenyum padanya, "Abimayu, terima kasih telah membawaku ke klinik."

Abimayu pindah ke kursi dan duduk di depan tempat tidur. Cantika terkejut.