webnovel

Trio Gesrek

Malam harinya Kinan yang baru saja keluar dari kamarnya, dia mendapatkan kabar jika Daddy serta ketiga temannya sudah menyebar foto mereka bertiga.

Dan itu ancaman bagi mereka bertiga Kinan memikirkan bagaimana caranya agar anak buah daddynya tidak bisa menemukannya. Kinan menemui kakak dan adiknya dibawah, dia ingin merundingkan masalah ini.

"Kak!" panggil Kinan.

"Hem," Ara hanya berdehem.

"Sepertinya kita harus merubah penampilan kita deh, soalnya Daddy dan ketiga sahabat Daddy menyuruh anak buahnya untuk mencari kita, bahkan foto kita sudah disebarluaskan," ucap Kinan.

"What!" teriak Ara dan Yasmin secara bersamaan.

"Eh buset,, biasa aja kali itu moncong putihnya," ucap Kinan yang terkejut saat mendengar Kakak dan Adiknya teriak.,

"Terus kita harus bagaimana?" tanya Yasmin yang mulai panik.

"Em, bagaimana kalau kita pakai cadar aja untuk sementara waktu," ucap Kinan memberi usul.

"Ide bagus, mulai besok kita harus pakai cadar dan harus tetap waspada," sela Ara.

"Oke deal," ucap Kinan dan Yasmin.

Mereka memutuskan untuk memakai cadar untuk sementara waktu, Kinan yakin kalau calon mertua mereka itu bukan orang sembarangan.

Setelah merundingkan masalah itu kini mereka menutup toko dan mulai memasak untuk makan malam mereka. Tentu yang masak itu Ara, karena Kinan dan Yasmin tidak bisa masak. Bukan tidak bisa masak tapi mereka sangat malas kalau di suruh memasak.

Tak lama, Ara sudah selesai memasak. Namun, kedua adiknya malah tertidur. Kinan tertidur di sova, sedangkan Yasmin tertidur di karpet dengan tangannya memegang novel. Mungkin karena kelelahan, jadi mereka tertidur padahal tadi mereka sangat lapar.

Ara hanya geleng kepala melihat itu. Tiba-tiba ide jahil memenuhi otak Ara yang sudah lama tidak menjahili kedua adiknya. Padahal beberapa hari yang lalu saja Ara tak menjahili adiknya.

"Tolong! Tolong!" teriak Ara di dekat Kinan dan Yasmin.

"Tolong! Maling, tolong maling," teriak Ara sekali lagi membuat Kinan dan Yasmin langsung berdiri berusaha lari.

"Mana maling? Mana maling? Kakak tolong aku takut diculik," panik Yasmin bersembunyi di balik Kinan.

"Di mana malingnya? Mana? Apa yang kemalingan? Kakak!" Kinan sangat panik, bahkan dia juga mencekeram tangan Yasmin.

"Hatiku doang yang kemalingan," jawab Ara dengan santainya. Dia segera menutup kedua telinganya, sebab sudah dipastikan Kinan dan Yasmin akan berteriak.

"Kak Araaa!" teriak Kinan dan Yasmin yang sadar jika dikerjai oleh kakak durjananya itu. Ya, benar dugaan Ara, Yasmin dan Ara berteriak sangat keras.

"Sudah, sudah. Kalian mau makan tidak?" tanya Ara sambil berlalu pergi.

Kinan dan Yasmin yang sudah kelaparan langsung mengekor sambil bedesakan ketika di pintu hanya karena tak ingin jalan paling belakang.

Ara yang sudah biasa dengan tingkah ajaib para adiknya pun acuh. Toh mereka sudah bukan anak kecil lagi.

"Kak Kinan, kakak ngalah dong sama Yasmin," pinta Yasmin.

"Dih, siapa kamu nyuruh-nyuruh. Yang ada tu kamu, harusnya mempersilahkan yang lebih tua duluan," jawab Kinan tak mau kalah.

Kinan dan Yasmin terus berebut hingga Ara sudah menghabiskan segelas teh manis.

"Ya sudah kalau kalian tak ingin makan. Kakak habiskan saja semuanya," ucap Ara menyela perdebatan Kinan dan Yasmin.

Akhirnya, Kinan dan Yasmin memutuskan untuk suit. Karena harus tetep ada yang mengalah sebelum Ara menghabiskan semua makanannya.

