"Saat aku datang kemarin dengan tegas ia mengusirku. Padahal ia memelukku, aku masih ingin kehangatan itu terus berlanjut" Lia terus memikirkan semua hal itu saat setelah kembali dari sana.
Lia mengetahui kalau dirinya telah dimadu. Bahkan, ia tidak paham mengapa tidak diterima kembali dirumah itu padahal putrinya ada disana.
"Aku ingin bilang kalau aku kecewa karena ia tidak menungguku tapi itu semua karena salahku sendiri" Lia terus terpuruk dalam penyesalan nya karena telah berbohong.
"Mengapa ia menikah lagi, aku kira tidak akan ada lagi selain diriku" digumamkannya terus menerus sepanjang hari, "Dia pasti memiliki suatu alasan yang tidak aku ketahui" akhirnya ia menyimpulkan tentang suaminya yang memiliki alasan khusus tentang hal itu.
Beberapa hari kemudian Lia memberanikan diri lagi untuk datang kerumah itu.
"Permisi, bolehkah aku masuk? Saya Lia." Wati mendengarnya dari arah pintu masuk dan segera membukanya, "Ada perlu apa Lia? Mengapa kau kemari?" kata Wati
Lalu, Lia menjelaskan mengapa ia datang. Lia memperkenalkan dirinya terlebih dahulu sebagai istri pertamanya dan menunjuk putri yang bersama Wati adalah anaknya bahkan Lia menyebutkan namanya "Syifa"
Tentu saja Wati terkejut dengan kedatangannya lagi sedangkan, saat itu suaminya telah berkata bahwa ia telah meninggal dunia.
Lia belum bisa memberikan penjelasan kepadanya sebelum datang suaminya itu. Saat itu aku sedang bekerja jadi Wati dan anak anak kutinggalkan bersamanya.
"Maaf, aku belum ingin memberikan penjelasan padamu saat ini" kata Lia setelah mendengar pertanyaan itu.
Jujur, sebenarnya aku juga sangat penasaran dengan alasan Lia yang tidak masuk akal itu. Semua suasananya berubah saat aku pulang dan melihat Lia sedang menunggu diruang tamu. Saat itu aku mencoba untuk tetap tenang dan mendengarkan penjelasannya sekali lagi.
Bahkan, sekali lagi semua itu bagiku tidak masuk akal. Membuat Wati mengkhawatirkan aku, padahal aku rasa ia juga tidak bisa mempercayai alasan itu. Namun, aku mencoba untuk mengerti dan menerimanya.
Aku ingin menjaga perasaan istri keduaku. Jadi, aku tetap harus memisahkan mereka dan mencoba berlaku adil.
Setelah itu, aku mengenalkan pada putriku soal ibu kandungnya. Putri kecilku itu benar benar tidak mengetahui apapun sehingga ia menerimanya dengan mudah bahwa ibunya masih hidup. Aku senang melihat kebahagiannya datang dari ibu kandungnya.
Lia terlihat sangat menyesal, namun aku tidak bisa mendekatinya untuk merasa lebih baik. Akhirnya, sikapku yang dahulu kembali terlihat didalam diriku lagi. Aku sangat tidak yakin dengan diriku sendiri akan hal ini.
Tentang bagaimana menyelesaikan masalah ini.