webnovel

Setelah Empat Tahun, Adegan Malam itu Muncul Kembali (1)

Editor: Wave Literature

Tong Lu memandangi pria yang ada di sebelahnya itu diam-diam. Cahaya lampu yang jatuh pada wajahnya, membuat wajah Leng Yejin terlihat semakin tampan dari samping, setiap jengkal wajahnya bak sebuah karya seni yang begitu indah dan sempurna. Begitu sempurnanya sehingga tidak membutuhkan tambahan apa pun untuk menyempurnakan ketampanannya lagi. Kemeja putih lengan panjang yang digulung ke atas, dengan jelas membentuk tubuh bidangnya. Sementara celana panjangnya tampak jatuh sempurna membungkus kaki jenjang pria itu. Dari ujung rambut hingga ke ujung kaki, pria itu seolah memiliki aura yang sangat kuat yang mampu memikat mata setiap orang yang melihatnya.

Leng Yejin bagai dilahirkan menjadi seorang makhluk sempurna. Terlalu menawan dan mempesona. Entah itu fitur wajahnya ataupun penampilan tubuhnya, semuanya seolah mampu membuat orang yang melihatnya tenggelam dalam pesonanya. 

Hal itu membuat jantung Tong Lu saat ini berdetak dengan sangat kencang. Pikirannya secara tidak sadar menjelajah ke adegan malam pertama di mana suaminya menggaulinya dengan liarnya. Wajahnya pun sontak memerah ketika gambaran itu terlintas di pikirannya. Ya Tuhan! Apa yang sebenarnya sedang aku pikirkan barusan?! Jeritnya di dalam hati sambil menggigit ujung bibirnya. Dia tampak berusaha keras menenangkan dirinya dan meyakinkan bahwa yang berada di depan matanya itu bukanlah mendiang suaminya, melainkan adik iparnya.

"Apa sudah cukup memandangiku sejak tadi?" tanya Leng Yejin sambil menoleh. Alisnya yang tebal tampak melengkung sempurna menambah ketegasan di wajahnya yang sanggup membuat orang merasa berbahaya jika terlalu dekat dengannya.

Tong Lu dengan cepat mengalihkan pandangannya dan menunduk. "Maafkan aku. Kamu terlalu mirip dengan mendiang suamiku. Aku masih belum terbiasa," ucapnya meminta maaf.

Sepasang mata indah Leng Yejin tampak memancarkan sebuah perasaan iba ketika melihat gadis yang di sebelahnya itu terlihat sangat panik dan merasa bersalah. "Dalam beberapa tahun terakhir, kamu telah bekerja keras mengurus dan merawat Shanshan dengan baik. Terima kasih karena telah menggantikanku merawat keponakanku itu," tuturnya dengan suara yang melunak dari sebelumnya.

"I… Itu sudah seharusnya aku lakukan," sahut Tong Lu yang masih terdengar sedikit panik.

"Kakakku sempat menghubungiku sebelum dia meninggal. Kelak, kamu dan Shanshan akan menjadi tanggung jawabku seterusnya," imbuh Leng Yejin lagi.

Mendengar perkataan Leng Yejin, Tong Lu benar-benar tidak tahu harus berkata apa. Dirinya belum dapat benar-benar mencerna apa maksud perkataan pria itu.

Melihat tidak adanya reaksi dari Tong Lu, Leng Yejin menyipitkan mata dan berkata sambil memicingkan matanya., "Bagaimana? Kamu berani untuk menolaknya?" 

"Tidak, tidak. Tentu saja tidak," sahut Tong Lu cepat-cepat. Bagaimanapun juga hal ini terasa aneh, namun dia sendiri tidak tahu bagian mana yang salah dari perkataannya itu.

"Baguslah. Kalau begitu, mulai hari ini, kamu dan Shanshan akan tinggal bersamaku," kata Leng Yejin dengan datar sambil meletakkan telapak tangannya yang besar dan kokoh ke atas tangan Tong Lu yang mungil.

Saking terkejutnya, Tong Lu tidak dapat menahan tangannya yang terasa bergetar di bawah genggaman tangan Leng Yejin. Dia sempat berusaha untuk menarik tangannya, namun tentu saja hal itu sia-sia. Dia kemudian menolehkan kepalanya dan tatapan matanya bertabrakan dengan sepasang mata indah yang juga sedang menatapnya. Seketika itu juga pikirannya menjadi kosong, matanya tenggelam ke dalam tatapan mata pria itu yang menghanyutkan. Saat ini, dia sama sekali tidak dapat mencerna perkataan pria itu.

Mulai detik ini, Tong Lu akan memulai lembaran hidupnya yang baru. Tidak ada yang tahu entah itu akan menjadi hari-hari yang membahagiakan untuknya, ataupun menjadi hari yang penuh kesengsaraan. Tampaknya hanya waktu yang dapat menjawab.