Gigiku merapat, bergemeretak. Lagi-lagi orang ini, atau lebih layak kusebut 'mereka'?
"Kenapa, Re? Kamu kenal siapa yang ngirim?"
"Kayaknya nggak sih ya. Mungkin salah satu pengagum rahasiamu yang patah hati."
Starla tertawa.
Kurang ajar, kini ia mengirimkan surat langsung kepada Starla. Baiklah, kutunggu apa permainanmu selanjutnya. Aku akan siap menyambutmu.
Cukup lama aku merasa terganggu dengan teror dari replayer itu. Tapi seiring berlalunya waktu, aku mulai merasa konyol.
Jika mereka memang ingin melenyapkanku, aku akan sudah lama tiada. Kuputuskan untuk melupakan masalah ini.
Sekarang ada sebuah tugas yang maha penting. Tugas ini tidak bisa ditunda sedetik pun. Ini adalah puncak dari segala perjalananku selama siklus kehidupanku yang kedua. Tanpa ini, perjalananku akan sia-sia.
Mungkin ini penyebab aku mengalami pengulangan waktu.
Bisa saja inilah tujuan utama aku dikembalikan kepada awal kehidupanku sekali lagi.
Pengulangan waktu ini memiliki maksud untuk memberikan sebuah misi kepada orang yang dipilih.
Orang itu adalah aku.
Dan misi itu adalah mencegah sebuah tragedi kemanusiaan.
Sebuah tragedi yang akan menewaskan ribuan orang.
Sebuah bencana yang melanda seluruh dunia.
Sebuah mimpi buruk yang diharapkan tidak pernah terjadi dalam sejarah umat manusia.
Aku harus mencegah pandemi virus Corona.
Ini adalah sebuah misi yang telah kurancang sejak lama. Bahkan sejak aku menyadari pengulangan waktuku. Karena itu aku memberikan inspirasi kepada Dr. Hobson untuk mengembangkan vaksinnya.
Tapi itu tidak cukup.
Vaksin adalah sarana untuk memadamkan kebakaran. Yang paling utama adalah mencegah kebakarannya sendiri, yaitu outbreak virus Corona.
Karena itu kini aku telah berada di Wuhan.
Wuhan, kota yang indah. Ibukota provinsi Hubei ini adalah kota terbesar ketujuh di China, sekaligus tempat bermukim sekitar sebelas juta jiwa.
Wuhan juga menjadi pusat transportasi di China karena dilalui banyak jalur kereta api, bandara, feri, trem, hingga jalan tol yang menuju kota-kota lain. Itu juga yang menjadi penyebab virus Corona dengan mudah menyebar ke seluruh China bahkan dunia setelah muncul di kota ini. Orang-orang yang berada atau melewati Wuhan akan dengan mudah berpencar ke mana pun sehingga membawa virus tersebut ke seluruh penjuru dunia.
Yang harus kulakukan adalah mencegah virus tersebut muncul dari tempat pertama kali ia terdeteksi.
Pasar Basah.
Tempat ini menjadi titik awal munculnya virus Corona di Wuhan, sebelum akhirnya menginfeksi seluruh dunia. Dari sinilah semua berawal. Dari sini juga aku akan menjalankan misiku.
Beberapa waktu yang lalu aku telah mengidentifikasi seluruh pasar basah di Wuhan. Dari hasil identifikasi tersebut, aku membeli sejumlah kios di masing-masing pasar basah. Semua pedagang yang kiosnya kutawar dengan sukarela menjual kiosnya kepadaku. Tidak heran, karena aku membeli kios mereka dengan harga tinggi, bahkan berkali-kali lipat dari harga selanjutnya.
Tidak masalah, uang bukanlah suatu hal yang menjadi hambatan untukku saat ini. Terlebih lagi, kini taruhannya adalah keselamatan umat manusia.
Dan sekarang saatnya telah tiba. Tahun 2019 telah memasuki bulan Oktober. Dua bulan sebelum terjadinya outbreak di Wuhan. Jika aktivitas di pasar-pasar basah ini berhenti selama beberapa bulan, maka tidak aka nada pandemi Corona yang melanda dunia.
