webnovel

Model dadakan

Ratusan orang telah memadati sebuah gedung yang disewa khusus untuk pagelaran Japan fashion festival, nampak beberapa orang penting didunia mode juga sudah menempati tempat duduknya. Kesibukan para desainer sudah mulai berkurang seluruh desainer yang turut serta dalam pagelaran ini sudah berada di depan panggung menyambut para tamu undangan tidak terkecuali Silvi.

Wanita berusia 25 tahun itu tampak girang saat dari kejauhan ia melihat orang yang ia kenali sedang berjalan memasuki ruangan pertunjukan.

"Safiraaa !!!" pekik Silvi yang disusul dengan pelukan dan ciuman di pipi kanan sahabatnya.

"Kamu udah sehat??? udah gak sakit lagi buat jalan?? yakin udah gak bakal pendarahan lagi kan??" tanyanya pada Safira, sontak wajah kedua pasutri itu memerah bak buah strobery.

Ryuji terlihat berusaha menyembunyikan wajah malunya dengan berpamitan untuk duduk terlebih dahulu meninggalkan dua orang sahabat itu bercengkerama.

"Aaaaaa...." pekik Silvi, merasakan ada cubitan kecil didapatkan di pinggang kirinya

"Kamu apaan sih bahas begituan disini?? ada Ryuji lagi??" bisik Safira

"Ha...ha...ha... sorry aku lupa abis masih kebayang wajah suamimu itu yang panik sambil gendong kamu ke klinik" katanya

kembali Safira mendaratkan cubitan mautnya pada tubuk Silvi, " Udah... udah masih diterusin aja ! Anterin aku ke toilet sekarang."

"eh.... baru di bahas udah mupeng aja kamu Saf ?" ledek Silvi.

Silvi menuntun Safira berjalan menyusuri lorong menuju toilet, wanita yang sepertinya sudah fasih masalah reproduksi wanita ini menyadari langkah kaki Safira terlalu pelan dan sedikit aneh tak seperti Safira biasanya yang selalu jalan cepat dengan langkah kaki bak model profesional.

Silvi menatap curiga bayangan wajah Safira yang terpancar dari cermin toilet " Safira??? kamu gak usah memaksakan diri low kalau gak kuat dateng, aku kan gak maksa."

"Yeee... aku gak memaksakan diri kok! "

"Tapi jalanmu masih aneh low Saf... huh... ini gara- gara suamimu yang maniak sex itu menghajarmu dimalam pertama sampai kamu seperti ini" pelukan Silvi membuat tubuh mungil Safira tenggelam dalam gaun super megah yang dikenakan Silvi

"Iiich apaan sih kamu bilang suamiku maniak sex??? heh... kan kamu yang menyarankan aku melakukan itu sekarang udah terjadi malah bilang suamiku maniak sex!" Safira melepaskan pelukan Silvi dan menatap tajam sahabatnya

"Dasar penghianat !!! dulu kamu benci sama orang Jepang karena hoby menjajah pribumi, sekarang kamu jadi sekutunya Jepang! lihat apa yang kamu alami dijajah satu malam, satu ronde dan udah gak bisa jalan masih ngebelain si Jepang !!" Safira menyilangkan tanganya didada, wajahnya berubah murung dan sedikit jengkel dengan sikap Safira yang membela Ryuji.

"Mmmmmm.... bukan satu malam Sil tapi dua malam..." bisik Safira

"Apa???? benar-benar maniak sex tuh Ryuji istri masih sakit di serangan pertama udah di serang lagi, sini biar aku hajar dia." matanya melotot dan kini kedua tanganya berkacank pinggang.

Safira menarik tangan Silvi "Ehhhh apaan sih...? lagian aku yang mulai duluan semalem..." kara Safira sembari memamerkan wajah kemerahan bak buah persik itu

"Oh Tuhaaan.... kenapa aku gak menyadari ini..... jadi kamu udah mulai ketagihan sama servis si Jepang?? hmmm perjanjian bilateral bakal segera dihapuskan dan sepertinya kedua negara bakal jadi satu kesatuan ini." goda Silvi yang kini malah tersenyum nakal pada Safira

" He...he... makanya buruan nikah biar tahu sendiri rasanya gimana .. kalau kamu udah ngerasain juga meski sakit bakal hajar ajaa... apalagi kamu kan budak sex " balas Safira meledek Silvi.

percakapan mereka malam itu harus terhenti saat seorang wanita dengan nafas terengah-engah masuk ke toilet dan memanggil nama Sivi berkali-kali, kepanikan jelas tergambar dari wajahnya.

" Nona Silvi ada kabar buruk nona.... model pria yang akan kita gunakan untuk gaun pengantin di pameran utama tiba- tiba mengalami kecelakaan saat perjalanan kesini. dan dari penjelasan manajernya dia tidak akan bisa melanjutkan fashion show hari ini kakinya terluka parah !!"

