webnovel

TIKAM SAMURAI

An appreciation to Mr. Makmur Hendrik.... ---000----- “kau tak akan selamat Saburo. Aku bersumpah akan menuntut balas dari akhirat. Kau akan mati dibunuh oleh Samuraimu sendiri. Akan kau rasakan bagaimana senjatamu menikam dirimu. Kau akan ditikam oleh Samurai yang kau bawa dari negerimu. Ingat itu baik-baik. Aku bersumpah…..” Tikam Samurai bercerita tentang kisah hidup seorang anak muda yang berasal dari desa Situjuh Ladang Laweh, yang terletak di kaki Gunung Sago, Sumatra Barat. Tragedi bermula dengan penyerbuan sepasukan kecil tentara Jepang di sekitar tahun1942 ke desanya. Kebengisan tentara Jepang mengakibatkan ayahnya tewas di tangan Saburo Matsuyama, seorang perwira lapangan dan ibu dan kakak perempuannya ikut menerima dampak buruk dari perlakuan prajurit Jepang. Si Bungsu nama anak muda itu, satu-satunya yang selamat di keluarganya. Samurai yang ditinggalkan oleh Saburo menjadi sarana latihan untuk mulai meretas jalan menuju Jepang untuk menuntut balas. Ia akhirnya menciptakan jurus Samurai yang khas yang dapat memenangkan pertarungan demi pertarungan melawan para penjahat bahkan prajurit Jepang sendiri. Beberapa prajurit Jepang melakukan harakiri untuk mengakui kekalahannya menghadapi si Bungsu. Berbagai peristiwa unik dengan latar sejarah akhirnya mengiringi perjalanan si Bungsu menuju Jepang. Berkenalan dengan anggota pasukan khusus Inggris Green Barret dan bertarung dengan Yakuza. Dia akhirnya berhasil menemukan pembunuh keluarganya, Saburo Matsuyama, musuh besarnya di Kyoto, dan mengantarkan Saburo untuk memilih harakiri setelah dikalahkan dalam pertarungan Samurai sejati oleh si Bungsu.

BIAAN · Ação
Classificações insuficientes
266 Chs

Bersebar! Kita cari dia…

"Ku pecahkan kepalamu, Indian busuk…"rutuk anggota Ku itu sambil berjalan mengendap mencari tempat yang lebih baik untuk menembak.

Dia tahu, Indian-Indian ini amat berbahaya. Karenanya dia harus hati-hati. Melangkah sepelan mungkin agar tak menimbulkan suara, ke kanan sedikit lagi, agar bisa membidik pelipisnya. Nah, kini dia mendapatkan tempat untuk itu. Dari tempat dia tegak dia bisa menembak pelipis kanan Indian jahanam itu dengan cepat.

Indian itu kelihatannya masih muda. Mungkin baru sekitar tiga puluhan usianya. Kalau begitu yang satu ini bukanlah Indian yang ditahan di rumah peribadatan dan yang meloloskan diri dengan orang asia itu, tapi betapun jua, sesuai perintah yang diterima, setiap orang berada dirumah ini, yang terdiri dari dua Indian atau barangkali lebih, kemudian seorang lelaki Asia, lalu dua orang perempuan, seorang diantaranya adalah Letnan Polisi Dallas, semuanya harus di bunuh. Tak ada kecuali.

Nah, kini dia membidik. Tadi dia sudah mendengar beberapa tembakan. Sebagai komandan dari penyergapan ini, seharusnya kawan-kawannya menunggu perintah dari dia. Tapi keadaan mungkin mendesak mereka untuk segera menembak, tak apalah. Jadi kini dia juga harus menembak. Dia membidik.

Tapi… ada tangan di ujung bedilnya itu, yang entah dari mana datangnya, yang tak diketahui kapan munculnya itu. Ya Tuhan! Makhluk itu tak lain dari si Indian tua, Yoshua!

Indian itu bertelanjang dada dan tubuhnya sebatas pusat keatas, termasuk wajahnya, penuh gambar corang-coreng. Mirip Indian di filem-filem jaman dahulu! Tapi pimpinan regu ku klux klan ini tak langsung takut seperti anak buahnya dulu, dia melepaskan bedilnya. Kemudian menghujamkan pukulannya ke wajah Indian itu! Yoshua sudah siap. Tangan yang memukulnya itu dia tangkis dengan… kampak! croot! Pukulan yang keras itu menerpa mata kampak besar yang amat tajam itu! Dan anggota ku yang hebat itu meraung! Raungnya juga hebat.

Betapa dia takkan meraung, tinjunya terbelah dua sampai pergelangan. Di ujung sana, Indian yang tadi dia membidik yang tak lain dari pada si Pipa Panjang, menoleh dantersenyum. Dia memang sengaja duduk disana sebagai perangkap untuk pimpinan regu anggota Ku itu.

Yoshua menyambar topeng yang dipakai anggota Ku Klux Klan itu. Merenggutkan nya, orang itu merunduk begitu topengnya terbuka. Namun yoshua menjambak rambutnya, menyentakan hingga orang itu menengadah.!

