webnovel

Tira dan Angga

Berawal dari sebuah bola yang tempar kehalaman belakang orang. Tira dan Angga dipersatukan seperti genangan air dan tinta pena. Untuk Tira, Angga adalah Pribadi yang Misterius namun, baik hati dan pintar. Menjadi teman dari orang seperti Angga merupakan tantangan sekaligus petualangan bagi Tira. Dan untuk Angga, Tira adalah anak kecil yang baik hati, cerdas, cerdik dan dewasa serta merupakan titik terang dari semua kegelapan yang terjadi dalam hidupnya. Angga punya banyak mistery yang ingin di ketahui Tira. Dan mungkin itu akan membaw masalah kedalam hidup tenangnya. Namun, Tira bukalah orang yang gampang menyerah. Dan Angga hanya ingin selalu bisa melindungi perempuan kecil yang di sayanginya itu. plot twist "Meski Anda menaruh tembok cina dan memanggil tentara roma sekalipun, saya Angga Mahesa tidak akan pernah takut untuk memperjuangkan cinta saya!!" Pekik Angga. "Aku hanyalah gadis bodoh yang ingin melindungi Sosoknya, yang aku cintai karena dia adalah Mimpi dan Cintaku..." ucap Tira lembut menatap ibunya. "Apalah artinya mimpi yang ku capai bila aku tidak bisa bersamanya, lebih baik mimpi ini musnah di bandingkan aku harus berpisah dengan dia..." ungkap Tira pada Ayahnya See ya...

Mira_suenaga2020 · Adolescente
Classificações insuficientes
56 Chs

Kerja Bakti

Di suatu pagi yang indah, para warga komplek terlihat sangat sibuk. Mereka bahu membahu sibuk saling membantu dalam kegiatan bersih-bersih komplek bulanan, atau yang di sebut dengan kerja bakti.

Di sana terlihat Tira yang sedang mengumpulkan daun kering yang berjatuhan di pinggir rumahnya. Tira mengumpulkan daun itu sambil berlari-lari, meskipun hanya mengumpulkan daun kering. Dia menganggap jika tugas mengumpulkan daun kering ini persis seperti lomba lari estafet.

Bukan hanya Tira, teman-teman Tira pun terlihat melakukan hal yang serupa. Tapi dibalik semua kesenangan itu. Ada satu orang yang terlihat kebingungan dalam kerja bakti ini.

Siapa lagi kalau bukan Angga Mahaesa, seorang pemuda pendiam yang tidak pernah sekali pun keluar untuk menemui masyarakat. Ini adalah kali pertama bagi Angga untuk keluar dari rumah saat kerja bakti, setelah sekian lama tidak pernah keluar rumah.

Tira pun yang melihat itu langsung menghampiri om kesayangannya itu. Dengan senyum lebar dan mata yang berbinar-binar, sambil berlari menuju Angga.

"Om..lagi ngapain?" tanya Tira dengan senyum lebar.

"Saya sedang membersikan daun, tapi mengapa daun-daun ini terus menyangkut pada sapu ku..," keluh pemuda tampan itu, sambil berusaha mencabutik daun dari sapunya.

"Om aneh sih !!" ledek gadis cilik itu, sambil tertawa terbahak - bahak.

"Aneh!..Kenapa Aneh!?" tanya Angga dengan polosnya.

"Om.... mana ada sih!! orang yang membersihkan daun kering dengan sapu ijuk.." jawab Tira dengan nada meledek sambil menunjuk ke sapu ijuk yang dipegang oleh pemuda berpostur tinggi itu.

"Memang dengan apalagi kau membersihkan daun, dasar anak kecil sok tahu!" ketus Angga, dirinya merasa tidak ada hal yang salah dengan dirinya dan sapu ijuknya.

"Hehehe... tentu saja menggunakan sapu lidih!!" jawab Tira dengan nada yamg mengejek, dengan terkekeh-kekeh.

"A...a.Begitu ya..." Balas Angga dengan nada datar.

"Ya sudah...tunjukan padaku seperti apa sapu lidih itu!" pinta Angga pada Tira.

Mendengat perkataan om kesayanganya itu Tira tertawa terbahak-bahak. Bahkan, Angga sampai dibuat bingung oleh kelakuan gadis mungil itu.

"Om serius tidak tahu, seperti apa sapu lidih itu!" kekeh Tira, betanya pada Angga.

"Iya... " jawab Angga singkat, dia merasa sapu lidih itu adalah kata yang baru dia dengar selama hidupnya.

Hal itu membuat Tira tertawa sangat kencang, hingga seluruh warga komplek melihat ke arah mereka. Lalu, tawa Tira pun tehenti begitu melihat wajah Angga yang terlihat murung dan sedih.

Tanpa sepata kata pun, Tira pergi meninggalkan Angga. Lalu, gadis mungil cantik itu kembali sambil membawa sapu lidih.

"Nah..nah sudah jangan murung lagi, ini namanya sapu lidih," teranh Tira sambil memegang tangan Angga dan memberikan sapu lidih itu.

