Sometimes what you want in live isn't always what you get. In live what you really want will never come easy. But in the end what you get is so much better than your pain. Sometimes you just have to realise that life isn't going the way you want it to do. ~ Luke
"Aku akan berjanji menceritakan semua padamu ketika waktunya tepat. Saat ini aku harus ada urusan bisnis lagi. Edward Gregory akan menemanimu saat ini. Beristirahatlah. Kau harus memulihkan tubuhmu itu. Besok kau harus sekolah kan? Edward akan mengantarmu." Kata Charles melangkah pergi, diikuti Bill dibelakangnya.
"Ya, baiklah."
"Kau merokok?"
"Ya, ketika aku sedang tertekan dan stres saja. Bagaimana kau tahu?"
"Ayahmu juga menyelamatkan barang barangmu ketika mobilmu tenggelam."
"Bagaimana ayah bisa menemukanku dengan cepat?"
"Bagi seseorang yang menjadi vampir campuran. Kau sangat tenang sekali mengatasi semua indramu yang meningkat."
"Pfffftt hahahaha, vampir? Mana ada yang namanya vampir? Aku ini werewolf."
"Ya, kau dan ayahmu adalah vampir. Bukan vampir yang biasa tapi vampir yang sangat kuat. Jika werewolf bisa ada. Kenapa vampir juga tak bisa?"
"Kau tidak sedang bercanda kan? Jika ayahku adalah vampir. Itu sangat mustahil karena vampir tidak bisa punya anak."
"Tidak, ayahmu dulu manusia. Dia baru berubah setelah mempunyai kamu di kehidupannya. Dulu ayahmu adalah ilmuan yang ambisius, dan egois. Dia menghabiskan waktunya dengan menyuntikkan serum serum ke tubuhnya selama bertahun tahun. Saat itu dia dalam perjalanan pulang, melintasi hutan yang gelap. Tiba tiba di depan mobilnya ada sosok sedang berdiri tepat di depan mobilnya dan ayahmu menabrak orang itu yang menyebabkan mobil ayahmu berguling guling dan rusak. Saat itu ayahmu selamat dan masih hidup hanya saja terluka lumayan parah. Dia berhasil keluar dari mobil itu dan menghampiri sosok yang sedang tergeletak di jalan itu. Dia tidak tahu bahwa sosok itu bukan manusia melainkan kaum terkuat dari vampir. Nama sosok itu adalah Vlad. Vlad pun mengubahnya malam itu juga. Namun sejak malam itu ayahmu tak berubah menjadi vampir sama sekali hanya luka parahnya yang cepat sekali sembuh. Selama beberapa tahun dia belum berubah. Bahkan sampai ia memilikimu, dia masih belum berubah. Vlad pun juga penasaran bagaimana ayahmu tidak berubah selama bertahun tahun. Ia pun mendatangi ayahmu di mansionnya. Penyebab ia belum bisa berubah seperti vampir vampir lainnya yang baru saja diubah yaitu karena ayahmu menyuntikkan berbagai serum selama bertahun tahun. Meskipun dia langsung mendapatkan salah satu kekuatan vampir yaitu cepat menyembuhkan diri saat itu. Namun serum serum itu memperlambat transformasinya dan malah manjadikannya makin kuat, sekuat kaum Vlad. Kemudian saat usiamu kira kira 6 bulan di kandungan ibumu, saat itu ayahmu berubah menjadi vampir terkuat. Dia membunuh banyak orang, psikopat, hypersex, menyebalkan, pembuat masalah, keras kepala.
Saat itulah dia bertemu dengan Bill serta adik perempuannya. Bill serta saudarinya pun perlahan mengubah ayahmu menjadi orang yang lebih baik. Meskipun mereka kewalahan dalam mengubah ayahmu. Setelah mereka mengubahnya dia malah menjadi menyebalkan, pengganggu, dan orang berengsek. Kau tahu ayahmu sedang jatuh cinta pada adik Bill dan yup! mereka pasangan sekarang. Itu sebabnya ayahmu makin berubah." Kata Edward sambil tersenyum.
"Lalu bagaimana dia bisa bertemu denganmu?"