"Itzak..!"desis Yoshua begitu melihat wajah orang itu.

Dan orang yang dia kenal itu, yang tak lain dari pada mandornya di perkebunan dimana dia bekerja dahulu. Mandor turunan Yahudi yang tak pernah ramah padanya, pada orang turunan Indian, Mexico atau Negro. Mandor yang amat berkuasa. Dari namanya yang "Itzak"itu saja sudah tercium yahudinya. Yahudi yang amat merasa super dan berkuasa di Amerika.

"Tanganmu sebaiknya dipotong hingga pergelangan, tuan mandor. Kalau tidak bisa infeksi…"Yoshua berkata datar.

Tanpa menunggu persetujuan si mandor, dia seret orang itu. Kemudian menekankan tangan kanannya yang belah itu kesebuah kayu besar. Si mandor meraung-raung. NamunYoshua menetakan kampaknya. Dan…trass! tangan itu putus sampai pergelangan!

"Nah, keadaanmu kini jauh lebih baik dari pada tadi, Mandor…"ujar Yoshua.

Si mandor sudah basah celananya menahan sakit dan melihat darah yang menyembur dari bekas lukanya.

"Kedua tanganmua ini sering membikin celaka dan menganiaya kami para buruh perkebunan. Kini keduanya harus dipotong, Mandor…" ujar Yoshua dengan nada datar.

Dan selagi orang yahudi yang sadis itu menghiba-hiba memohon ampun, giliran tangan kirinya pula yang dapat giliran kena tebas putus! Kini kedua tangannya putus hingga pergelangan!

"kakimu sering menendang kami para buruh, kau masih ingat nasib Miguel. Orang mexico yang kau tendang kemaluannya itu Mandor? Kemudian setelah kemaluannya tak berfungsi kau setubuhi istrinya berkali-kali…Kau ingat?"

Si yahudi telah tertunduk lemah. Lemah karena takut dan lemah karena kehabisan darah. Wajahnya amat pucat. Celananya telah basah karena kencingnya. Namun Yoshua masih bercerita sambil ikut-ikutan duduk dekatnya.

"Setelah kau puas dengan isteri Miguel yang malang itu, kau nodai pula anak gadisnya yang bernama Tertila. Gadis cantik berumur lima belas tahun, kau perkosa berkali-kali hingga gadis itu mati bunuh diri. Kau ingat itu itzak…?"

Itzak menggeleng dan mengangguk berkali-kali. Dia memohon ampun.

"Ah, kau pasti bergurau mandor. Mana ada orang Yahudi, Mandor dan Anggota Ku Klux Klan pula yang mengenal rasa takut, apalagi minta ampun. Kau pasti bergurau mandorr….."

Itzak menangis tersedu-sedu ingat anak dan istrinya. Ingat harta dan gundiknya. Ingat dunia kenikmatan yang akan ditinggalkannya. Kalau saja dia bisa tetap hidup meski kedua tangannya buntung, dia tetap bisa menikmati hidup ini.

Soal tangannya adalah soal gampang, dengan uang sekian ratus dollar, kedua tangannya bisa utuh dengan tangan palsu. Tapi yoshua tidak memberikan jalan sedikitpun. Sambil duduk itu dia pegang kepala Itzak.

"Dalam kepalamu ini, bersarang otak yang cemerlang unutk menyebar aniaya di tengah orang-orang berkulit berwarna. Saya ingin melihat otakmu, Itzak. Kau pernah dengar betapa orang Indian menguliti kepala musuhnya..? ujar Yoshua dengan nada suara dingin dan dengan tangan yang ramah mengusap-usap rambut Itzak.

"Rambutmu ini amat indah, Itzak. Bagi suku kami adalah merupakan kebanggaan jika dapat membawa kulit kepala musuh kami pulang ke rumah. Untuk ditaruh sebagai hiasan.."

"Tapi.. tapi kita tak pernah bermusuhan Yoshua.. saya bukan musuhmu…"

"Oh, tidak. Kita tak pernah bermusuhan. Kau menganiaya kami dulu di perkebunan semata-mata karena kasih sayangmu pada kami. Hari ini kau juga datang kerumahku, dengan topeng mainanmu ini, dengan bedil ditanganmu, dengan membawa anak buah setengah lusin, juga bukan karena kita bermusuhan. Kau pastilah datang mencariku untuk memberikan sebuah ciuman dan memelukku serta membawaku minum sebagai rasa persahabatan, bukan? Begitu, bukan….bukan…?"

Dan sambil berkata tangannya menjambak rambut yahudi itu kuat-kuat. Itzak sudah tak ada daya lagi.

"Mandor, tanganku sudah sangat tua, Tanganku sudah tak lagi begitu ahli menguliti kulit manusia, sudah tak begitu mantap. Tapi ponakanku itu, yang tadi yang akan kau tembak pelipisnya, amat mahir. Dia punya pisau yang amat tajam. Yang tak begitu menyakitimu bila dia mengelupas kulit kepalamu. Hei Pipa Panjang….Mari sini….!"

