webnovel

Titip Rindu

Adakala diam menjadi salah satu untuk menyimpan rindu, dan air mata untuk menyampaikan rindu. Sekuat apapun kita mempertahankan sebuah hubungan, jika Tuhan sudah berkehendak maka tak ada yang bisa melawanNya... Mengorbankan nyawa demi kehidupan yang baru akan dimulai, mencintai tanpa pamrih, mengasihi tanpa batas, dan menyayangi dengan ikhlas....

RinduIbu · Adolescente
Classificações insuficientes
167 Chs

Eps.27

Jam pulang sekolah, Yesaya langsung menghampiri Shea dikelasnya bersama dengan Daniel

" Lo pulang bareng Yesaya? " tanya Janet saat ia melihat Yesaya dan Daniel yang sudah berada di depan kelas mereka, sedangkan Shea hanya mengangguk kan kepalanya

Shea masih membereskan buku-buku nya, sedangkan Janet sudah lebih dulu menghampiri Daniel di luar kelas

" Shea.... gue duluan yah... nih si kampret udah nungguin Lo " ucap Janet dengan tertawa geli

" sialan Lo..... " balas Yesaya dengan menghadiahi sebuah toyoran kepada Janet

" jahanam banget sih Lo.... " ucap Janet dengan memukul pundaknya

" udah ayo... " Daniel langsung menarik bahu Janet untuk pergi

Kini Yesaya dan Shea sudah berjalan dengan sejajar di koridor sekolah, tak ada satu katapun keluar dari mulut mereka berdua hingga mereka sampai di parkiran

" oh ya... aku dapet undangan party nya Kinan malam ini, kamu mau ikut? " tanya Yesaya dengan hati-hati

" bukannya yang di undang hanya anak kelas XII ya....? " Shea kembali bertanya

" tapi kalo kamu mau ikut ya nggak- "

" aku nggak mau ikut " Yesaya langsung terdiam

Mereka sudah sampai di depan pintu gerbang rumah Shea, namun sebelum Shea masuk kedalam dengan cepat Yesaya menarik tangan nya

" kamu kenapa sih? kayak menghindar terus dari aku... perasaan kita semalem baik-baik aja " ucap Yesaya

" aku nggak apa-apa, kamu nya aja yang sensitif " balas Shea yang sedikit tersenyum

" apa ini ada sangkut pautnya sama undangan party Kinan " Shea langsung menatap lekat pada kedua bola mata Yesaya

" kalo kamu nggak izinin aku pergi, aku nggak akan pergi " ucap Yesaya dengan sungguh-sungguh

Shea hanya tersenyum, lalu menggenggam tangan Yesaya

" kamu nggak perlu lakuin itu, aku percaya kok sama kamu " balas Shea " lagian kalo kamu nggak pergi, nggak enak sama yang lainnya... nanti di kira aku nya posesif " sambung Shea

Sejenak Yesaya tampak kembali berfikir

" udah... jangan mikir panjang, makasih ya udah nganterin aku, I love you... " ucap Shea sambil tersenyum

" I love you more " Yesaya membelai lembut pipi Shea

Shea sudah berada di kamarnya, menghempaskan tubuhnya di atas ranjang yang empuk dan sejenak memejamkan matanya sebelum menuju kamar mandi untuk membersihkan diri.

***Kantor

Pandangan Brian tertuju pada pemandangan di luar jendela ruangannya, sejak kehadiran Shalu kembali Brian tampak lebih bercahaya

" ngelamunin apaan Lo "

tanpa Brian sadar, Restu sudah berada di dalam ruangan nya dengan membawa setumpuk berkas

" biasakan kalo masuk keruangan orang ketuk pintu dulu " ucap Brian

" eh... gue udah ngetuk pintu, Lo nya aja yang nggak denger " balas Restu

" nih.... semua berkas ini harus Lo tanda tangani, dan jangan lupa Lo ada meeting sama klien nanti sore " ucapnya lagi

Brian sedikit membolak-balik berkas-berkas yang dibawa oleh Restu, lalu melirik sekilas pada jam di pergelangan tangan nya

" Lo gantiin gue meeting sore ini " ucap Brian tampa menoleh kearah Restu

" eh Lo udah gila ya... gue belom sama sekali pelajari materi " balas Restu dengan raut wajahnya yang tegang

" itu urusan Lo... dan gue percayakan semua sama Lo "

" emang dasar bos nggak punya perasaan Lo " Restu nampak frustasi, sedangkan Brian hanya tersenyum kecil

***Panti Asuhan

Tepat jam tiga sore, Brian keluar dari kantor nya dan pergi menuju salah satu panti asuhan yang pernah ia datangi tempo hari bersama Shea dan teman-teman nya saat perayaan ulangtahun Vee.

Sesampainya di sana, Brian melihat banyak anak-anak yang bermain di halaman panti, seorang laki-laki paruh baya pun menghampiri nya sambil membuka kan pintu gerbang

" selamat sore tuan Brian... " sapanya

" selamat sore juga pak Rano " balas Brian pada laki-laki yang bernama Rano tersebut

" mau ketemu sama ibu kepala panti ya? "

" iya pak, apa beliau sedang sibuk? "

" kebetulan beliau lagi santai tuan, di halaman belakang, mari saya antar " ucap pak Rano dengan sopan

Mereka pun menuju halaman belakang panti, banyak anak-anak yang tersenyum akan kedatangan Brian bahkan ada yang langsung menyalami tangan nya dengan sopan

" itu ibu Aisyah nya tuan... lagi duduk sama anaknya " tunjuk pak Rano lalu berjalan meninggalkan Brian.

