webnovel

Kematian Kedua

"Hidup bersamamu adalah caraku membayar lunas utangku padamu? Apakah ada peraturan seperti itu?" James berkata dengan sinis.

Meski wanita di hadapannya begitu menggoda, tubuh sintalnya yang seksi, cara bicaranya yang mampu membuat gairahnya bangkit, tapi tetap saja dia bukan manusia!

Liana menyentuh dagu James, lalu mendekatkan bibirnya pada bibir James.

Bibir yang menyentuh bibirnya terasa dingin.

"Katakan ya, maka kau akan abadi bersamaku. Jika tidak, aku akan mengambil kembali kehidupanmu," jawab Liana.

"Apa kau bisa mengambil kembali?"

James mulai merasakan gairah panas membakar dirinya selain rasa sakit yang sedang ditahannya. Wajah Liana benar-benar membuatnya sulit mengontrol diri sendiri.

"Aku bisa mengambilnya kembali."

Perlahan dua buah taring terlihat di wajah cantik Liana yang putih dan pucat.

"Vampir?"

"Benar," jawab Liana tenang.

James tertawa kemudian meringis, seorang vampir menyelamatkannya?

"James, jawablah. Waktumu tak banyak."

"Kenapa kau mau menolongku? Saat itu kau bisa membiarkan aku mati terbunuh, apa yang ada di pikiranmu?"

Karena dia mencintainya!

Apakah Liana harus menjawab pertanyaan konyol yang baru saja ditanyakan James?

Jika James menjawab 'ya' setidaknya Liana bisa berbahagia, karena keinginannya selama ini telah terkabul. Dia mendapatkan laki-laki yang selalu ada di dalam pikirannya. Tak perlu lagi diam-diam memerhatikan James dari atas kubah Gereja St. John, tak perlu lagi diam-diam menguntitnya, dia akan selamanya bersama James hidup dalam keabadian.

Liana menjilat bibirnya. Gugup.

James menahan perasaan yang membuatnya seperti orang bodoh.

Berdua di dalam kamar dengan seorang vampir wanita yang sangat cantik, yang bisa saja membunuhnya saat itu juga, perlahan menghilangkan rasa takutnya. Getaran aneh dirasakannya di dalam dada.

"Karena aku menginginkanmu," jawab Liana singkat.

"Hm?"

"Aku menginginkanmu sejak lama. Karena itulah, aku sengaja membuat kekasihmu melupakanmu dengan cara paksa. Sekarang kau sudah mengetahui apa yang kuinginkan. Cepat katakan, apa kau akan bersamaku, atau tidak? Jika tidak ... maka bersiaplah, meski aku tak rela kehilanganmu, tapi aku tak bisa memberimu waktu lebih, kesepakatan berlaku tepat 17 tahun."

James memejamkan kedua matanya.

"Aku akan bersamamu dengan satu syarat," ujar James.

"Katakan."

"Kau tak akan pernah pergi dari sisiku. Selamanya kau akan bersamaku, menjadi milikku. Jika kau pergi dari sisiku, maka aku akan mencarimu. Kau tak akan pernah bisa menjadi milik orang lain."

Memang itu yang diinginkan Liana, dan dia menyetujui syarat yang diberikan James padanya.

Saat itu dia belum menyadari, James akan selalu dalam bahaya jika hidup bersamanya.

"Kukabulkan keinginanmu, James."

Saat itulah dirasakannya seluruh sakit yang ada pada tubuhnya semakin menjadi, seluruh tulang di dalam tubuhnya terasa remuk, seakan tubuhnya hendak patah menjadi beberapa bagian.

"Ke-kenapa sakit seperti i-ini?" tanya  James terbata.

Dia justru merasakan sakit yang lebih dari sebelum dia menyepakati kesepakatan antara dirinya dan Liana.

"Itu proses yang akan kau lewati, James. Kau akan mati dan hidup kembali dalam keabadian."

Liana mengangkat kedua tangannya, kepalanya menengadah ke atas, bibirnya merapal beberapa kalimat yang tak dimengerti oleh James.

"Apó stáchti xaná se stáchti, metá ánodos stin aioniótita!"

Gemuruh keras terdengar dari langit serupa suara petir.

"Tenang saja, siapa pun yang telah mendengarnya akan mengira hujan lebat akan segera turun," ujar Liana lalu tertawa.

Tubuh James terasa benar-benar panas, lalu dia terjatuh. Dadanya terasa sakit, jantungnya berpacu dengan cepat, kedua matanya membelalak, paru-parunya membutuhkan oksigen, semakin dia mengejar udara, semakin dirasakannya himpitan pada dadanya mengetat.