Indian muda itu bangkit. Ditangan nya ada pisau besar lagi mengkilat tajam. Si yahudi bernama Itzak yang terkenal sadis di perkebunan itu, dan terkenal sadis sebagai algojo ku klux klan, kini hanya menatap dengan diam dengan mata basah pada Indian yang mendatanginya. Kemudian terdengar pekik menggema.

Pekik itu terdengar oleh dua orang anggota ku klux klan di tempat mereka. Kebetulan keduanya bertemu dibahagian selatan, seratus meter dari rumah.

"Kita terus saja. Kita bakar dinamit dan kita ledakan rumah itu…"bisik yang satu.

Kemudian mereka mendekat setapak demi setapak. Kemudian berputar kebahagian samping kanan. Tapi tiba-tiba mereka terhenti.

Di bahagian depan rumah itu, dibawah cucuran atap, mereka melihat sesosok tubuh menggantung-gantung. Digantung pas lehernya, kepala orang yang digantung itu mengkilap. Jubah putihnya berlumuran darah, kedua tangannya putus hingga pergelangan tangan.

Jelas itu adalah pimpinan regu mereka, Itzak! Dan jelas bahwa kulit kepalanya telah dikelupas dengan cara yang amat mahir. Kedua orang itu menggigil saking takutnya melihat mayat digantung itu, mereka tertegak lemah ditempat mereka.

"Cepat, hutan ini penuh iblis. Bakar dinamit itu dan ledakan rumah jahanam itu. Kita harus segera hambus dari sini…"bisik yang seorang.

Mereka lalu mengeluarkan dua bongkah dinamit dengan ukuran besar dari jubah mereka. Mereka menyalakan geretan. Beberapa geretan itu berkali-kali mati karena apinya tak pernah dekat sumbu dinamit tersebut. Tangan mereka menggigil. Ada beberapa menit, berulah sumbunya terbakar, tapi mereka tidak segera melemparkannya, soalnya api di sumbunya bisa mati.

Dan saat itulah mereka mendengar suara desiran dibelakang. Mereka melihat kebelakang, lalu keduanya tak dapat menahan pekik. Di belakang mereka berdiri tiga orang Indian yang badannya penuh dengan gambar-gambar dan kampak ditangan. Mereka tak bisa berbuat apa-apa, sebab bedil mereka sudah ada ditanah.

Dengan amat cepat mereka kena ringkus. Mereka diikat kepohon kayu besar tak jauh dari tempat mereka diringkus. Lalu dinamit yang masih menyala sumbunya dimasukan kedalam jubah mereka.

"Kalian berusahalah untuk bebas. Kalau kalian bisa melepaskan diri sebelum dinamit itu meledak, maka kalian tak akan kami ganggu. kami akan pulang kerumah itu, Berusahalah." kata Yoshua sambil berjalan dengan diikuti Pipa Panjang dan Elang merah.

Kali ini kedua anggota Ku itu tak bisa lagi tahan tangis dan lolongan. Dianamit yang dimasukan dan diselipkan didalam jubah mereka, sumbunya tinggal sedikit, kalau Dinamit itu meletus, Ya Tuhan!

Mereka menangis minta ampun, minta tolong dan minta dikasihani. Namun tak ada yang menyahuti Kemudian ketiga Indian itu benar-benar pergi. Dan…hutan itu tiba-tiba bergemuruh oleh gelegar dinamit. Si Bungsu tertegun mendengar ledakan tersebut. Ada apa?

Di sebelah utara, diarah bunyi ledakan dinamit tersebut. Dilihatnya sebuah pohon sebesar dua kali dekapan manusia dewasa, terpental beberapa meter ke udara dan Pucuknya naik meninggi, kemudian jatuh melosoh kebawah turun dan tumbang! sipongang ledakannya bersahutan. Segala isi hutan itu kaget. Elizabeth sendiri kaget terbangun, Angela berusaha menenangkannya walau juga berdebar.

"Dimana Yoshua?"tanyanya begitu bangun.

Angela yang juga sangat mengkhawatirkan si Bungsu, coba jelaskan akan kedatangan beberapa orang itu. Elizabeth bangun dan terdorong oleh rasa ingin tahu, berlari keluar. Angela juga berlari keluar.

Yoshua sudah bertindak cepat. Mayat di gantung itu sudah diturunkan dan di letakkan ke dalam hutan. Kini ketiga Indian itu tegak di halaman seperti tak terjadi apa-apa. Angela pucat wajahnya begitu tak adanya si Bungsu di antara mereka, Indian itu diam menatap kesekitar rumah itu. Mereka juga merasa cemas pada orang yang mereka hormati itu. Kini dimana dia?

"Bersebar! Kita cari dia…"ujar Yoshua setelah mencari beberapa saat.

Angela berlari masuk, mengambil bedil. Kemudian mengisinya dengan peluru. lalu berlari keluar. Begitu tiba di luar dia terpekik, melihat si Bungsu berlumuran darah.