Itulah yang akan kulakukan. Aku akan mengentikan aktivitas di pasar ini selama beberapa bulan. Caranya adalah dengan menggunakan kios-kios yang telah kubeli.
Kios-kios itu akan kubakar.
Aku membuat kebakaran di kios-kiosku pada malam hari. Dengan demikian, tidak ada pedagang yang terancam jiwanya karena semua sedang beristirahat di rumahnya masing-masing.
Kebakaran itu pun tidak merusak kios lainnya karena petugas pemadam kebakaran langsung datang. Tidak heran, karena aku mengirimkan surat tanpa nama kepada kepolisian tentang akan adanya kebakaran di sejumlah kios, sehingga mereka segera datang bersama unit pemadam kebakaran.
Pemerintah China memang sangat responsif terhadap isu terorisme. Mereka mengutamakan tidakan cepat dan mengesampingkan praduga bahwa ini hanya perbuatan orang iseng. Bagi mereka yang penting cegah dulu bencananya. Masalah ancaman teror itu benar atau tidak, itu urusan belakangan.
Dua malam kemudian, aku mengulangi perbuatanku. Seperti sebelumnya, polisi dan petugas pemadam kebakaran segera datang dan memadamkan api di kios-kios yang kubakar.
Wuhan langsung mencekam dengan ancaman yang mereka sebut sebagai "Pembakar Kios". Polisi telah menginvestigasi kasus ini. Sesuai harapanku, setelah beberapa kali kejadian pembakaran, pemerintah kota Wuhan memutuskan untuk menutup aktivitas pasar basah selama tiga bulan.
Dengan demikian, setidaknya hingga bulan Februari, tidak aka nada virus Corona yang muncul dari sini.
Tapi itu semua belum cukup.
Virus Corona diduga muncul dari hewan-hewan yang diperdagangkan di pasar basah. Selain pasarnya yang harus ditutup untuk sementara, binatang-binatang asal mula virus itu pun harus didapatkan.
Jelas bahwa aku tidak mungkin mencari virus di binatang-binatang itu sendirian. Itu sama saja bunuh diri. Aku harus membuat suatu rekayasa lagi.
Maka aku kembali mengirimkan surat ke kepolisian Wuhan sebagai si "Pembakar Kios". Dalam suratku itu kukatakan bahwa aku telah menyebar virus mematikan pada binatang-binatang yang dagingnya diperdagangkan di pasar basah. Virus itu kukatakan sebagai bagian dari "senjata biologis" yang akan kugunakan untuk memusnahkan rakyat China.
Seperti sebelumnya, aparat keamanan China segera bertindak cepat. Kali ini tidak hanya di Wuhan, tapi seluruh China. Mereka mendatangi pasar-pasar basah dengan menggunakan alat pelindung lengkap. Mereka memeriksa semua binatang yang akan diperdagangkan di sana.
Tidak lama kemudian, hasilnya pun terlihat.
Dari sejumlah kelelawar teridentifikasi sejenis virus baru. Virus yang mematikan dan dapat mengakibatkan gangguan pernapasan akut.
Virus yang kemudian mereka namakan sebagai varian baru virus Corona.
Tahun 2020 telah tiba.
Tidak ada pandemi Corona di tahun ini.
Tidak ada ratusan ribu korban yang harus meninggal karena pandemi.
Tidak ada teror ketakutan di seluruh dunia.
Tidak ada rumah sakit yang dibanjiri pasien Corona.
Tidak perlu ada tenaga medis yang menjadi korban Corona.
Tidak ada ratusan ribu jenazah yang harus dimakamkan dengan protap Corona.
Tahun ini aman.
Bisnis-bisnis besar maupun kecil tidak harus mengalami krisis dan melakukan pemecatan pegawai karena efek lockdown akibat Corona.
Pelaksanaan ibadah umrah dan haji tidak terhambat.
Pariwisata berjalan sebagaimana mestinya.
Sampai suatu hari saat aku menjelajah internet, kudapati sebuah Breaking News.
SEBELAS ORANG MENINGGAL AKIBAT VIRUS CORONA DI PARIS
Bagaimana bisa???