Kinan yang kalah suit hanya bisa pasrah menerima nasib. Mereka bertiga pun menikmati makanan dalam keheningan.

Setelah selesai makan, mereka memyempatkan untuk bercengkrama meakipun mereka sudah lelah beraktivitas seharian.

"Alhamdulillah, kenyangnya. Terima kasih untuk makanannya Kak Ara yang paling galak," ucap Yasmin setelah minum.

"Terima kasih Ijah," ucap Kinan membuat Ara menatapnya tajam.

Setelah lelah, mereka langsung pergi tidur untuk mengistirahatkan badan mereka yang terasa remuk.

Pukul 2 dini hari, ponsel Yasmin terus berbunyi karena ada yang menelpon. Yasmin yang belum sadar langsung mengangkan telepon dan betapa terkejutnya Yasmin mendapati suara Mr. Darren diseberang.

"Apa! Sekarang Sir? Nggak bisa besok aja? Saya tidak mungkin keluar rumah jam segini Sir," jawab Yasmin terkejut hingga membelalakkan mata kantuknya.

"Iya, saya harus berangkat subuh ini dan saya akan pergi selama 5 hari. Kalau begitu berikan alamatmu. Biar saya yang kesana," jawab Mr. Darren tanpa ragu.

Yasmin yang kasih sangat mengantuk pun memberikan alamat dang langsung tertidur kembali. Ia lupa jika harus menemui Mr. Darren.

Darren yang sampai di depan rumah Yasmin langsung mengklakson. Namun, tak ada tanda-tanda seorang pun yang merespon. Akhirnya Darren menelpon Yasmin lagi berkali-kali.

Ara yang terbangun untuk sholat tahajud mendengar kebisingan yang begitu mengganggu dari ponsel Yasmin langsung mengeceknya.

[Saya sudah di luar] dari Tuan pembunuh berantai.

Ara pun bingung melihat nama pengirim pesan yang hanya ia lihat di kolom notifikasi. Namun, Ara mencoba keluar dan benar saja ada seorang pria yang berdiri bersandar pada mobilnya.

"Ah, maaf. Apa anda yang menghubungi adik saya barusan?" tanya Ara berhati-hati.

"Ah, apa yang anda maksud adik anda Yasmin?" tanya Darren balik.

"Oh, jadi kamu si tuan pembunuh berantai itu. Ada perlu apa mencari adik saya?" tanya Ara dengan garang.

Darren yang mendengar kata 'tuan pembunuh berantai' pun bingung hingga menaikkan sebelah alisnya. Namun, Darren yang sedang terburu-buru langsung menitipkan beberapa file bahan kuliah untuk mata kuliahnya beberapa hari kedepan lantaran ia harus ke luar kota.

Ara mengernyitkan alisnya dia bingung dengan tingkah pria yang ada didepannya itu, karena tidak mau ambil pusing Ara pun menerima berkas dari Mr. Darren.

Setelah kepergian Darren, Ara pun masuk ke dalam dan terlihat Kinan yang baru saja selesai sholat tahajjud.

"Kakak, habis dari mana?" tanya Kinan yang sedang melipat mukenanya.

"Tadi ada pria yang menghubungi bayi dugong, setelah kakak temui pria itu hanya ngasih berkas ini," jawab Ara.

Kinan pun mengecek dokumen yang berada ditangan sang Kakak, dia pun akhirnya tahu jika yang datang adalah dosen killer.

"Dia mah dosennya, bayi dugong." ucap Kinan.

"Benarkah, tapi kenapa ganteng banget," ucap Ara.

"Ganteng juga Kenzo," gumam Kinan yang masih didengar sama Ara.

Ara pun menjitak kepala Kinan sampai Kinan mengaduh kesakitan.

"Auh, sakit Kak," ucap Kinan sambil mengusap kepalanya.

"Bodoamat," ucap Ara kemudian pergi meninggalkan adiknya.

Di lantai atas memang hanya ada satu kamar dan mereka tidur bersama, hanya menggunakan kasur lantai saja. Karena mereka belum sempat beli tempat tidur yang layak.

Kinan dan Ara pun kembali melanjutkan tidurnya. Tapi Kinan mengecek sesuatu terlebih dahulu, agar besok dia tidak takut jika bertemu dengan anak buah daddynya. Setelah selesai dia pun langsung tidur kembali.