"Percaya atau tidak dulu aku adalah pembunuh vampir yang menikah dengan mantan penyihir dan mempunyai dua anak kembar. Kemudian aku bertemu ayahmu, Bill, dan Annie. Pertemuan kami sungguh tidak baik, dan ayahmu benar benar menjadi musuhku. Namun lama kelamaan aku berubah karena petualangan, dan tantangan yang kami hadapi. Kami harus bersama dalam menghadapi itu semua. Kami pun menjadi teman, saling menjaga satu sama lain, dan ayahmu menjadi sahabatku. "
"Lalu, kenapa aku tak bisa mengingat ingatan diriku?"
"Karena, Leo menghapusnya. Seharusnya ingatan ingatanmu tak kembali. Tapi bagaimana bisa kembali?"
"Entahlah, aku bahkan tak tahu sejak kapan serpihan ingatan ingatanku kembali, mungkin setelah aku menjadi tikus percobaan Black Hawk."
"Bagaimana kau bisa kenal Leo? Dan kenapa ingatanku dihapus?"
"Kalau tentang mengenal Leo lebih baik kau tanyakan pada ayahmu. Namun kalau menceritakan bagaimana ingatanmu bisa dihapus aku bisa menceritakannya. Saat itu ayahmu masih menjadi vampir psikopat. Kau pun juga berubah menjadi persis seperti dirinya. Ditambah lagi saat kalian sedang mencari kekuatan yang terkuat. Kalian tidak sengaja membebaskan dua iblis yang tersegel di dalam sebuah makam. Kekuatan terkuat itu berasal dari kedua iblis itu. Namun kalian tak mengetahuinya. Jadi ketika kalian tak sengaja membebaskan kedua iblis itu. Mereka masuk masing masing dalam dirimu dan ayahmu. Hanya saja ayahmu bisa mengendalikannya sedangkan kau tak bisa. Iblis itu seringkali mengambil kendali tubuhmu dan membahayakan semua orang dan dunia lain. Jadi Leo pun menghapus ingatanmu dan menyegel iblismu. Aku rasa iblis itu ingin mengambil ahlih tubuhmu lagi dengan mengembalikan ingatan ingatanmu. Dan kau disini telah menjadi werewolf dan kekuatan vampirmu perlahan kembali. Kau sekarang menjadi kaum campuran namun versi terkuatnya."
***
Daritadi Draco merasakan kepalanya sakit. Begitupula dengan indra yang meningkat benar benar membuatnya terganggu. Dirinya merasa ingin kabur dari sekolah dan menuju ke tempat yang sepi. Draco mulai menyesal berbohong pada Edward bahwa dirinya baik baik saja hari ini. Jika Ia berkata jujur. Dia pasti masih ada di mansion Kingstone sekarang. Ketika pelajaran berlangsung pun, Ia lamgsung keluar dengan membawa sebatang rokok dan korek api yang Ia sembunyikan di saku celana jinsnya. Ia kemudian merokok di tempat Ia dan Stephen biasa berkumpul. Karena disana tidak ada orang yang akan tahu ataupun lewat. Namun 15 menit kemudian ketika Draco keluar. Gadis yang duduk di bangku sebelahnya pun mengikutinya dan mencarinya.
Ketika Draco baru saja membuang rokoknya, gadis tadi pun menemukannya.
"Kau seharusnya tidak merokok, jika sakit."
Draco pun menoleh ke arah gadis itu.

"Oh,ehmm, aku tidak merokok." Bohong Draco
"Kau benar benar payah sekali dalam berbohong. Tapi tidak apa apa. Aku tidak masalah jika kau merokok. Aku mengerti sepertinya kau tertekan dan stress karena itu kau merokok. Tapi lebih baik jangan merokok bila kau sedang sakit." Ucap gadis itu lalu duduk tepat disebelahnya.
"Aku Laura Davidson. Kau bisa panggil aku Laura." Katanya sambil mengulurkan tangannya
"Aku Draco Kingstone. Panggil saja aku Draco. Ngomong ngomong bagaimana kau tahu bisa tahu aku sedang sakit."
