Anxia membuka mata dan menatap keatas, ia menatap kearah langit-langit ruangan yang tidak terlihat familiar, tapi di lain sisi juga terasa begitu familiar. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu yang membuatnya tersadar dan bangun. "Anxia, apa kau sudah bangun?"
Anxia dapat mendengar suara Nicole dari balik pintu dan membuat kebingungannya langsung menghilang. Ia baru ingat jika ia kini tinggal di rumah pribadi kakaknya yang ada di Deteros. "Hah … sudah kak," ucap Anxia lalu bangkit dari tempat tidur sambil merenggangkan badannya.
"Kalau kau sudah siap turunlah, kakak akan membuatkan sarapan," ucap Nicole.
"Baik, kak," ucap Anxia lalu mendengar suara langkah kaki Nicole yang semakin menjauh. Anxia menatap keadaan di sekitarnya, ia mengetahui jika kamar yang di siapkan oleh kakaknya ini cukup besar. Namun, ia bersyukur karena tidak sebesar kamarnya di Evgenis. Ia cukup khawatir jika sampai kamar ini benar-benar mirip dengan kamar aslinya, karena di kamar aslinya terdapat desain dan beberapa barang yang hanya ada di Evgenis.
Anxia berjalan menuju kamar mandi untuk mempersiapkan diri menjalankan aktivitas paginya. Sama seperti kamarnya, kamar mandi di kamarnya memiliki dinding berwarna putih dengan garis emas dengan jendela yang memperlihatkan pemandangan laut yang begitu indah.
Setelah setengah jam Anxia bersiap-siap, ia akhirnya keluar dari kamar dan berjalan menuju ruang makan yang ada di lantai satu, di sana ia dapat melihat Nicole yang baru saja meletakkan makanan yang ia masak di meja makan. "Selamat pagi," ucap Nicole yang menyadari kedatangan adiknya sambil tersenyum lembut.
"Selamat pagi kak," ucap Anxia lalu duduk di kursi makan dengan bantuan Nicole.
Setelah Anxia duduk, Nicole duduk di kursi yang berhadapan dengan Anxia. "Aku tidak pernah tahu kakak bisa masak," ucap Anxia yang takjub melihat masakan kakaknya yang terlihat begitu menggiurkan.
"Ini salah satu keuntungan menjadi petualang. Kalau berpetualang, tentu saja kita tidak bisa membawa pelayan kemana-mana, bukan? Jadi aku harus bisa menyesuaikan diri," ucap Nicole.
Anxia menganggukkan kepala. "Kalau begitu, aku juga akan mencoba belajar memasak!"
"Nanti kakak akan mengajarkanmu masakan yang mudah," ucap Nicole.
"Mohon bimbingannya kalau begitu," ucap Anxia yang terlihat senang karena akan mempelajari sesuatu yang baru.
Nicole menganggukkan kepala. "Kalau begitu, sebaiknya kita sarapan dulu. Kita masih harus mencari beberapa keperluan yang mungkin kita butuhkan untuk misi kali ini. Bukankah kita sudah berjanji dengan yang lainnya akan berkumpul di distrik perdagangan?"
"Ah … kakak benar, sekarang jam berapa?" tanya Anxia panik dan segera menyantap makanannya. "Ini enak sekali!"
Nicole yang mendengar itu tersenyum lembut. "Terima kasih atas pujiannya. Kau bisa makan dengan pelan, kita masih ada waktu dua jam lagi sebelum waktu pertemuan."
Anxia menganggukkan kepala lalu menikmati sarapannya dengan tenang setelah mengetahui jika mereka masih memiliki banyak waktu.
.
.
.
Setelah selesai sarapan, Anxia membantu Nicole mencuci piring. Sedangkan Nicole sedang berada di kamarnya untuk mengambil barang sebelum mereka berangkat. "Anxia, kita bisa berangkat sekarang," ucap Nicole.
Anxia yang sedang mengeringkna tangannya menganggukkan kepala lalu berjalan bersama Nicole keluar dari rumah. Di depan rumah, terlihat kereta kuda milik guild sudah menunggu mereka. Anxia mentap Nicole dengan bingung. "Akan lebih cepat kita naik kereta," ucap Nicole lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Anxia menaiki kereta.
Anxia hanya bisa mengembuskan napas pelan lalu naik dengan bantuan Nicole. Setelah kakak-beradik itu sudah masuk, kereta langsung berjalan dengan santai meninggalkan rumah pribadi Nicole.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Nicole yang menatap adiknya dengan khawatir.
