webnovel

Kembalinya Sang Penguasa

Seorang pemuda berjalan ragu kearah para preman sekolah yang masih memakai baju seragam. Tercium bau rokok bercampur alkohol disekitar preman-preman yang berada diujung gang yang kumuh, membuat pemuda itu semakin ciut. Hatinya memaksa ingin pulang, namun dia bertekad untuk terus maju menuju para preman.

Dia bernama Sion, si pemilik kulit putih yang pucat, mata dan rambut hitam legam dengan gaya khas anak teladan, dengan tubuh lemah yang masih terbalut dengan seragam sekolah, membuat orang lain berpikir bahwa dia tidak mungkin bolos sekolah demi menyelamatkan seorang temannya si petarung jalan yang disandera oleh preman sekolah.

Jantungnya berdetak cepat, keringat yang muncul dari dahi menetes melewati bibir yang pucat. Nafasnya yang tak terkendali adalah pertanda bahwa kini dia sedang ketakutan "Bu- Bunan!" teriakanya sontak membuat para preman sekolah itu melirik kearahnya dengan tatapan meremehkan. Sion yang merupakan seorang pecundang itu menunduk. Dia takut untuk beradu pandang dengan Atra dan gengnya yang bernama 'moon king' nama alay yang dipilih oleh pemimpin mereka, Atra. Para preman dengan total 7 orang dan belum termasuk Bunan, tertawa melihat Sion

"wah wah wah... lihat nih hero dateng" Atra mendekati Sion dengan kedua tanganya yang dimasukan kedalam saku. Atra menendang kaki Sion dengan memasang raut wajah congkak.

Bunan yang sedang jongkok pun berdiri dan menghampiri Sion yang diam mematung. Bunan dengan warna kulit yang eksotis, mata coklat terang, alis yang tegas, rambut Panjang sebahu diikat kebelakang berwarna hitam pekat, bekas luka yang tepat berada dihidungnya dan tangan kiri bunan yang sedang di gips berkata dengan lantang.

"ada apa?" Bunan menatap Sion dingin

tapi itu cukup untuk membuat Sion menghela nafas lega, "ka-kau gak apa apa kan? tanganmu yang cedera gak dipukul atau ditendang gitu kan?" Sion bertanya memastikan dengan mata yang sesekali menoleh takut kepada Atra.

"Kau beneran gak apa-apa?" Sion mendekati Bunan perlahan sambil melirik preman sekolah yang ada dibelakang Bunan dengan hati-hati.

"kau mengkhawatirkanku?" Bunan mengangkat alis kanan,

"kau meremehkan aku karena tanganku cedera? Kau bodoh?" lanjut Bunan dengan matanya yang menatap remeh Sion.

Mendengar itu Sion menelan ludahnya, "a-aku hanya memastikan kalau kau baik-baik saja." Atra yang mendengar itu mendengus kesal. Bunan yang mendengar hal itu menghela nafas Panjang, "kau itu memuakan."

"hei breng*ek kau pikir luka ini sakit untuk Bunan? meskipun dia sedang cedera kau pikir kami bisa mengalahkan Bunan si star fight way?" Atra, si penjilat itu menepuk pundak Bunan dengan santai. Astaga! bahkan bahasa inggrisnya saja kacau!

Para preman sekolah itu tertawa. Sion adalah orang yang naif, dia yang tidak punya kekuatan namun memaksakan dirinya untuk menolong orang yang bahkan ditakuti oleh para preman membuat Bunan berpikir bahwa itu memuakan. Tapi kesimpulan yang Sion dapatkan adalah bahwa Atra berbohong padanya. Bunan tidak di sandera dia hanya ingin memperlihatkan di sisi mana Bunan sekarang berada. Tapi yang dia tidak mengerti adalah mengapa Bunan yang merupakan teman semasa kecilnya berbuat seperti ini?

Dia memang pecundang dan naif, tapi dia bukan orang yang bodoh. Dia hanya ingin kebenaran. Sion[A1] menatap lekat mata Bunan yang berwarna coklat terang. Sion mulai mengumpulkan keberanian

"jadi untuk apa kamu memanggilku? Apa sekarang kamu bagian dari mereka?" nada Sion mulai melemah.

"Iya." jawab Bunan singkat yang membuat Sion mengepalkan tanganya.

"Apa salahku?" Sion menatap mata Bunan dengan menunduk.