"Daritadi kau gelisah saat di kelas. Kau terus terusan memegangi kepalamu dan kau tidak tenang sama sekali. Lalu kemudian kau langsung keluar kelas. Jadi aku mengikutimu. Aku khawatir kau akan pingsan atau terjadi sesuatu denganmu."
"Oh begitu, terimakasih."
"Untuk apa berterimakasih?"
"Terimakasih sudah peduli denganku."
"Itu mungkin sudah hal biasa bagiku. Kita teman sekelas kan? Karena itu kita harus saling membantu. Aku lihat juga kau mengalami kesulitan dengan berteman. Jadi aku ingin menjadi temanmu."
"Baiklah, teman baru jadi kau mau duduk seharian di tempat ini sampai pelajaran selesai? Atau kau mau mengikutiku diam diam keluar sekolah?" Tanya Draco sambil tersenyum dengan penuh canda.
"Aku rasa itu bukan ide yang bagus. Teman temanku akan mencariku. Ditambah lagi kau sedang sakit."
"Oh, ayolah Laura. Ini akan seru. Aku bisa menahan rasa sakitku. Jadi kau mau ikut aku keluar sekolah?"
Laura pun tersenyum dan berkata
"Baiklah tapi kau antar aku pulang dan berjanjilah padaku kita tidak ke club atau tempat tempat aneh lainnya."
"Tempat tempat itu tidak aneh tapi aku janji tak akan membawamu ke tempat seperti itu. Bagaimana kalau kita naik wahana wahana nanti siang ini?"
"Baiklah tapi bagaimana kita akan kesana? Tempat itu jauh sekali dan tempat parkir untuk mobil kita dijaga."
"Tenang saja aku bisa mengatasinya." Seringai Draco
"Ada apa dengan seringai itu? Tolong katakan padaku. Kau tak akan melakukan hal yang aneh aneh pada tembok sekolah ini kan?"
"Tentu saja tidak, aku sudah puas mencoret coret dinding sekolah." Kata Draco sambil tertawa.
"Baiklah, tapi sepertinya kau punya beban di pikiranmu sekarang. Kau mau menceritakannya padaku?" Tanya Laura dengan senyumnya
"Bagaimana kau selalu bisa menebak apa yang ada di dalam diriku? Padahal kita baru saja bertemu dan sepertinya kau mengenal diriku lebih baik daripada aku sendiri."
Senyum Laura pun menghilang
"Karena aku pernah menjadi sosok seperti itu. Sosok yang selalu saja punya masalah setiap harinya. Sulit bersosialisasi. Ingin menyendiri. Tidak punya siapa pun. Selalu disalahkan dan dibenaki banyak pertanyaan dalam pikiranku." Kata Laura
"Apa yang terjadi dalam hidupmu?"
"Aku yakin pasti masalahnya berbeda dengan masalahku tapi intinya kita sama sama punya masalah keluarga kan? Ayahku adalah yatim piatu yang menjual narkoba untuk bertahan hidup, keluar masuk penjara, bisa dibilang ayahku mempunyai aku saat dia berumur 16 tahun. Ibuku mengonsumsi berbagai narkoba dan ganja ayahku sampai dia meninggal karena overdosis. Ibuku meninggal saat melahirkanku. Kakek bilang ibu meninggal adalah kesalahanku dan ayahku dan kata kakek ayahku bahkan tidak datang saat hari kelahiranku. Kakek bilang dia kabur. Rasa penasaran dan pertanyaan pun selalu timbul di benakku tentang bagaimana rasanya memiliki orang tua, dicintai, hidup seperti keluarga normal lainnya. Karena keluarga ibuku membenciku dan selalu menyalahkanku, memukulku jika berbuat salah. Bahkan jika itu adalah hal sepele. Mereka adalah keluarga yang sangat keras dan kasar. Aku seperti dibuang dalam keluarga itu-
"Namun setidaknya kau pasti punya teman teman yang mengerti dirimu, menyayangi, seru, konyol, dan kau pasti bahagia bersama mereka. Karena teman temanmu kau bisa melupakan rasa sakit yang ada di masa lampau." Draco pun menyela
Laura tersenyum dan bertanya
"Bagaimana kau bisa tahu? Kau seperti juga mengerti diriku lebih dari diriku sendiri."