Anxia yang mengetahui kekhawatiran kakaknya hanya bisa menganggukkan kepala dan menenangkannya. "Aku baik-baik saja, aku hanya merasa kelelahan."
Nicole yang melihat wajah pucat Anxia merasa tidak tenang. Meskipun bagi orang lain, Anxia terlihat baik-baik saja. Namun, Nicole dapat melihat wajah pucat adiknya dan ia mengetahui alasan Anxia merasa lelah meskipun ia baru meninggalkan Evgenis beberapa hari lalu. "Kapan waktu tidur panjangmu dimulai?" tanya Nicole.
Waktu tidur panjang adalah waktu bagi ras Evgenis untuk memulihkan kekuatan mereka atau saat dalam keadaan terluka. Namun, karena Anxia adalah orang berbeda dengan ras Evgenis lainnya, ia selalu memiliki waktu tidur panjang setiap satu minggu dalam tiga bulan, dan karena dua bulan lalu Anxia belum tidur panjang. Sehingga Nicole ingin memastikan waktu tidur panjang Anxia akan di lakukan bulan ini atau bulan depan.
"Aku rasa dua atau tiga minggu lagi aku harus tidur panjang," ucap Anxia yang terlihat khawatir.
Nicole yang mengetahui kekhawatiran adiknya mengelus kepalan Anxia dengan lembut. "Kau tidak perlu khawatir soal misi kali ini. Kakak ada di sini untuk membantumu dan kita bisa membuat alasan untuk memberitahu anggota lainnya mengenai keadaanmu."
"Tapi, aku merasa tidak enak jika harus berbohong dengan mereka," ucap Anxia.
"Hah … Anda terlalu baik, nona Anxia," ucap Aspro yang tiba-tiba muncul dan duduk di pangkuan Anxia.
"Aspro…"
"Ini semua demi kebaikan Anda. Anda tahu peraturan dari Evgenis, bukan?" tanya Aspro.
"Aku tahu…"
"Hah … sekarang aku khawatir kepadamu jika aku kembali ke Evgenis. Kau terlalu cepat percaya dengan orang lain," ucap Nicole.
"Tapi, jika Logan. Bukankah tidak masalah? Bagaimanapun aku…"
"Aku tahu," ucap Nicole memotong perkataan Anxia. "Aku tahu, Anxia. Tapi, dia sendiri tidak mengingatmu. Saat ini kau hanyalah orang asing baginya. Jadi, aku tidak bisa membiarkannya mengetahui mengenai rahasia ini. Setidaknya biarkan dia mengetahuinya sendiri."
Anxia yang mendengar itu menjadi sangat sedih. Apa yang dikatakan Nicole memang benar. Meskipun mereka sudah mengenal cukup lama, namun mereka sudah ratusan tahun tidak bertemu, dan saat mereka bertemu kembali, Logan tidak mengenalnya. Anxia tahu jika ini bukan kesalahan Logan, namun ia tidak bisa menghentikan airmata yang mengalir dari sudut matanya.
Nicole yang melihat air mata adik kesayangannya menjadi terkejut. Karena Anxia adalah seseorang yang tidak mudah mengeluarkan air mata, dan mengembuskan napas pelan. Ia menghapus air mata adiknya dengan lembut. "Kamu tidak perlu khawatir, kakak akan membantumu mengembalikan ingatan Logan."
"Kenapa kakak berbicara seperti Logan tidak mengingatku adalah sesuatu yang tidak normal?" tanya Anxia bingung.
"Saat pertama kali aku bertemu Logan di Deteros. Dia juga tidak mengingatku, dan saat aku masuk kedalam ingatannya … aku menemukan jika tidak ada ingatan mengenai kita bersama dengannya, seperti kenangan kita bertiga di hapuskan dari ingatannya," ucap Nicole.
Anxia yang mendengar itu menjadi sangat terkejut. Ia selalu berpikir jika Logan tidak mengingatnya karena sudah ratusan tahun mereka tidak bertemu. Namun, ia tidak pernah menyangkah jika tidak da kenangn apapun mengenai Nicole dan dirinya pada ingatan Logan. "Apa kakak sudah bertanya kepada paman Alden?"
Nicole menganggukkan kepala. "Paman Alden tidak pernah menemukan keanehan pada Logan setiap kali dia pulang. Tapi, ada saat dimana aku menyebut namamu, aku merasakan aura aneh dari diri Logan."
