webnovel

The Title: Nevtor Arc - Second Phrase

[ SINOPSIS ] Perjuangan Nevtor sang Ras Bawah masih berjalan mengikuti arus tujuannya. Meski dia gagal menjadi seorang Titlelist Magic karena ketidakmampuan ia menggunakan sihir, namun itu bukanlah akhir baginya. Kini dia harus menghadapi masa-masa baru di tempat lain. Sektor Barat. Empat dari wilayah terluas di dunia ini. Kehidupan baru Nevtor di sana sebagai tempat bernaung. Bersama teman-teman baru. Juga hal-hal yang akan mendatang. Mampukah Nevtor menghadapi masa kehidupan barunya? Yuk, ikuti kisahnya!

Nautilus_624 · Fantasia
Classificações insuficientes
22 Chs

Chapter 32 Recovery

Mataku perlahan membuka. Setelah cukup lama berbaring di tempat tidur dari larut malam hingga pagi tiba. Semua indera tubuhku pun kembali aktif terutama bagian pendengaran. Aku bisa mendengar suara kegaduhan orang yang berlalu-lalang dari balik pintu kamar. Bahkan secercah hal kudapatkan dari perbincang mereka. Meski tidaklah begitu bagus menurutku.

Beranjak aku menampakkan kedua kaki pada lantai, lalu meregangkan anggota tubuh yang kaku. Kemudian beralih mengambil perlengkapan mandi dan membuka pintu kamar secara pelan. Seketika itu juga, aku disambut oleh dua Titlelist yang berlarian mengarah ke tempat yang hendak akan kutuju.

Sesampai di kamar mandi ternyata diriku harus mendapati hal yang tak kuinginkan. Sebuah deretan antrian panjang yang berjumlah lima orang yang tengah menunggu giliran. Memang menjengkelkan. Satu kamar mandi yang diperuntukan bagi banyak orang. Sudah menjadi tradisi jika bangun kesiangan. Hal yang menunggumu hanyalah kebosanan. Tentu bukan itu saja. Telinga pun harus siap mental dari ancaman berbagai obrolan para warga asrama yang cukup bising pada antrian.

Pelan tapi pasti, antrian pun berkurang sedikit demi sedikit yang kemudian menyisakan dua orang termasuk diriku. Namun saat hendak merayakan hal itu di dalam batin, sontak aku dikagetkan oleh pegangan tangan seseorang yang menempel erat di bahuku.

Menoleh, aku memastikan siapa itu.

"Kenapa kau tidak membangunkan diriku Nevtor?" Seraya menguap pemuda berambut biru gelap di belakang diriku itu melontarkan keluhannya.

"Kau tidur pulas sekali, jadi aku tidak tega membangunkanmu," jawabku.

"Ah, itu lagi? Apa kau tidak punya alasan lain?"

"Tidak ada!"

Clain kembali menguap panjang. Mulutnya yang terbuka lebar tampak bagaikan lubang hitam yang seolah-olah bisa menyedot diriku kapan saja.

"… Yah, lagipula itu salah kusendiri, aku tak berhak menyalahkanmu," ujar pemuda itu lirih. Ia kemudian mengucek-ucek kedua matanya. "Oh iya ngomong-ngomong bagaimana kondisi lukamu, apakah sudah baikan?" Tanyanya.

"Sudah cukup baik, walau belum sepenuhnya," balasku seraya menatap ke depan kembali.

Tanpa kusadari jikalau antrian telah beralih padaku. Menyebabkan masyarakat yang berada di barisan belakang langsung beriuh-riuh bak demontrasi yang siap memicu konflik.

***

Sudah dua hari sejak kembali dari ekpedisi waktu itu. Diriku, Walru dan Aurora pun sedang dibebas tugaskan. Sebab kami harus melakukan proses pemulihan. Akan tetapi, meski itu disebut proses pemulihan, bukan berarti kami bermalas-malas begitu saja. Ada hal yang dapat kami harus lakukan. Seperti mengasah atau meningkatkan kekuatan dan kemampuan kami agar tidaklah tumpul begitu saja.

Dua orang dari kelompok kriminal yang kami tangkap waktu itu, tengah mendapatkan ganjaran untuk mempertanggung jawabkan kesalahannya. Saat ini mereka telah ditempatkan pada rumah baru yang di mana tidak senyaman dulu mereka singgahi lagi. Sebab mereka harus berbagi dengan tawanan lainnya.

Bangunan menjulang yang tinggi bagaikan menara itu adalah tempat baru mereka. Dengan kata lain itu sebuah penjara. Memang cukup mengejutkan. Awalnya kupikir di dalamnya merupakan tempat yang bagus.

Hari ini aku dan Clain hendak menuju toko aksesoris. Toko yang berlokasi di timur kota yang rutenya agak sempit karena tertutupi banyak bangunan lain di sekeliling. Pemuda itu mengatakan ingin membeli sesuatu. Namun entah mengapa ia malah mengajak diriku. Padahal aku tidak menyukai hal semacam itu. Dan mungkin saja Clain berpikir demikian. Karena aksesoris adalah benda yang disukai para gadis.

