webnovel

Tidak Kembali

Labib adalah seorang yang pesimis namun ia memiliki orang orang yang selalu mendukung dan mengkritiknya sehingga ia menjadi kuat perlahan. Tapi bagaimana jika ia kehilangan semuanya? Ayo kita baca "Tidak Kembali" untuk cerita penuhnya

Ghazama · Realista
Classificações insuficientes
31 Chs

Tidak Terduga

Aku masih memiliki orang tua dan itu menjadi motivasiku selama ini. Saat ini aku tinggal dikota sedangkan orang tuaku berada didesa. Aku harus bisa hidup mandiri tidak seperti anak anak lagi. Sungguh, mereka sangat baik. Mereka sangat menyayangiku walaupun terkadang memarahiku karena beberapa kesalahan yang kubuat. Memang berbeda hidup bersama mereka dengan hidup tanpa mereka.

Dengan itu aku berharap agar sukses kehidupanku untuk memberikan kebahagiaan dan kemakmuran yang pantas untuk mereka dapatkan. Sebentar lagi liburan kuliah ku. Aku akan pulang ke rumah orang tua didesa. Aku akan memberitahu mereka bahwa aku sudah bisa mandiri.

Tidak lupa aku akan membawa banyak makanan dan buah buahan untuk menjadikannya oleh oleh. Kuharap mereka akan senang.

Beberapa hari pun telah lewat. Aku merasa tidak sabar untuk segera liburan. Tidak sebenarnya bukan itu yang kuinginkan. Tapi aku hanya ingin melihat kondisi orang tuaku. Jujur saja aku khawatir pada mereka.

Sebenarnya ibuku sedang mengalami sakit paru paru saat aku akan pergi ke kota. Padahal justru aku tidak ingin pergi ke kota. "Bukankah semenjak kecil kamu ingin melihat kota nak?" Ibu ku berkata dengan keyakinannya agar membuatku lebih yakin. Ibu ku terus saja mendukungku agar pergi ke kota. Akhirnya, aku pun percaya dan beberapa hari kemudian aku bergegas pergi ke kota. Saat itu umurku 14 dan aku berada dibangku SMP. Kebetulan aku tinggal bersama kakek nenek semenjak itu. Jadi tidak terlalu sulit tinggal dikota.

Mereka selalu mengabariku setiap bulannya. Apa apa saja yang terjadi didesa. Tentang kabar orang tua ku. Kudengar ibuku sudah menjadi lebih baik. Itu yang kudengar selama ini. Aku percaya itu semua.

Aku senang sekali bahwa ibu ku sudah menjadi lebih sehat. Dengan mengetahui hal tersebut tentu saja aku jadi semakin bersemangat untuk kembali ke desa. Padahal saat aku pergi ke kota ibu ku sedang sakit.

Baik telah kuputuskan untuk pulang. Hari ini libur kuliah ku. Siang nanti, aku akan ke stasiun kereta.

Aku memesan tiket kereta, menunggu beberapa waktu. Kemudian kereta yang akan membawaku kerumah telah tiba.

Beberapa jam setelah aku naik akhirnya aku telah kembali ke kampung halaman.

"Ibu aku pulang" ucapku lantang didepan sawah yang hijau.

Kemudian, aku tidak menduga sama sekali. Saat aku sampai dirumah. Aku tidak berjumpa pada ibu ku. Aku mencarinya ke warung dekar rumah yang biasa ibu kunjungi setiap paginya. "Maaf nak, kami telah membohongimu selama ini. Kami ingin kamu tidak memiliki hambatan. Sebenarnya ibu mu telah meninggal dunia 3 tahun setelah kamu ke kota. Maaf kan ayah yang tidak memberitahukanmu" ucap ayahku serius.

Aku marah "Apa apaan sih, aku baru sampai disini tolong jangan bicara yang tidak masuk akal yah" serta aku pun panik pikiranku kacau.

"Maaf nak, ayahmu jujur" ucapnya meyakinkanku.

"Kenapa yah? Padahal aku percaya bahwa ibu akan segera sembuh. Coba lihat aku membawakannya makanan dan buah buahan. Ini khusus untukknya. Lalu bagaimana siapa yang akan memakannya" ucapku dengan penuh rasa sedih.

"Biarkan ayahmu yang memakannya untuk ibu mu. Ibu mu pernah berpesan untukmu. Setelah aku tiada, Labib kamu harus menjadi lebih berani dan semangat apapun yang terjadi. Itulah yang ia ucapkan terakhir kalinya" ayah memelukku.

Lumayan lama aku menangis, bahkan sampai saat ini aku terus bersedih karena itu. Dua hari aku tinggal dirumah orang tuaku. Setelah ke makam ibu ku aku langsung berpamitan untuk kembali ke kota.

"Terima kasih semua, maaf hanya sebentar" salamku.

"Nak, berhati hatilah. Jangan ragu mengambil keputusan. Jadilah dirimu sendiri. Buat ibumu dan ayahmu bangga nak. Aku yakin ibumu akan bahagia melihatmu bahagia disini." Ucap ayahku didepan stasiun.

Sungguh aku tidak menduga semua itu aku sangat sedih. Dan sedikit kecewa karena tidak langsung diberi tahu akan hal itu.

Aku percaya bahwa ibu ku memang berpesan seperti itu. Jadi aku akan terus maju menjalani kehidupanku. Berubah menjadi diriku yang lebih kuat dan hebat. Muncul sebagai diriku yang baru. Tentu saja, dengan kehilangan salah satu pendukung terbaikku.