webnovel

Kelinci Kecil

Di siang yang terik, Darren melihat Yasmin tergopoh-gopoh di koridor dan langsung menghampirinya.

"Kau, Ikut aku!" ucap Darren sambil terus berjalan.

Yasmin yang tengah buru-buru untuk masuk kelas pun mengindahkan perintah Darren.

"Ish! Punya hak apa memang dia?" gumam Yasmin.

Yasmin terus berjalan menuju kelasnya karena temannya baru saja mengabari jika dosen yang seharusnya mengajar akan terlambat 5 menit. Yasmin pun bergegas karena itu merupakan sebuah keberuntungan yang tak boleh dilewatkan.

Sedangkan Darren yang sudah menunggu Yasmin di ruangannya mulai bosan karena Yasmin tak kunjung datang. Hingga akhirnya Darren memutuskan untuk mencari Yasmin.

"Kelinci kecil, kau mulai berani membantah perintahku ya," ucap Darren kesal.

Tanpa basa-basi Darren langsung mencari Yasmin ke kelasnya. Ia yang sedang masih merindukan Yasmin tak memperdulikan apapun asal kelinci kecilnya selalu didekatnya. Apalagi, aroma parfum Yasmin yang begitu candu membuat Darren betah berlama-lama dengan Yasmin.

"Lihat saja, aku akan menyeretmu kelinci kecil."

Yasmin yang tengah mengikuti perkuliahan pun serius memperhatikan dosennya yang sedang menjelaskan materi dan beberapa kali Yasmin aktif dalam kelas. Apalagi mata kuliah itu merupakan mata kuliah favorit Yasmin.

Tok tok tok.

Dosen yang tengah mengajar sontak menoleh ke arah pintu dan menyuruh orang yang mengetuk pintu masuk.

"Sial!" batin Yasmin.

Melihat Darren yang datang, Yasmin langsung panas dingin, gelisah dengan kehadiran Darren. Apalagi tatapan matanya yang tajam langsung menatap ke arah Yasmin.

"Dasar pembunuh berantai, ngapain dia kesini sih? Sial!" batin Yasmin.

Darren yang melihat Yasmin ikut menatapnya pun tersenyum tipis. Pasti Yasmin sudah tahu maksud kedatangannya, pikir Darren.

"Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Dosen yang tengah mengajar itu.

"Ah iya, boleh saya pinjam Yasmin sebentar? Ada hal penting yang harus saya bicarakan dengannya." Darren dengan sopan meminta izin kepada dosen agar rencananya berjalan mulus.

"Boleh, Pak."

"Yasmin? Sini sebentar," sambungnya.

"Iya, Bu? Ada apa ya?" tanya Yasmin pura-pura tak tahu apa-apa, sembari berjalan malas ke depan kelas.

Darren yang melihat Yasmin pura-pura pun sedikit gemas dan kesal.

"Bu? Saya bawa Yasmin sebentar, ya." Darren langsung menyeret Yasmin tanpa persetujuan.

"Eh, Pak. Mau ke mana kita? Ih, pake seret-seret segala. Emangnya saya apa?" gerutu Yasmin membuat Darren terkekeh gemas.

"Kamu itu kelinci kecil yang nakal," bisik Darren tepat di telinga Yasmin. Sontak saja Yasmin merinding dibuatnya.

"Astaga, pembunuh berantai ini benar-benar buatku kesal," batin Yasmin dengan jantung yang berdebar.

Yasmin pasrah saat Darren menyeretnya ke dalam ruangannya. Otak Yasmin tak dapat berpikir apapun.

"Kau duduklah di sana. Juga, kerjakan semua ini. Selesai atau tidak, harus selesai sore ini sebelum jam pulang," perintah Darren tanpa berkedip.

Yasmin benar-benar kesal. Apalagi tugas yang diberikan itu tidaklah sedikit dan kemungkinan akan selesai hingga malam. Sesekali Yasmin melirik Darren yang tampak santai menatap komputer di depannya.

"Dasar pembunuh berantai! Awas saja, ku jadikan kau perkedel nanti," gumam Yasmin.

Darren yang mendengar samar-samar langsung melirik Yasmin dengan smirknya.

Sudah lebih dari 3 jam Yasmin berkutat dengan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan Darren namun belum selesai juga. Sedang 15 menit lagi waktunya untuk pulang.

"Ah! Pembunuh berantai sialan! Aku kelelahan tapi tak sedikitpun diberi makan atau minuman paling tidak," protes Yasmin sambil membenturkan kepalanya pelan pada meja.

Darren yang asik dengan game di komputernya pun seolah tak memperdulikan keluhan Yasmin.

"Rasakan itu, salah siapa kemarin kau menghilang dari jangkauanku kelinci kecil," batin Darren.

Namun selang tak berapa lama, Darren melirik Yasmin yang mulai serius lagi mengerjakan, tergerak hatinya untuk mendekat.

"Kenapa belum selesai? Ah, iya. Kau kan hanya sibuk mengeluh dan memakiku tadi," ucap Darren yang sudah berdiri di samping Yasmin.

Yasmin yang tak terima langsung berdiri menantang Darren tanpa rasa takut.

"Hei! Maksud anda apa? Apa perlu saya laporkan bapak jika bapak memaksa seorang mahasiswa untuk Mengerjakan pekerjaannya?" ucap Yasmin mulai terpancing emosi.

Darren yang merasa Yasmin sangat lucu ketika emosi sontak mendekat memojokkan Yasmin.

"Hei, Saya ini bukan bapak kamu. Dan kamu lupa siapa saya hingga kamu mulai berani?" tanya Darren.