Kringg!

Suara bel berbunyi ketika kami membuka pintu toko. Juga sambutan hangat dari pelayan toko wanita di tempat pelayanan. Gadis berambut hitam sebahu menutupi telinga kanannya. Memakai baju lengan panjang berwarna biru muda dengan rumbai-rumbai di ujung lengan. Serta aksesoris pita kuning yang menghiasi kerah bajunya. Di tambah senyumnya yang manis dan paras ayu, itu meningkatkan daya tarik dari dirinya.

"Apa yang kau perlukan hari ini Clain?" Tanya gadis itu ketika kami tiba tempat di pelayanan.

Di samping itu, dia nampaknya sudah mengenal pemuda di samping kiriku. Juga Clain pun tampak pernah ke toko ini sebelumnya.

"Penampilanmu seperti biasanya, tidak pernah berubah Elina! Penuh warna dan juga cantik tentunya," pemuda itu terkekeh atas penyampaian katanya yang mungkin sebuah rayuan manis, atau mungkin gombalan.

"Dan sepertinya biasa juga kau selalu berkata seperti itu," ujar gadis bernama Elina itu, ia kemudian beralih minat padaku. "Lalu, siapa pemuda yang bersamamu ini?" Tanyanya.

Clain menepuk pundakku, "Ini Nevtor! Title Physical dan teman sekamarku."

Atas perkenalan itu, respon gadis dihadapanku saat ini tampak terkejut kemudian menatapku lekat-lekat. Di pandangi gadis ayu sepertinya mungkin beberapa orang akan langsung terbuai malu.

"Oh, jadi kau orang yang telah menangkap dua dari anggota kelompok kriminal itu," ujar Elina dengan nada sedikit meninggi. "Apa kau tahu? Dirimu jadi perbincangan hangat di kota ini loh. Karena seorang Titlelist muda yang mampu menangkap penjahat," ungkapnya.

Aku bahkan tak tahu ada berita semacam itu. Namun, aku pernah mendengar hal serupa pagi tadi saat bangun tidur.

"Begitukah? Aku tidak tahu hal itu," seru Clain seraya menaikan kedua alisnya.

"Ah, kau ini! Selalu saja tertinggal berita, Clain. Bukankah beritanya pun sudah dua hari lalu. Bagaimana kau sampai tidak mengetahui hal semacam itu," seraya berkacak pinggang gadis tersebut menatap pemuda di sampingku.

Clain mengusap-usap rambutnya, "Yah, aku memang tidak tahu mengenai berita tersebut," ujarnya. "Tetapi selamat untuk, Nevtor! Mungkin selepas ini kau bisa mendapatkan naik tingkat." Dia kali ini memegang pundakku.

"Lagipula, bukan aku saja yang menangkapnya. Aurora, Walru dan juga Tuan Feek ikut membantu. Terlebih berkat Tuan Feek, kami bisa mengatasi situasi yang buruk waktu itu. Bahkan beliau juga mampu mengalahkan satu orang yang saat itu mencoba untuk kabur," jelasku.

"Sepertinya biasa kau ini merendah sekali." sekali lagi pemuda itu memegang pundakku.

"... Yah, memang dalam berita itu disematkan tiga orang. Namun yang lebih mencolok adalah kau. Sebab menurut kesaksian seseorang, kalau dirimu itu lebih banyak berkontribusi dalam ekspedisi tersebut," tambah Elina. Nada suara kembali ke semula.

Di samping itu, entah siapa yang memberi kesaksian atas berita tersebut.

Apakah orang bermaksud membuatku mencolok?

Aku benar-benar penasaran.

"Bukankah kau tadi ingin membeli sesuatu, Clain?" Tanyaku. Aku mencoba mengubah topik. Tidak ingin terus berlarut-larut dalam obrolan itu.

"Oh, iya sampai lupa ...."

Seraya menunggu Clain yang sibuk mencari barang yang ingin dibelinya, aku mengamati rak-rak besar di toko yang berisikan bermacam aksesoris seperti anting, kalung, gelang dan juga cincin yang berkilau-kilau penuh warna. Memang sebuah tempat yang memiliki segala hal tentang kecantikan. Juga toko yang diperuntukan khusus untuk para gadis datang. Namun entah kenapa, jika aku berpikir demikian malah membuat malu pada diriku sendiri.

Tak lama mataku sibuk melihat-lihat bermacam aksesoris, bel pintu terdengar dan iringi datangnya sesosok pemuda berambut hitam menutupi setengah wajahnya dengan pakaian hijau gelap polos dan juga sedikit lusuh.

"Hm... ternyata ada kau juga, Nevtor!" Sosok itu Jake, si pemuda mesum. "Apa yang kau mau membeli aksesoris juga?" Tanyanya.