"K-kau apakan a-aku?"

"Kematianmu baru saja dimulai, lalu kau akan bangkit kembali, James."

Saat itulah tubuh James terjatuh dengan keras ke lantai.

Liana berjongkok di dekat tubuh James yang terkapar tanpa daya.

Liana menyibak rambut panjang James yang menutupi pundak sebelah kanannya. Sebuah simbol Beta muncul di bahunya.

Liana mengangkat tubuh James, dengan santainya dia meoletakkan tubuh James di atas tempat tidur.

"Terima kasih," ucap Liana ke arah telinga James.

Liana menyentuh leher James, tak ada denyut nadi yang terasa, kemudian dia berpindah pada pergelangan tangan James, tak ada lagi tanda kehidupan.

Tubuh James mulai terasa dingin, sangat dingin, kehangatan yang ada pada dirinya mulai memudar. Liana yang menyaksikan perubahan pada diri James hanya bisa tersenyum. Apa yang diinginkannya sudah didapatkannya.

Apa yang dilakukannya pada James adalah sebuah pantangan besar yang seharusnya tak boleh diperbuat oleh Liana.

Seorang vampir original yang terlahir dari darah Lilith nemiliki darah murni yang bisa mengubah seorang manusia menjadi sama seperti mereka hanya dengan meminumkan darahnya, dan akan memperoleh kekuatan yang lebih di atas para vampir lain yang berstatus sebagai budak hasil mutasi para alter yang mengubah mereka.

Liana menyibak beberapa helai rambut yang menutupi wajah James.

"Apakah salah dengan mencintai seorang manusia dan mengubahnya, agar bisa bersama selamanya?"

"Kau bahkan tak mengetahui siapa namaku."

"James, aku mencintaimu. Aku tak akan meninggalkanmu. Berpisah darimu adalah sebuah kematian bagiku!"

Selama beberapa jam, Liana masih terus menemani James di dalam kamar dan dia tak hentinya memandangi wajah James yang terlihat begitu tenang.

Bertahun-tahun lamanya, dia menunggu saat-saat seperti ini. Pada akhirnya, dia akan bersama dengan laki-laki yang selalu memenuhi pikiran dan perasaannya.

Tak lama kemudian James membuka kedua matanya, dilihatnya Liana duduk di tepi ranjang memperhatikan dirinya.

James bangkit dari tempat tidur, lalu mendekati Liana yang tersenyum ke arahnya.

"Selamat datang kembali, James."

"Kau memanggil namaku seakan kau mengenalku begitu lama, tapi aku tak pernah mengetahui siapa dan darimana dirimu," jawab James.

Tubuh bagian atas James yang tak mengenakan apa pun saat itu, membuat Liana sedikit tergoda. Wajah itu begitu sempurna, tubuh dengan otot-otot yang sangat liat terpahat sempurna di tubuh James. Rasanya Liana ingin menerjang tubuh James dan meraung di atasnya.

"Hm, apa perlu untuk mengetahui siapa diriku?"

"Perlu bagiku. Katakan, kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya. Kenapa kau mau menolongku?"

Liana menggigit bibir bawahnya, dia bingung bagaimana menjelaskan jika dia telah mencintai lelaki itu bertahun-tahun lamanya dan selalu berharap kekasihnya akan memutuskan hubungannya dengan James?

Liana pun bangkit berdiri, bergerak melangkah menjauhi James. Dia belum siap mengatakan apa yang ada di dalam hatinya.

"Apa kau membutuhkan alasan?" tanya Liana seraya memunggungi James.

James bisa merasakan, tubuhnya kali ini benar-benar berbeda dari sebelumnya. Ada sebuah kekuatan yang tidak bisa dikatakan, mengalir di dalam setiap aliran darah. Dia merasakan kehidupan yang baru dan penuh sensasi setelah kebangkitannya.

"Aku membutuhkan alasan itu, agar kau tak lagi dari kehidupanku."

"Karena aku mencintaimu!" jawab Liana dengan cepat membuang ego dan rasa malunya.

James merasakan sensasi yang aneh dalam tubuhnya. Seperti makhluk liar yang lapar, dia menarik tubuh Grace hingga terlempar ke dalam pelukannya.

Liana menyukai aroma tubuh James, dia selalu menginginkannya, meski baru saat ini dia bisa merasakan menghirup aroma itu secara intim.

"Aku memintamu seutuhnya," bisik James di telinga Liana.