Cassy POV :
"emerly Gawat!!",,panikku dalam telepon
"ha?? Kenapa?" ,tanya emerly ikut panik
"bajuku semua kaus dan jeans, gak ada yang bisa kupake"
"oh gosh aku kira apa.. Tenang aja gua pinjamamin dress dress terbaik gua deh" jawabnya dengan enteng
"really?? Okayy on my way now" , aku langsung lompat dari ranjang dan bergegas pergi
Kira kira 30 menit dan akhirnya aku sampai dirumah emerly.
Ini bukan pertama kalinya aku kerumahnya, dan untuk kesekian kalinya juga aku terpukau dengan rumahnya yang sangat besar apalagi perabotan berwarna emas yang menambah kesan mewah.
Kadang aku bingung kenapa emerly yang kaya mau berteman denganku yang biasa saja.
Setelah menghabiskan sekitar 2 jam didalam akhirnya kami siap juga.
"ohh shit.. Dress ini cocok banget " , puji emerly dengan reaksi berlebihan
Aku hanya tertwa dan mengeleng kepala
"okayy sekarang ayo cepat, sumpah udah ga sabar huaaahaaa" ucapnya kegirangan
------------------------
Setelah sampai diclub tanganku langsung ditarik emerly menembus keramaian orang orang yang asik menggoyangkan tubuh seirama dengan dentuman lagu.
"haii cassy" ,sapa jack menunjukkan gigi putih nan rapinya.
"woahh kamu juga datang ya?" ,
"iya sebenarnya aku sibuk tapi emerly terus memaksaku" , candanya
"excuse me? " ,protes emily yang diiringi tawa kita
Aku sebenarnya sudah sangat akrab dengan jack.
Jack sering menghampiriku saat dikampus, Ia juga banyak membantu ku dalam tugas mengingat kami satu jurusan dan dia senior jadi pastinya sarannya sangat berguna.
Aku pun duduk disebelahnya.
Tiba tiba pandanganku terpaku dengan sepasang mata biru yang juga tengah menatap ku dari sofa diseberang. Aku tidak dapat melihat wajahnya dengan jelas karena suasana yang gelap.
Yang ku sadari hanya perawakannya yang misterius dengan pakaian serba hitam dan tatapan tajam mata birunya.
Tidak lama kemudia terlihat beberapa laki laki mendekatinya dan membisikkan sesuatu lalu ia bangun dan pergi.
"silahkan pesan sepuasnya guys.. Hari ini gua traktir!!!" , kata emerly yang disoraki teman teman kami
Kami lalu memesan minuman dan berbincang bincang
"emerly ketoilet dulu ya"
"okay, mau di temanin? , tawar emily
"gakpapa, lo disini aja"
Berjalan dengan heels tinggi ternyata lumayan susah..
Sambil berjalan dan berusaha menghindari beberapa orang mabuk akhirnya aku melihat sign toilet yang mengarah ke ujung lorong kiri. Tapi langkahku terhenti saat mendengar samar samar suara jeritan dari ujung lorong kanan.
Tak seperti lorong kiri, entah kenapa lorong sebelah kanan lebih gelap.
Karena rasa penasaran, kuberanikan diri berjalan menyusuri lorong gelap itu mencari sumber suara yang terdengar tadi. Lorong ini memiliki bentuk aneh karena semakin aku berjalan lebih dalam dinding dikedua sisi semakin tebal membuat porsi lantai tempat ku berjalan semakin sempit. Lalu aku melihat sebuah pintu besar berwarna merah. Perlahan ku dekati pintu itu yang ternyata tidak tertutup rapat meninggalkan celah kecil untuk ku melihat dibalik pintu.
Aku terkejut mendapati seorang lelaki paruh baya sedang berlutut dan memohon dihadapan seorang lelaki berjas serba hitam dengan 6 laki laki berbadan tegap dibelakang yang terlihat seperti bodyguard.
Karna dipenuhi suara dentuman musik yang keras, aku tidak bisa mendengar apa yang mereka katakan. Dengan pelan pelan aku menlebarkan celah pintu...
"Saya benar benar telah membawa semua yang anda minta.", samar samar terdengar
Dengan tenang pria berjas hitam yang sepertinya adalah bos itu berkata
"Tuan Maskov, saya yakin anda tau siapapun yang berusaha menipu saya akan mati "
"saya tau, tapi saya benar benar tidak berbohong" , ucap pria paruh baya dengan nada memohon
"Saya tidak peduli. Seluruh uang nya telah ada di bank anda yang berarti semua barangnya juga sudah harus ada ditangan saya" kata lelaki berjas hitam
"saya akan mengembalikan uang an
DORR!!
Belum sempat ia menyelesaikan kalimat nya suara ledakan pistol dari pria yang sedang duduk itu terdengar.
Aku terdiam sesaat melihat apa yang barusan terjadi, saat aku berencana menjauh dari pintu itu ,tiba tiba pria berjas itu berkontak mata denganku.
Pemilik mata biru itu ternyata adalah orang yang baru saja melepaskan tembakan itu.
Perasaan panik dan takut langsung memenuhiku, tiba tiba kakiku terasa sangat lemah.
"aku harus lari" pikir ku dalam hati.
Dengan cepat aku berbalik dan saat akan lari sesuatu membekap ku dan perlahan lahan semuanya menjadi gelap.