Tyra memegangi lengan Gerald, sedikit bersembunyi dibalik punggung Kakaknya itu bak menjadikannya tameng perlindungan. Gadis itu masih kaget akan sosok laki-laki yang masih saja berdiri mematung di depan Gerald. Tyra mengira laki-laki misterius itu akan pergi begitu Ia berhasil berlari ke dalam cottage dan sekedar mengintipnya dari dalam sana selama lebih dari setengah jam. Namun salah, pria itu malah tetap diam, membuat Gerald akhirnya harus menghampiri dan bertanya.
"Excuse me, Sir. Who are you? What are you doing here?" Gerald mengulang pertanyaannya lebih padat.
Lagi-lagi pria itu diam, hanya matanya yang bergerak menelisik ke belakang punggung Gerald, mencari-cari titik temu pandang dengan Tyra disana. Gadis itu bertambah takut, semakin bergeser tepat ke belakang punggung Gerald tanpa celah.
"Hello?" Gerald mengibas-ngibaskan tangannya ke depan wajah pria itu, "Are you speak English?"
Satu respon diberikan pria itu akhirnya; mengangguk. Namun itu tak menjawab apa-apa. "So, why did you here? Do you know ... who my sister is?"
"No ..."
"She's Elleanor ..."
Kompak Tyra dan laki-laki itu menjawab berlawanan, membuat Gerald semakin bingung. Untung saja Gerald adalah pria sabar, Ia tidak langsung pergi atau marah-marah karena seorang laki-laki tak jelas yang 'mengganggu' agenda liburan adiknya.
"Yeah, She's Elleanor, what's your problem? Or your intention?"
Laki-laki itu menggeleng pelan bagai robot kehabisan baterai, "Just meet," katanya singkat dan tak jelas.
Gerald menghela nafasnya dalam-dalam, "Okay, could you please pass me your identity card? Passport maybe if you're not staying in France?"
Laki-laki itu hanya menatap Gerald bingung, membuat yang ditatap ditambah Tyra jauh lebih bingung. Namun satu hal yang didapati Gerald; pria misterius itu sepertinya bukan orang jahat, terlalu polos untuk seorang kriminal. Tapi akal sehatnya tentu tak gegabah mentoleransi oang asing.
"He's a total stranger. He doesn't have anything even to proved his identity. Who the hell are you?" tanya Tyra agak menggertak, ketakutannya sudah hilang beberapa menit lalu mendapati laki-laki itu yang tak bisa bicara sama sekali kecuali 'just meet'.
"What do you want us to do for you? Are you lost?" Gerald masih bertanya ramah, hingga pria itu mengangguk, membenarkan tebakan Gerald kalau Ia benar tersesat.
"But why you suddenly know about me? Are you ... paparazzi?" tanya Tyra lagi.
Laki-laki itu menggeleng, "No, just meet."
Gerald dan Tyra mendengus sebal, lagi lagi jawaban ambigu diberikan pria itu. Just meet, apanya yang just meet? Semua orang bisa saja 'just meet' dengan Elleanor Tyra si supermodel tapi tidak seaneh dirinya bukan?
"Alright ..." Gerald memejamkan matanya sejenak, "You said that you've lost here. What if I give you a ride to your home? No need to pay anything," ujarnya yang mendapat lirikan aneh dari Tyra, bahkan dipukul bahunya itu, "Are you seriously want to help this freak stranger?" bisik Tyra keras memarahi Gerald dan sifat baiknya yang keterlaluan.
"No, I just meet."
"Yeeeesss! You just meet me here and can you just please go home? You scared me!"
Pria itu terlihat kelabakan, "S-sorry. I just meet."
"What the ..." Hampir saja Tyra mengumpat, apakah pria ini tidak punya kosa kata lain selain 'just' dan 'meet'? Atau Ia hanya berbohong bisa berbahasa Inggris?
"What do you ..." ucap Gerald tertahan karena pria itu berbalik, berjalan pelan menuju arah berlawanan. Tyra dan Gerald memandangi punggungnya lamat-lamat nan dramatis penuh kebingungan, hingga akhirnya pria itu tak terlihat lagi begitu menjauh dari lampu penerang cottage.
"Kak, kemana Ia berjalan? Tidak ada rumah atau lampu disana ..." gumam Tyra merinding. Matanya tak bisa melihat apapun, bahkan sekedar titik cahaya di jarak seratusan meter dari posisi mereka saat ini. Benar-benar gelap.
"Itu hutan Tyr."
"Apa? Hutan?" Tyra tak percaya, namun melihat danau yang membentang panjang dari kaki gunung di utara, Tyra rasa itu masuk akal, "Aku rasa dia benar-benar hantu, Kak!"
"Dia tidak akan menapak di tanah jika memang hantu. Sudahlah, biarkan saja, mungkin memang itu jalan menuju tempat tinggalnya, dan dia mengetahui soal dirimu dari media sosial."
Tyra terdiam, sibuk dengan pikirannya sendiri. Sifat kritisnya tak mau menyerah menemukan jawaban atas tiga kali kemunculan pria itu.
"Kak ..." Tyra berlari kecil menyusul Gerald yang santai saja kembali ke cottage. "Aku tidak hanya melihatnya sekali. Kemarin di Milan juga Aku melihatnya, dan dia diam saja, tidak bicara apapun!"
"Kau yakin? Berarti memang betul dia mengenalmu."
"Ya, tapi kenapa sampai disini? Tidak mungkin dia tinggal di hutan Kak!"
Gerald malah menguap seraya menggeleng, merangkul Tyra kemudian, "Jangan dipikirkan. Kalau dia memang manusia, anggap saja Ia penggemarmu yang tersesat, dan kalau dia bukan manusia ..."
"Bagaimana kalau dia bukan manusia?"
"Ya ... dia penggemarmu juga, hanya saja dari dunia lain."
"Kak!"
Gerald tergelak, "Bagus bukan? Artinya Kau tidak hanya terkenal di dunia manusia saja, tapi juga dari dunia tak kasat mata?" candanya, membuat Tyra hanya memutar matanya malas.
"Lebih baik Kau beristirahat, sudah malam. Mungkin dia datang menegurmu karena masih berada di luar semalam ini. Jangan lupa, ini desa, mungkin saja Ia sesosok ... urban legend?"
"Ck! Urban legend macam apa yang tampannya seperti dia itu?" bantah Tyra. Memang laki-laki tadi tidak masuk spesifikasi hantu yang dikenalnya, pria itu justru berparas seperti salah satu modelnya di Milan kemarin.
"Aaaah! Jadi Kau menyukainya, karenanya Kau sangat penasaran? Baiklah, semoga Kau beruntung dan bertemu lagi dengannya."
"Ha! Semoga tidak! Dasar pria tampan aneh, apa maksudnya 'just meet'? Sangat misterius," bantahnya menolak mentah mentah. Kakaknya itu hanya mengedikkan bahu tanpa merasa terbebani, melenggang ke kamarnya.
Lain lagi dengan Tyra, Ia tak bisa berhenti memikirkan pria tadi, bahkan kembali Tyra itu melihat keluar, memeriksa apakah pria itu ...
Kembali, atau tidak kembali?