Tangan kecil nan mulus milik Tira bersatu pada tangan besar milik Angga yang kasar. Membuat perbedaan usia diantara 2 insan itu terlihat. Namun genggaman kencang yang diberikan oleh Tira pada Angga, membuat semua hal itu menjadi menyatu.

Tira yang masih sangat polos dan Angga yang tidak peka. Membuat mereka tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi. Tapi para orang disekitar pun paham. Namun ketika mereka melihat reaksi kedua orang itu, yang biasa saja. Mereka pun mengusir pikiran aneh mereka.

Akhirnya Tira memutuskan untuk membantu Angga membersihkan Depan Rumah dari pria dewasa tersebut. Dengan lambat tapi pasti waktu kerja bakti pun selesai.

Melihat Tira yang penuh dengan keringat, Angga pun segera masuk kerumahnya. Dan mengambil 1 kotak minuman dingin dari kulkasnya lalu dia segera keluar dan menghampiri Tira.

"Nih..." kata Angga sambil memberikan 1 kotas berisi minuman dingin pada Tira.

Tira yang melihatnya pun langsung senang riang gembira. Dia pun memanggil teman-temannya untuk minum bersamanya. Melihat hal itu sekelompok anak-anak pun datang mengahampiri rumah Angga.

" Wah banyak banget!! " seru salah satu anak disana.

"Ambil semau kalian!!" sahut Tira sambil mengambil 2 botol minuman dingin tersebut, sambil berjalan menuju Angga.

"Nih..om minum!" Tira memberikan minuman dingin itu Angga, sambil tersenyum manis.

Angga pun mengangguk dan mengambil minuman itu dari tangan Tira lalu meminum, miniman dingin itu.

Suasana santai itu terhenti saat Angga melihat Tira, Kesulitan membuka tutup pada botol minuman dingin itu. Angga pun tersenyum kecil melihat kelakukan gadis kecil yang ada disamping itu.

Bahkan Tira tidak segan-segan menggunakan mulutnya untuk membuka tutup botol itu. Meskipun botol tersebut, tidak bisa juga dibuka pada akhirnya.

Melihat kelakuan Tira, Angga pun tertawa untuk pertama kalinya setelah sekian lamanya dia tidak tertawa. Dia lalu mengambil minuman dingin tersebut dari tangan gadis kecil itu. Dan membukakan tutup botol itu untuknya.

"Nih..sekarang bisa diminum!!" Angga memberikan minuman itu pada gadis kecil itu, sambil tersenyum kecil meskipun begitu kita dapat merasakan bagaimana hangatnya senyuman itu.

Melihat Angga yang dengan mudah membuka tutup botol itu. Anak-anak yang mengalami hal yang sama dengan Tira pun langsung menghampiri Angga.

"Om bisa bukain enggak.." pinta anak-anak itu serentak.

Angga yang terlihat malu-malu karena baru menemui orang sebanyak itu pun. terlihat kaku dan gugup saat dimintai tolong oleh anak-anak itu.

Lalu situasi mulai terkendali saat Angga melihat mata gadis mungilnya itu. Tatapan mata Tira membuat Angga menjadi lebih tenang untuk menolong anak-anak itu.

"I....i..iya mana sini saya buka.. kan.." pinta A

ngga pada anak-anak itu.

Saat semua botol itu sudah terbuka anak-anak itu mengucapkan terima kasih pada Angga. Dan lalu pulang ke rumah mereka masing-masing.

Wajah Angga pun terlihat merah karena malu, Tira yang melihatnya langsung datang menghampiri Angga dan memeluk pinggul pria jangkung itu dari samping.

"Terima kasih yang om..." ucap Tira sambil tersenyum manis.

"Untuk apa, bukan kah kamu yang membantuku disini?" tanya Angga bingung.

"Untuk minuman dingin dan kegiatan seru saat kerja bakti," jawab Tira sambil tersenyum lebar hingga terlihat gigi putihnya itu.

Angga yang terlihat bahagia hari ini pun juga tak mau kalah dengan Tira. Dan membalas kata-kata gadis kecil itu.

"Terima kasih karena sudah membuatku tertawa hari ini..Tira!" balas Angga sambil tersenyum tipis.

Dan mereka berdua pun saling menatap dan saling tersenyum untuk satu sama lain. Meskipun 2 insan itu tidak saling bicara, tapi kedua mata mereka yang saling menatap itu terlihat seperti berbicara satu sama lain.

Saat kerja bakti benar-benar selesai, Tira pun pamit dengan Angga sambil tersenyum lebar dan melambaikan tangannya pada pria bertubuh kurus itu.

"Besok main lagi ya om dadah..!" Tira melambaikan tangganya pada Angga, sambil dengan tersenyum lebarnya yang terlihat sangat riang .

Anggapun menganggukan perkataan dengan tersenyum tipis, tanpa melambaikan tangan dan segera masuk kerumahnya.

Dan begitulah akhir dari Kerja bakti yang menambahkan pupuk pada benih-benih cinta dua sejoli itu. Yang tidak sadar sedang berada di mabuk asmara berkepanjangan.