"Karena aku juga pernah merasakannya. Ayahku sangat sibuk di perusahaanya hingga dia tak ada waktu denganku dan dia sedang menyimpan rahasia yang tak kuketahui. Dia selalu menutupinya sampai sampai aku hampir mati penasaran. Ibuku orang yang sangat keras dan kasar. Dia juga pelacur. Dia selingkuh beberapa kali dari ayahku tapi setidaknya itu sepdan karena ayahku juga melakukan hal yang sama. Ibuku selalu memukulku saat aku berbuat salah meskipun itu adalah kesalahan kecil. Kemudian aku bertemu mereka. Mereka yang kupanggil sebagai teman dan saudara. Namun hanya saja teman temanku usianya sangat tua dibandingkan denganku. Bisa dibilang mereka sudah berkeluarga tapi tetap saja usia mereka terkadang seperti anak 7 tahun. Mereka sangat suka bercanda, mengganggu, dan membuat kesal seseorang. Kemudian ibuku serta keluarganya meninggal karena kebakaran. Entah kenapa aku tak sedikit pun sedih. Aku malah bahagia dan lega." Ucap Draco
"Aku rasa teman temanku sedang mencariku sekarang. Aku tidak bisa membiarkan mereka melihat aku sedang bersamamu karena mereka pati mengira kita pacaran. Kita harus pergi darisini sebelum teman temanku menemukan kita."
"Kau mau pergi keluar untuk naik wahana? Aku rasa wahana barunya sudah dibuka sekarang." Ucap Draco berdiri sambil mengulurkan tangan untuk menggandengnya. Laura pun menggenggam erat tangan Draco.
"Tentu saja." Senyum Laura
Draco pun menggandengnya berlari ke lantai atas dan membuka jendela.
"Kau yakin dengan ini? Sepertinya ini sangat tinggi. Aku tak bisa melakukannya. Kau pernah melakukannya?"
"Sering sekali. Kakakku yang mengajarkannya padaku." Tenang saja aku akan turun dulu ke bawah dan aku akan menangkapmu saat kau lompat ke bawah. Kau tak akan jatuh ketika aku menangkapmu. Aku kuat. Percaya saja padaku." Seringai Draco sambil berparkour turun ke bawah.
"Ayo lompat, Laura!"
Laura pun melompat dan langsung ditangkap Draco.
"Lihat, tak ada luka. Tak ada yang jatuh. Kau mendarat dengan aman. Sudah kubilang percaya saja padaku." Senyum Draco
"Baiklah, kau benar. Bagaimana kita akan kesana nanti?"
"Tentu saja naik mobil."
"Bukannya mobilmu ada di parkiran sekolah."
"Hari ini teman ayahku yang mengantarkanku ke sekolah. Namun aku meninggalkan mobilku yang lain beberapa block dari sekolah. Ikuti aku." Kata Draco pun berlari. Laura pun berlari menyusulnya.
Seharian mereka habiskan waktu dengan menaiki semua wahana. Hingga tak terasa hari sudah larut malam.
"Hari ini benar benar menyenangkan. Terimakasih, Drac atas hari yang istimewa ini." Kata Laura sambil memakan permen kapasnya.
"Tidak apa apa. Terimakasih juga telah menemaniku naik wahana wahan itu. Tanpamu hari ini takkan seru. Aku juga bahkan baru sadar kalau hari sudah malam." Kata Draco sambil memakan permen kapasnya pula
Laura tersenyun kemudian membuka ponselnya.
"Ya Tuhan."
"Kenapa lihatlah ribuan chat ini. Semua teman temanku khawatir padaku. Aku harus segera pulang."
Draco pun juga membuka ponselnya
"Sial! Kau benar. Stephen, ayah, kakakku dan teman temanku juga mencariku. Setidaknya mereka takkan memarahaiku bila aku kabur dari sekolah. Aku bisa membuat alasan bahwa aku sedang berada di tempat yang tenang karena sakit." Canda Draco
"Baiklah kalau begitu ayo kita pulang."