Perlahan Brian mendekati nya, nampak seperti nya ibu Aisyah dan anaknya sedang bercerita

" dia sudah kembali " tanya Aisyah pada putrinya

" iya bunda... "

" satu Minggu yang lalu dia datang bersama putrinya, memberikan bingkisan untuk anak-anak di sini atas nama istrinya "

" ya... anak-anak cerita sama aku, mereka bilang ada orang baik yang datang kesini untuk berbagi kasih sayang, tapi aku nggak tau kalo ternyata itu dia " Aisyah tersenyum melihat wajah teduh putri nya

" apa perasaan kamu masih sama? "

" aku nggak yakin bunda, karena untuk memiliki nya aku rasa itu hanya akan jadi mimpi ku saja "

" tapi kamu mencintai nya "

ibu Aisyah menggelah nafas dengan berat, sambil membelai lembut wajah putri nya

" tapi cinta tak harus memiliki kan Bun? "

" lalu, sampai kapan kamu akan mempertahankan perasaan mu "

" aku nggak tau bunda, biar Tuhan yang menunjukkan jalan "

" kamu sudah dewasa, sudah saatnya kamu menikah... bunda nggak mau ngeliat kamu terus menerus memikirkan laki-laki itu "

" aku tau bunda, tapi berat untuk aku menghapus rasa cinta ku terhadap nya bahkan aku telah menjaga hati ini selama belasan tahun... "

" kamu sudah menyiksa diri kamu sendiri, bahkan hampir setiap minggu kamu mendatangi pemakaman istri nya "

" karena itu lah caraku melepaskan rindu ku terhadap nya... terlebih lagi saat aku bertemu dengan putri nya... "

Aisyah sangat merasakan sakit, dengan perasaan yang putri nya rasakan saat ini, mencintai seseorang dengan sangat dalam namun jauh dari kata akan memiliki

" nama pak Brian sudah terukir indah di dalam hati aku, sejak pertama kami bertemu bahkan Tuhan saja sudah lebih dulu tau Bun... " wanita muda itu meneteskan air matanya, Aisyah menyapu air mata Putrinya dengan ibu jarinya

Brian tertegun saat mendengar percakapan mereka, sulit di percaya ada wanita yang sangat mencintai nya bahkan rela menunggu nya kembali tampa berfikir apa yang akan ia dapat dari pengorbanan yang ia lakukan

" selamat sore ibu Aisyah "

suara itu mengejutkan dua wanita tersebut, mereka langsung berdiri dan menoleh kebelakang, Brian berdiri tepat di belakang mereka masih mengenakan pakaian kantor nya, dasinya sedikit ia longgar kan dan lengan kemejanya ia gulung sampai batas siku, kedua tangannya ia masuk kan kedalam saku celana bahan nya ia masih terlihat sangat tampan di usia nya yang sudah menginjak kepala empat

" tuan Brian.... kapan anda datang? " Aisyah terlihat sangat terkejut atas kedatangannya

" saya baru saja sampai " Brian sedikit melirik kearah wanita yang berdiri di samping Aisyah

" hai Shalu apa kabar? " Brian menyapa Shalu dengan sangat lembut

" b-baik pak " balas Shalu dengan gugup

' apa dia mendengar semuanya ' gumam Shalu dalam hati

" mari tuan silakan masuk " ajak Aisyah, dan di balas anggukan oleh Brian.

Shalu menyiapkan minuman untuk Brian, sedangkan Aisyah dan Brian kini tengah duduk di ruang tamu

" apa yang membuat tuan datang kemari ? " tanya Aisyah

Belum sempat Brian menjawab Shalu sudah datang dengan membawa nampan yang berisi kan dua cangkir teh hangat

" silakan di minum pak " ucap Shalu, lalu duduk tepat di seberang Brian, jarak mereka hanya di halangi sebuah meja panjang

" maaf jika kedatangan saya mengganggu " ucap Brian lagi

" tentu saja tidak tuan, pintu panti kami terbuka lebar untuk tuan dan keluarga " balas Aisyah

Shalu hanya menundukkan kepalanya dan jantung nya berdebar saat melihat Brian yang kini ada di hadapannya

" saya tidak menyangka kalau ternyata Shalu adalah putri anda " ucap Brian lagi,

sontak membuat Shalu mengangkat sedikit kepalanya untuk memandang wajah tampan Brian, sedangkan Aisyah hanya tersenyum kecil.

" jika diizinkan, saya ingin mengajak putri anda untuk jalan-jalan sebentar " ucap Brian lagi

DEG

' apa aku nggak salah dengar ' gumam Shalu dalam hatinya, ekspresi wajahnya pun tak kalah terkejut

Aisyah melirik kearah Shalu yang masih berdiam diri

" bagaimana Shalu? " kini Brian melempar kan pertanyaan pada dirinya

" b-baik pak " Shalu masih terlihat sangat gugup " sebentar, saya ambil tas dulu " Shalu langsung mengambil tasnya yang tergeletak tak jauh dari kursinya

" saya mohon izinnya Bu Aisyah " ucap Brian dengan sopan, Aisyah hanya mengangguk dan memberikan senyum pada mereka

Brian membuka kan pintu mobil untuk Shalu, dan berhasil membuat Shalu semakin merasakan debaran jantung nya berdetak cepat seakan-akan ingin melompat dari dalam tubuhnya, bahkan selama perjalanan mereka hanya sama-sama diam belum ada yang mendahului untuk membuka suara

" kita mau kemana pak? " Shalu memberanikan diri untuk memecahkan keheningan

" jangan panggil saya pak, karena saya bukan atasan kamu lagi " balas Brian tanpa menoleh

" maaf... " ucap Shalu lirih, Brian menyunggingkan sudut bibirnya

" panggil saya Brian... " pinta nya, sedangkan Shalu hanya mengangguk

" jadi kita mau kemana? " tanya Shalu lagi

" temani saya makan " jawab nya singkat