Wajah Silvi seketika pucat aliran darahnya seakan terhenti bagaimana bisa model yang akan digunakan untuk pertunjukan utama kecelakaan?? bagaimana caranya bisa melanjutkan pertunjukan tanpa ada model laki- laki??? siapa yang harus ia salahkan jika pertunjukan kali ini gagal???. terlalu banyak pertanyaan di kepalanya membuat lututnya tiba- tiba merasa lemas membuatnya tersungkur dilantai, matanya memerah dan dipenuhi air mata ini adalah salah satu pagelaran fashion yang ingin ia bintangi tapi kini semuanya hancur sebelum dimulai.

Safira mengangkat tangan Silvi membantunya berdiri "Sil.... tenang ...tenang kita cari jalan keluar bareng- bareng..." Safira mencoba menenangkan Silvi

"jalan keluar gimana??? mau cari model dimana??? acara akan dimulai lima menit lagi dan gaun rancanganku akan tampil di urutan ke tiga?? katakan gimana caranya cari model diwaktu genting seperti ini??" tanya Silvi pipinya sudah basah dibanjiri air mata yang sedari tadi mengalir tanpa henti.

"Ryuji !! aku akan memintanya untuk menjadi model untuk rancanganmu!" Safira menggenggam erat kedua tangan Silvi penuh keyakinan.

"Apa dia akan bersedia???" tanya Silvi

"Dulu dia juga seorang model terkenal jadi ini bukan suatu hal yang sulit buat Ryuji, masalah setuju atau tidaknya aku akan membuatnya setuju " jawab Safira

****

"Apa??? model??" pekik Ryuji diruang makeup khusus para desainer.

Safira memasang wajah penuh harap kearah Ryuji sedang Silvi dia hanya mengamati usaha Safira merayu suaminya dari kejauhan.

"Sayang kamu tahu kan aku sudah lama tidak berjalan diatas catwalk... aku takut akan mempermalukan sahabatmu"

Safira seakan tak mendengarkan penjelasan suaminya, dia memalingkan wajahnya dan berkata "Bagaimanapun kamu tetap mantan model pasti bisa cepat menguasai panggung kan !"

Ryuji memegang bahu Safira dan mencoba menjelaskan lagi pada istrinya "Sayang... saat ini aku adalah pengusaha, banyak kolegaku yang menghadiri acara ini kalau aku ada diatas panggung lalu apa tanggapan mereka???"

"Sudahlah bilang saja kamu gak mau bantu sahabatku, padahal dia udah jagain aku pas kamu sibuk kerja sekarang balasanya gini." Safira menghunuskan pandangan matanya yang meruncing itu kearah Ryuji. dia membuat Ryuji berada di sebuah pilihan yang sulit antara reputasi sebagai pengusaha kelas dunia dan permintaan istri yang teramat ia cintai.

Air mata Safira mulai menetes perlahan, wanita bertubuh mungil itu melepaskan dirinya dari genggaman Ryuji "Sudahlah aku tidak akan memaksa mungkin aku memang sahabat yang tidak berguna." berjalan kearah Silvi.

"Safira tunggu..!!!" panggil Ryuji menghentikan langkah Safira." Baiklah aku akan membantu Silvi suruh orangnya membawa baju itu kesini."

Safira berbalik dengan senyum yang merekah "Sungguh???" tanyanya bersemangat. Ryuji hanya tersenyum dan menganggukan kepala, Safira berlari kearah Ryuji dan memberikan pelukan hangat pada suaminya itu "terimakasih Sayang" bisiknnya

"Safira apa tidak apa - apa kamu berlari seperti tadi??? " bisik Ryuji ditelinga Safira

wajah Safira berubah pucat pasi sakit yang tadinya tak terasa kini kembali mendera tubuh bagian bawahnya "Aaaah... sakiiiit aku lupa dan sekarang malah menyakiti diriku sendiri." gerutu Safira

"apa mau ku gendong ke tempat duduk penonton?" tanya Ryuji

"Tidak !!! aku tidak mau mempermalukan dirimu sendiri. Aku akan jalan pelan - pelan sama Silvi."

"tapi aku takut akan terjadi pendarahan lagi, apalagi setelah semalam hari ini kamu berlari seperti kuda liar dan menerkam ku seperti elang "

mendengar itu Safira memanyunkan bibirnya tatapannya kembali meruncing "kamu ngeledek apa emang perhatian sih??? sebel !!"

melihat tingkah istrinya yang manja membuat guratan senyum Ryuji terbentuk indah menambah tingkat ketampanannya, seorang pengusaha berhati batu dan bermuka datar kini tersenyum tulus hanya dengan melihat tingkah istrinya yang terkadang seperti anak kecil.

"Aku khawatir sayang" Ryuji mempererat pelukannya dan mendaratkan ciuman lembut dibibir Safira

"ehem...ehem.... masih ada aku low disini " kata Silvi memecah keheningan dan membuyarkan keromantisan sepasang suami istri ini.

"upss.... sudah aku jalan ke depan dulu sama Silvi kamu siap siap buat pertunjukan ya... oh ya masalah pendarahan aku tadi udah pakai pembalut jadi gak bakal bikin malu kamu" Safira meninggalkan Ryuji di ruang ganti itu seorang diri.

selang sepuluh menit sejak Safira dan Silvi meninggalkan ruangan itu seseorang membuka pintu ruangan itu perlahan, dia mengamati sekeliling dan memastikan Ryuji adalah orang yang ada di ruangan itu.