"Tunggu, kita belum mengisi perut kita." Sahut Draco
"Tapi aku tidak membawa dompetku. Seharian penuh ini aku juga sudah memakai uangmu untuk naik wahana, beli permen kapas dan lain lain. Aku sangat tidak enak padamu jika aku menggunakan uangmu terus." Jawab Laura
"Tidak apa apa. Hartaku tak akan habis. Kalau memang sudah habis. Aku pasti akan minta pada ayahku. Dia punya harta yang berlimpah." Kata Draco sambil tertawa.
"Oh ayolah aku sangat tidak enak padamu, Drac."
"Kau tak boleh mengembalikan semua uangku. Mungkin kau bisa membayarku lain kali jika aku tak membawa uang." Canda Draco sambil menuju Lamborghini Advendatornya.
Laura pun tersenyum lagi.
"Baiklah, terserah apa katamu bung tapi berjanjilah saat ini kita tak akan mendatangi restoran yang sangat mahal."
"Baiklah, aku berjanji tak akan ada hal hal mewah lainnya."
Draco dan Laura pun segera masuk ke mobil dan melaju ke restoran.
Setelah selesai makan mereka pun melaju pergi ke tempat tinggal Laura.
Draco pun memarkirkan mobilnya di tempat yang dituju Laura. Tempat tinggalnya sangat besar dan luas. Disitu teman temannya membuka jendela kamar dan memperhatikan mobil Draco dengan penasaran.
"Aku kira ini rumahmu?"
"Tidak, ini bukan rumahku. Ini milik Elizabeth. Dia yang mengurus dan merawat kami. Ini adalah rumahku satu satunya. Aku diusir oleh keluarga ibuku dari rumahku jadi inilah keluarga satu satunya juga." Kata Laura
Ah... seperti James ya? Tapi aku yakin sekali mereka bukan mafia. Batin Draco
"Oh, iya Terimakasih sudah mengantarku."
Draco pun langsung memberinya kertas berisikan nomer ponselnya.
"Chat atau telepon aku jika kau mau pergi denganku lagi. Kau teman yang seru dan kau adalah gadis terkeren yang pernah kutemui." Ucap Draco
Laura pun tersenyum dan berkata
"Baiklah, terimakasih untuk semuanya. Sampai ketemu besok disekolah." Senyum Laura kemudian meninggalkan mobil mewah Draco dan menuju ke tempat tinggalnya.
***
"Laura! Darimana saja kau?!"
"Siapa pemilik mobil Lamborghini Advendator itu?!"
"Kau membolos saat pelajaran?!"
"Kau kabur dari sekolah?!"
"Kemana saja kau?"
"Apa kau baik baik saja?"
Laura pun memutar bola matanya
"Teman teman! Tenanglah! Aku baik baik saja. Aku hanya butuh refreshing dan pemilik mobil itu hanya teman sekelasku. Namanya Draco Kingstone. Kami baru saja berteman baik. Dia anak yang seru dan pengertian. Kami saling mengerti satu sama lain jadi kami cepat berteman."
"Ya Tuhan! Seorang Kingstone? Bung, ayahnya orang terkaya di dunia."
"Ya, ya aku tahu tapi anaknya sangat baik."
"Apa?! Baik katamu?! Sebelum dia masuk SMA dulu dia sering terlibat perkelahian. Dia selalu membuat lawannya masuk rumah sakit! Dia brutal! Kau harus hati hatinya dengannya. Dia terlibat banyak kasus Laura! Dan apa nanti jika Richard Craig, pacarmu itu mendengar kau bersamanya?!"
"Demi Tuhan! Tenanglah! Kami hanya berteman baik. Apakah Richard tidak bisa memberiku tempat untuk berteman dengan anak laki laki juga?! Dan dia tidak seburuk kelihatannya. Aku tahu mungkin dia berbuat kesalahan di masa lalu. Tapi sosoknya dulu telah berubah dan aku percaya padanya. Dia anak yang baik. Meskipun dia orang kaya namun dia hidup sederhana. Lihat saja pakaiannya. Dia berpenampilan seperti anak lain. Berusaha untuk hidup normal dengan masalah masalah yang dihadapinya. Kumohon mengertilah."
"Baiklah jika kau percaya padanya. Kami juga akan percaya padanya."
Laura pun tersenyum.
***
Laura Davidson