"Stop."
Air mata mengumpul di pelupuk mata Lyra. Mengingat ia sudah tidak dianggap anak membuat Lyra merasa bodoh. Lyra sedih, sangat sedih. Dulu Lyra anak baik-baik, walau tidak pernah membawa orangtunya naik podium untuk mengambil penghargaan, Lyra tidak pernah berbuat aneh-aneh.
Sikap Lyra baik, sehingga tidak ada alasan yang mendasari Lyra tidak dianggap anak.
Lyra kalut.
Arsy berdecak lihat kelakuan Lyra. "Cukup Lyra. Tanganmu merah." Arsy mengela napas. "Kau sudah menghubungi orangtuamu atau belum? Siapa tahu mereka sedang ada kegiatan. Mereka sibuk."
Lyra tersadar. Ia teringat akan sesuatu. Tidak lama kemudian Lyra melihat jam tangan. Jam tersebut berada di sebelah kiri, sementara itu tangan kanan yang Lyra pakai untuk mengetuk pintu masih dipegang Arsy.
Arsy tersentak ketika Lyra menarik tangannya. Ya Tuhan, Arsy kaget. Sontak Arsy pun memegang dada.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com