Lyra menarik diri. Mata Lyra menelusuri seluruh ruangan. Sejauh mata memandang, Lyra tak menemukan tasnya. Lyra berdecak kesal, pasti Martin menyembunyikan benda itu agar Lyra tak bisa kerja. Mulut Lyra mengerucut.
"Sudah bangun begini, lebih baik aku menulis. Tapi apa yang orang ini lakukan?" Lyra menatap benci Martin.
"Oke." Lyra berkacak pinggang. "Kalau begitu aku pinjam laptop milikmu."
Senyum di wajah Lyra muncul. Hilang satu cara, muncul cara-cara yang lain. Mati satu tumbuh seribu pas untuk Lyra. Cocok. Apapun bisa Lyra lakukan. Soal dampak, Lyra tak ingin ambil pusing. Biar Lyra pikirkan baik-baik rencana yang ia lakukan ke depan.
***
Martin melenguh kecil. Sesekali geraman terdengar. Lyra tak terlalu memperhatikan, pekerjaan mengambil alih dirinya. Bahkan kalau dilempar bom pun belum tentu Lyra yang sadar.
Sekali sadar sudah berada di dunia lain. Hal-hal seperti itu sangat lumrah terjadi.
Martin bergerak gelisah. Lyra tetap tidak sadar. "Lyra!"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com