Virus itu telah diamankan.
Tempat awal munculnya juga telah ditutup hingga keadaan terkendali.
Dari mana ia muncul???
Dan bagaimana ia bisa tiba-tiba ada di Paris???
Aku terdiam memandangi berita tersebut.
Ini adalah suatu hal yang tidak pernah kuduga sebelumnya.
Tubuhku terasa lemas.
Semua upayaku di Wuhan yang telah kurencanakan selama puluhan tahun dan kukerjakan selama berbulan-bulan, sia-sia.
Pandemi virus Corona tetap terjadi.
Tidak lama lagi ia akan menyebar ke seluruh dunia.
Lalu dunia akan kembali mencekam.
Ini seperti mimpi buruk yang berulang.
Tidak hanya karena aku telah mengalaminya apda siklus kehidupanku yang pertama. Tapi ini juga mengingatkanku akan 9/11.
Tragedi yang sebelumnya telah berhasil kucegah ternyata tetap terjadi walaupun waktunya berbeda.
Kali ini pun sama. Virus Corona kembali melanda dunia, walaupun kini titik awalnya adalah Paris, dan bukan Wuhan seperti yang terjadi pada siklus kehidupanku yang pertama.
Aku berpikir bahwa jangan-jangan kejadian-kejadian itu, baik 9/11 maupun pandemi virus Corona, memang harus terjadi.
Dan mereka tidak boleh tidak terjadi.
Karena itu apa pun yang kulakukan untuk mencegahnya akan sia-sia. Mereka akan tetap terjadi, bagaimana pun caranya. Sehebat apa pun kucegah, peristiwa-peristiwa itu akan tetap menemukan jalannya untuk terjadi.
Tidak ada yang bisa kulakukan.
Suatu saat aku akan menemukan jawaban mengapa mereka harus terjadi. Tapi mungkin bukan sekarang.
Saat ini yang penting adalah memastikan bahwa Dr. Hobson telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Semoga ledakan virus Corona di dunia segera dapat diatasi oleh vaksin yang telah ditemukannya. Vaksin yang ia temukan atas petunjukku, tentunya.
2023
Pandemi virus Corona telah berakhir satu tahun silam. Keadaan dunia telah kembali seperti semula. Pemandangan orang-orang yang mengenakan masker di jalanan telah lama hilang.
Aku dan Starla juga bisa leluasa pergi ke mana pun kami mau. Karena aku menjadi orang yang memberi petunjuk kepada Dr. Hobson untuk vaksin virus Corona, maka aku dan keluargaku mendapatkan prioritas pertama untuk mendapatkan vaksin.
Kubawa Starla menyaksikan El Classico, Derby De La Madonnina, dan Derby Manchester.
Kami mengenakan seragam AC Milan saat pertandingan di Milan. Aku mengamatinya berteriak, meniup peluit ejekan kepada tim lawan, dan menyanyikan lagu Curva Sud.
Kami pergi berkeliling dunia, beberapa kali dengan sistem backpacking. Namun lebih sering kami menginap di hotel mewah. Walaupun demikian, kami menyusuri jalan-jalan di Paris, Munich, Madrid, Barcelona, dan Zurich. Trotoar demi trotoar kami lalui, dan kami hanya menggunakan satu buah payung jika hari hujan.
Starla sendiri tidak ingin bergantung pada hartaku. Ia meneruskan pekerjaannya di General Electric sebagai supervisor.
Ia menolak untuk kuantar-jemput ke kantornya setiap hari. Justru independensinya membuat Starla semakin menarik di mataku.
Kami menunda untuk memiliki anak dan bagiku itu bukan masalah.
Starla adalah penyesalan di kehidupanku yang pertama. Saat itu aku menyesali andai aku berani meninggalkan Rita, alih-alih menikahinya.
Sebuah kenangan yang terbersit membuatku beranjak dari sofaku di suatu pagi.
Starla sedang pergi dinas ke Amerika Serikat selama satu pekan. Aku memacu mobilku, terus menanjak, ke arah tempat yang terakhir kukunjungi tiga puluh tahun silam.
Tempat itu adalah Gegerkalong.