"Ba-bapak mau apa Pak? Jangan macem-macem sama saya. Saya bakal teriak nih," ucap Yasmin terbata karena Darren yang terus mendekat.

Darren tak memperdulikan ancaman Yasmin dan terus mendekat memojokkan Yasmin ke meja. Jarak antara Yasmin dan Darren yang sudah tinggal setengah langkah membuat Yasmin semakin gugup.

Darren yang melihat Yasmin gugup langsung mencondongkan badannya mendekat ke wajah Yasmin.

"Kelinci kecil," bisik Darren di telinga Yasmin.

Darren langsung menyandarkan kepalanya pada bahu mungil Yasmin yang goyah. Meskipun begitu, Darren tampak nyaman.

"Kenapa, jantungku berdegup dengan kencang ya?" Yasmin bertanya-tanya dalam hati.

Sedangkan di sisi lain Kinan sudah selesai kerja, rencananya ia ingin menjemput adiknya dan mengajak Yasmin makan es krim sudah lama juga dia tidak mengajak Yasmin jalan-jalan.

"Honey!" panggil Kenzo.

"Yes," jawab Kinan tanpa menoleh ke arah Kenzo.

"Honey, kalau aku panggil tatap wajahku jangan mengacuhkan aku seperti itu," ucap Kenzo.

Cup!

Kinan mencium pipi Kenzo agar tidak berisik lagi, karena dia sangat malas jika harus berdebat dengan Kenzo. Dan Kenzo pun mematung mendapatkan perlakuan seperti itu dari kekasih hatinya.

"Honey, kau mulai nakal," ucap Kenzo tersenyum.

"Kau yang mengajariku Tuan Kenzo Junior Aberto," ucap Kinan.

Kenzo terkekeh," Baiklah, karena kamu sudah membuat aku senang, malam ini aku akan mengajakmu nonton tapi berdua saja," ucap Kenzo.

"Em,, akan aku pikirkan. Untuk saat ini bisakah Tuan Kenzo mengantarkan aku ke kampusnya si bungsu," ucap Kinan tersenyum.

"Dengan senang hati Nyonya Kenzo," ucap Kenzo.

Mereka berdua pun tertawa kemudian bergegas keluar dari ruangan menuju ke lobby, banyak karyawan yang iri dengan Kinan yang bisa dekat dengan Kenzo.

"Silahkan masuk Nyonya Kenzo," ucap Kenzo sambil membukakan pintu untuk Kinan.

"Terima kasih," ucap Kinan.

Kenzo pun masuk ke dalam mobil lalu mereka menuju ke kampus Yasmin untuk menjemputnya.

"Honey, aku mau mengajak Yasmin makam es krim. Jadi nanti kamu boleh pulang duluan," ucap Kinan.

"No, aku akan menemani kamu dan adik ipar untuk makan es krim," ucap Kenzo.

"Baiklah," ucap Kinan.

Baru saja Kinan dan Kenzo tiba di depan gedung fakultas, mereka melihat Yasmin yang berlari tak tentu arah. Kinan yang khawatir pun langsung mengejar tanpa pikir panjang.

"Yasmin! Kamu mau kemana!" teriak Kinan.

Yasmin yang merasa terpanggil langsung berhenti dan tersenyum. Ia menghampiri kakaknya dengan sebuah pelukan.

"Kak, tumben Kakak jemput Yasmin," tanya Yasmin dengan raut heran.

"Heh, kau lupa Kakak berjanji mau traktir es krim?" jawab Kinan dengan menoyor kepala Yasmin yang lemot.

"Ya sudah ayo kak," ucap Yasmin dengan riang dan menarik tangan Kinan.

"Hei, bayi dugong! Kakak menjemputmu diantar Kenzo bukan naik odong-odong," ucap Kinan yang kesal karena ditarik ke arah berlawanan dengan letak mobil Kenzo.

"Ahh, begitu. Baiklah ayo," ucap Yasmin tanpa benar-benar paham ucapan Kinan.

"Hei miskah! Mobilnya di sana. Bukan di parkiran!" ucap Kinan sambil menengokkan wajah Yasmin ke arah mobil Kenzo.

Kinan semakin gemas karena adiknya yang teramat lemot itu. Sedangkan Yasmin hanya ber-oh ria.

Di dalam perjalanan menuju tempat es krim favorit Yasmin, Yasmin melamun terbayang kejadian di ruangan Darren.

"Kelinci kecil, temani aku ke taman bermain," ucap Darren setengah berbisik.

Yasmin yang masih mematung hanya diam tak merespon. Ia tak menyangka seorang dosen killer yang ia panggil pembunuh berantai ini meminta Yasmin untuk menemaninya ke taman bermain.

"Kelinci kecil?" panggil Darren dengan melambaikan tangannya di depan wajah Yasmin.

"Kelinci kecil?" panggil Darren lagi sambil mengguncang bahu Yasmin.

"A-ah. A-apa yang kau inginkan?" tanya Yasmin gugup.

"Aku ingin kamu menemaniku malam ini," jawab Darren dengan smirk.

"Hei! Anda pikir saya perempuan macam apa!"

"Yasmin! Kau mau es krimnya tidak?" tanya Kinan menyadarkan Yasmin dari lamunan.

"Ah! Tentu saja aku mau! Aku mau 5 yang rasa coklat," jawab Yasmin setengah berteriak membuat Kinan dan Kenzo terkejut.

Kinan dan Kenzo pun saling menatap keheranan dengan tingkah Yasmin yang tak seperti biasanya. Meskipun Yasmin paling antusias dengan es krim namun tak pernah berbicara dengan setengah berteriak begitu.