"Tidak! Aku ke sini hanya mengantarkan Clain saja," jelasku. Mimik pemuda itu langsung terperanjat seraya menoleh kiri dan kanan.

"Yo Tyne! Apa kau mau membeli sesuatu?" Sapaan itu terdengar di belakang. Pemuda itu kemudian berdiri sejajar di sampingku.

"Cih… apa yang kau lakukan di sini?! T-u-a-n yang selalu iri padaku," ketus Jake seraya mengeleng-gelengkan kepalanya. Ia tampak akan memulai perdebatan. Itu tidaklah mengherankan.

"Tentunya, membeli aksesoris!"

Jake tertawa keras, "Orang yang tidak punya selera pada gadis ingin membeli aksesoris? Aneh sekali." Kali ini pemuda berambut berantakan tersebut berkacak pinggang dengan bumbu kata yang sedikit meledek.

"Mungkin... kau ingin memakainya ya. Agar dirimu terlihat lebih cantik dan para wanita pun menganggapmu sebagai sesamanya," lanjutnya. Ppemuda itu tertawa keras yang mungkin sebuah kepuasan.

"Aku membelinya untuk seseorang," balas Clain. "Dan ngomong-ngomong kenapa dengan bajumu yang lusuh? Apa kau habis terjatuh di selokan, atau lari dari kejaran para gadis yang kau intip dan mendapat tinju dari mereka?" Seraya menaikan alis pemuda berambut biru dongkar itu kali ini membalas ledekan lawan bicaranya.

Hal itu memicu raut amarah dari sang pemuda lusuh tersebut. Pertengkaran mungkin akan dimulai. Tidak, lebih tepatnya sebuah pertempuran.

"APA KATAMU?!" Bentak pemuda lusuh itu.

"Hey, hentikan! Toko-ku bukan tempat untuk membuat kegaduhan. Jika kalian ingin berkelahi pergi keluar sana!" Teguran itu datang dari arah belakang kami.

Gadis yang sedari tadi diam di tempatnya sekarang mulai beranjak. Dengan sapu di tangan kanannya, ia terlihat akan menyapu kucing dan tikus yang hendak merusak tokonya. Tentu, rautnya yang merah padam pun membuat dua pemuda itu hanya terdiam dan meredam pertempuran.

Setelah selesainya konflik singkat tadi dan usai Clain melakukan pembayaran, kami pun beranjak untuk membeli makan siang. Di sisi lain, Jake pun memulai kemampuannya, yaitu berbincang manis dengan pelayan gadis bernama Elina itu. Dan bisa kusimpulkan bahwa kedatangan pemuda lusuh tersebut bukanlah sekedar menjadi konsumen saja.

Dalam perjalanan ke toko lain, diriku harus dihadapi oleh sorot tatap para warga kota yang lalu-lalang. Bahkan senyum dilemparkan mereka padaku. Bisik kecil pun terdengar jikalau orang-orang itu menilaiku cukup baik bagaikan aku figur penting saat ini.

Cukup canggung dan risih yang kurasakan sekarang.

"Wow, sepertinya kau cukup populer juga ya Nevtor!" Seru pemuda di samping kiri tiba-tiba. Ia juga nampaknya merasakan atmosfir suasana saat ini.

Namun ...,

Apakah hanya menangkap dua penjahat saja bisa menjadi orang yang pandang khusus?

Bukankah itu hal wajar?

Pertanyaan-pertanyaan itu yang ada benakku sekarang.

"Sepertinya menangkap penjahat saja bisa langsung menjadi seseorang yang istimewa ya," ujarku lirih.

"Tentu saja! Sebab sejak dulu Titlelist muda belum ada yang mendapatkan pencapaian lebih. Maka dari itu ketika ada seorang Title muda yang sudah berkontribusi banyak dalam ekspedisi, itu sudah sepatutnya menjadi perayaan bagi mereka," tutur Clain. Hal lainnya lagi yang tidak kuketahui.

"Bahkan ada rumor, kemungkinan seseorang tersebut bisa langsung mendapat rekomendasi untuk peningkatan rank," sambungnya.

"Apakah itu persyaratan dalam peningkatan rank?" Tanyaku penasaran.

"Seperti yang kubilang itu hanyalah rumor. Aku tidak tahu pasti. Yah, meski diriku sudah lima bulan menjadi Title Physical, akupun tidak tahu kepastiannya sampai sekarang." Pemuda itu melipat tangan di dada.

"Bahkan kau yang sudah menjadi Title Physical tiga bulan sebelum diriku pun tidak mengetahui apapun tentang peningkatan rank?"

"Ya. Mereka tampaknya ingin sepenuhnya merahasiakan hal tersebut."

If you liked this story, don't forget to comment and review it. Because these two things are quite meaningful to me as the author so that my spirit is always updated.

Nautilus_624creators' thoughts