"Lyra baik-baik saja Mar, dia baik kan?" Tuan Arsen memutus kontak mata dengan Felix. Berlama-lama dengan mata tersebut tidak nyaman. Tahu kondisi Lyra lebih penting.
Alis Felix terangkat sebelah. Otak berpikir, menelisik sembari menilai seseorang di hadapannya.
"Shit, bertemu langsung begini sensasinya," celutuk Felix dalam hati. Mara bergerak gelisah. Ia menatap lurus. Baik ia maupun tuan Arsen saling lihat. Menelisik maupun meneliti.
"Belum tahu Ayah. Dokter bilang akan melakukan yang terbaik."
Tuan Arsen mengangguk. Sudah tak apa-apa.
Keempat orang tersebut menunggu. Sesekali Felix melihat tuan Arsen melalui ekor mata. Tak sering sih hal itu terjadi. Felix menjaga baik penglihatannya.
Sekitar satu menit kemudian dokter keluar. Di sampingnya ada seorang bayi mungil yang dibawa suster.
Napas Martin tercekat, mengumpul hanya pada dirinya. Terkumpul tanpa tahu yang tahu yang harus dipikirkan. Euforia terlalu kuat.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com