"Kau tak sadar?" Bunan mengernyitkan alisnya.

BUGGGHH!

Bunan memukul perut Sion dengan cukup keras. Seketika semuanya hening, tak ada suara apapun selain suara pukulan Bunan. Semua terkejut bahkan, Atra dan teman-temannya tidak menyangka jika Bunan memukul Sion. Ini diluar dugaan karena selama ini semarah apapun Bunan pada Sion, Bunan tidak akan menyakiti Sion.

Sion terlempar selangkah kebelakang dan terjatuh. Sion terbatuk batuk, dia merasa makanan yang tadi sudah dia makan akan keluar. Mata Sion memerah, dia benar-benar terkejut dan merasa dikhianati oleh teman semasa kecilnya. Sejak kecil Sion selalu menjadi sasaran para preman sekolah, entah itu alasan Sion adalah anak yatim piatu, atau bahkan para preman yang tidak suka melihat Sion si pecundang yang akrab dengan Bunan si petarung jalanan yang dihormati para preman, atau bahkan karena Sion lah yang memang seorang pecundang. Sion menatap tajam Bunan.

"kaget?" Bunan berjalan mendekati Sion yang masih duduk mematung.

Bunan menendang kaki Sion, "berdiri", Sion masih menatap Bunan dengan amarah

"BERDIRI SIALAN!" Bunan benar benar marah. Sion berdiri, Bunan membuka kancing atas kemeja sekolahnya dan hanya memperlihatkan dada bidangnya yang terdapat luka jahit yang masih basah

"apa kau penasaran luka yang aku dapatkan ini darimana? apa kau penasaran tanganku cedera gara-gara apa?" Bunan bertanya dingin.

Sion hanya menatap luka itu sebentar lalu dia menunduk lagi. Sion menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dia tidak tahu apapun mengenai luka yang Bunan perlihatkan.

BUGGGH!

Bunan memukul pipi Sion dengan keras, "luka ini datang karena kau bodoh!" Tubuh Sion terjatuh kesamping karena tidak bisa menahan pukulan Bunan. Hidung Sion berdarah. Namun kali ini dia tidak tinggal diam, Sion melakukan pembalasan dengan pukulan yang masih lemah, tubuhnya sempoyongan saat mendaratkan pukulan namun dengan mudahnya Bunan menghindar.

"aku tak tau apa-apa! Bagaimana aku bisa tahu kalau kau tak bilang apapun!"

BUGGGGH!

Bunan memukul pipi kiri Sion. Kepala Sion berdenging, dia merasa pandangannya kabur "kau pernah bilang kalau kita harus saling percaya karena kita teman." Bunan yang mendengar ucapan Sion menatap remeh.

"sepertinya kau salah paham, sejak aku menjauh kita sudah bukan teman dekat." Sion yang mendengar itu langsung menunduk sambil mengepalkan tanganya. Atra dan yang lain hanya tertawa meremehkan. Atra menjadi semakin gencar untuk mem-bully Sion dengan keadaan seperti itu. Atra memijit dan menggoda Sion dengan wajah yang terus tersenyum lebar "apakah enak? Dikhianati oleh pangeranmu, hah?" seluruh preman yang ada disana pun tertawa terbahak-bahak.

Sion sudah tidak mau tau lagi alasan mengapa Bunan menjauh dan memilih geng premannya. Sion sudah tidak mau tau lagi alasan mengapa Bunan bersikap seperti ini, yang dia ingin ketahui dari semua pertanyaan yang dia pikirkan adalah 'kenapa harus Bunan?' Sion merasa sudah cukup untuk dirinya mengenal Bunan dengan baik.

BOOOOOM!

Sion memukul Bunan dengan sekuat tenaga

BRAAAAK!

Bunan terlempar jauh menabrak dinding. Bahkan, Atra yang sedang memijitnya ikut terjungkal kebelakang. Semua orang terkejut termasuk Sion. Sion melihat kedua tanganya dengan wajah tak percaya. Mereka tidak menyangka Sion yang lemah bisa melempar Bunan si petarung jalan dengan hanya sekali pukul. "Bunan!!" Sion tersadar bahwa sekarang nasibnya akan semakin sial karena di buru oleh para Atra dan gengnya. Para preman melihat Sion dengan tatapan marah. Dia kabur meninggalkan Bunan yang tergeletak pingsan.