"Aura aneh? Tapi, aku tidak pernah merasakannya," ucap Anxia bingung.
"Hm … setelah kemunculanmu, sepertinya aura aneh itu semakin lama semakin memudar. Mungkin ada hubungannya dengan berkah yang kau miliki, sehingga membuat aura aneh itu mulai kehilangan kekuatannya," ucap Nicole.
"Meskipun begitu, kita perlu mencari tahu asal dari aura aneh itu. Kita juga tidak tahu jika keberadaanku akan menghapus aura aneh itu sepenuhnya, atau hanya akan melemahkannya. Aku jadi khawatir dengan Logan," ucap Anxia.
"Hah … kau tenang saja, dia akan baik-baik saja, dan kakak akan membantumu mencari tahu masalah ini," ucap Nicole.
Anxia menganggukkan kepala dan kereta mereka telah berhenti, sehingga menghentikan pembicaraan antar kakak-beradik itu. Saat Nicole akan membuka pintu kereta dan membantu Anxia turun. Pintu kereta sudah terbuka lebih dulu dengan seseorang yang mengulurkan tangannya. "Logan?"
"Pagi," ucap Logan sambil menunggu Anxia menerima tangannya.
Anxia tertawa kecil lalu turun dari kereta dengan bantuan Logan. "Terima kasih."
Logan hanya menganggukkan kepala sebagai jawaban. Setelah itu, mereka langsung berjalan menuju air mancur yang ada di tengah distrik perdagangan, lokasi yang menjadi tempat pertemuan mereka dengan Nora dan Alina.
Saat Anxia dan kedua pria di sampingnya itu dapat melihat air mancur di tengah distrik, Anxia dapat melihat Nora dan Alina yang sedang duduk di dekat air mancur. "Alina, Nora!"
Mendengar panggilan itu, Alina dan Nora langsung berdiri. "Selamat pagi," ucap Anxia.
"Selamat pagi, Anxia, senior Logan dan senior Nicole juga," ucap Alina.
"Jadi … apa yang akan kita butuhkan?" tanya Nora.
"Hm … aku juga tidak tahu. Memang kita harus membeli apa?" ucap Anxia yang juga terlihat bingung.
"Karena kita akan melakukan perjalanan dua hari dengan kapal dan empat hari dengan perjalanan darat dari dermaga kerajaan Gorgona. Jadi, mungkin kita perlu mempersiapkan alat untuk berkemah dan persenjataan untuk berburu. Karena dari dergama kita harus jalan, jadi kita tidak akan menemukan penginapan atau kereta yang bisa mengantar kita," ucap Nicole yang diikuti dengan anggukkan kepala dari Alina.
"Kalau begitu, kita akan membagi kelompok menjadi dua. Alina dan Nora pergi mencari alat untuk berkemah. Anxia dan Logan mencari senjata untuk berburu. Karena aku dan Logan sudah mempunyai senjata untuk berburu, kalian bertiga memerlukan itu untuk keadaan darurat. Jangan khawatir, Logan cukup pandai dalam masalah persenjataan," ucap Nicole.
"Baik," ucap Alina dan Anxia dengan diikuti anggukan kepala dari Logan dan Nora.
"Jika kalian ingin membeli sesuatu selain yang di butuhkan. Kalian bebas membelinya, terutama Alina. Perjalanan kita kali ini bisa dibilang mengantarkanmu pulang, mungkin kau ingin membeli beberapa oleh-oleh untuk keluargamu," ucap Nicole.
Alina yang mendengar itu tersenyum senang. "Baik!"
"Jika sudah, kita berkumpul lagi di sini jam sebelas siang, tapi jika jam sebelas siang aku belum di sini. Kalian bisa meninggalkanku," ucap Nicole.
"Kau mau kemana kak?" tanya Anxia.
"Aku akan mencari informasi yang mungkin berhubungan dengan keadaan di Gorgona," ucap Nicole.
Setelah itu, Anxia dan yang lainnya berpisah dan meninggalkan Nicole di tengah distrik perdagangan. "Hah … aku harus mencari tahu masalah Logan. Sebaiknya aku mulai dari mana?" tanya Nicole sambil menatap pemandangan di sekitarnya hingga matanya tertuju kepada sesuatu yang ada di jalan kecil di antara dua toko. Nicole tersenyum kecil. "Ketemu."
Bersambung….
Like it ? Add to library!
Terima kasih telah mengikuti cerita ini
Sampai jumpa lagi