webnovel

The King Ghost Wife

Gia gadis berusia 27 tahun yang berkerja sebagai agen rahasia tiba-tiba mengalami kecelakan mobil ketika melakukan misinya. Namun, ketika ia membuka matanya dia terbangun ditubuh Putri Jialin yang tidak memiliki kekuatan, dia dibenci saudara tertuanya dan Kaisar mengasingkannya, hanya saudara kembarnya dan pelayannya yang selalu disampingnya. Gia mulai hidupnya yang baru dengan membuat benda-benda yang membuat takjub semua orang, namun sangat umun didunianya dulu. Semua orang kagum dan mencoba mendapatkan benda-benda ajaib dari Putri Jialin. Namun, yang masih membuat Gia bingung adalah kenapa tubuh Putri Jialin bisa dia gunakan sesuka hatinya seakan tubuhnya sendiri didunianya dulu? *** "Kamu harus bertanggung jawab telah mencuri bungaku" Seorang pria duduk bermalas malas sambil menatap Gia. "Siapa yang mencuri bungamu?!?!?" *** "Berhenti mengikutiku pria sinting!" "Aku tidak bisa, aku telah kencanduan tubuhmu karena kamu mencuri bungaku" *** "Istriku kamu jangan jauh-jauh dari suamimu, kamu harus sering-sering menemaniku untuk menghangatkan ranjang kita" "AKU BUKAN ISTRIMU!!!" *** "Istri jangan mendekati pria lain! Kamu hanyalah milikku!" 'Seseorang tolong singkirkan pria tak tahu malu ini! Aku menyesal telah mencuri bunganya' *** *pencuri bunga = pemerkosa *mencuri bunga = mengambil keperawanan/keperjakaan

Destiyana_Cindy · Fantasia
Classificações insuficientes
96 Chs

Chapter 58 - Dua Suara, Satu Lagu

Gia bangun dari ranjangnya dan melihat Raja Hantu tidak ada disampingnya padahal semalam dia bersikeras di dekatnya karena ia berkata akan merindukannya ketika akan pergi dan tidak bisa menemani Gia pergi ke hutan terlarang. Semalam Gia berusaha keras menyingkirkan makhluk transparan itu namun ia tidak bisa dan hanya membiarkannya melayang di samping ranjangnya.

Gia berjalan menuju jendela dan membukanya, ia melihat ke salah satu pohon dan terlihatlah sosok manusia yang tengah tertidur di batang pohon tanpa takut jatuh ke tanah. Gia memanggil orang tersebut agar segera bangun dan turun dari atas pohon karena tidur di sana tidak baik.

"Banzhou, bisakah kau mendengar suaraku? Turunlah jangan tidur di batang pohon."

Banzhou yang telinganya cukup sensitif terhadap suara segera bangun setelah mendengar suara Gia, ia merenggakan tubuhnya yang terasa kaku dan melirik ke bawah tepatnya pada Gia yang tengah melambaikan tangan padanya.

"Turunlah!"

Banzhou langsung menuruti perintahnya dan segera turun dari pohon, ia masih teringat perkataan masternya yang harus menuruti semua perintah Gia.

Bukkk

Suara gedebuk ketika kakinya mencapai tanah terdengar di telinga Gia, ia menatap Banzhou yang berjalan mendekatinya dengan menundukan kepalanya.

"Kau tidak perlu menundukan kepala, aku bukan orang gila hormat," cibirnya karena ia merasa kebanyak orang di dunia ini suka menundukan kepala untuk menyanjung orang lain.

"Baik nona Gia." Dengan senang hati Banzhou melaksanakannya dan merasa tuan yang ia layani kali ini cukup baik dan tidak akan menyiksa bawahan seperti dirinya.

"Kau bisa menggunakan kamar disamping tempatku, kurasa itu adalah kamar kosong." Ruangan di halaman Yu Ren memiliki banyak ruang kosong yang tidak digunakan dan Banzhou bisa menggunakannya untuk istirahat daripada tidur di atas pohon.

"Aku hanya akan berada di kediaman bersama Yu Ren, jadi kamu tidak perlu khawatir dan bisa beristirahat." Gia memahami posisi Banzhou sebagai penjaga bayangan yang harus dituntut untuk melindungi tuannya dalam keadaan apapun, tetapi dia juga manusia dan perlu istirahat, lagipula Gia pernah mengalaminya ketika ia menjadi agen bayaran.

"Tapi nona." Banzhou tidak setuju karena masternya sudah memerintahkannya untuk menjaga nona Gia dalam keadaan apapun.

"Aku janji tidak akan pergi kemana-mana, aku hanya makan dan bermain dengan Yu Ren." Gia menyakinkannya agar tidak mengkhawatirkannya.

Banzhou akhirnya menyerah dan menurutinya. "Kalau begitu anda harus menepati perkataan."

Gia menganggu dan mengusirnya agar segera beristirahat di ruangan disamping kamarnya.

Setelah melihat Banzhou memasuki ruangan tersebut, Gia menutup jendelanya dan berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Hari ini ia ingin mengatakan soal kepergiannya pada Yu Ren dan berharap ia bisa memahaminya.

oOo

Yu Ren yag baru saja keluar dari kamarnya melihat Gia berjalan ke arahnya, kali ini ia melihat tatapan santai dari matanya dan tidak ada pandangan murung seperti kemarin. Ia tersenyum menyapanya dan mengajaknya makan.

"Selamat pagi, apakah kau lapar?"

Gia membalas senyumnya dan menganggukan kepalanya, dia sangat kelaparan setelah bangun. "Aku sangat lapar, ayo kita makan."

Yu Ren membawa Gia ke salah satu ruangan di halamannya yang biasanya ia gunakan sebagai ruang makan, dan para pelayan telah meletakan makanan di atas meja. Semua pelayan di kediamannya sudah mengetahui setiap jadwal kegiatannya sehingga mereka bisa mengantisipasinya dan akan menyediakan makanan ketika waktunya.

Gia menatap berbinar hidangan yang tersaji di depannya, ia merasa mulutnya berair dan tidak sabar memakannya. Tanpa sopan santun ia segera duduk di depan meja dan mengambil mangkuk dan sumpit kemudian mengambil hidangan satu persatu ke dalam mangkuknya, tak lupa ia menambahkan nasi karena rasanya tidak lengkap jika tidak makan nasi.

Yu Ren tertawa melihatnya sangat rakus memakan hidangan yang ada, ia tidak ingin ketinggalan dan mengambil mangkuk dan sumpit kemudian mengambil hidangan yang ada sebelum Gia menghabiskannya semua. Sesekali ia melirik ke arah Gia dan tidak memiliki pandangan seperti kemarin dan dia bernafas lega karena tidak melihat kesedihan di matanya.

Mungkin Yu Ren tidak ada di posisi Gia, seorang yatim piatu tanpa kekuatan. Tetapi ia memahami perasaannya yang benci ditindas dan diremehkan orang lain, Yu Ren juga mengalaminya namun sedikit berbeda. Ia merasa tertekan karena berada di klan besar yang harus dituntut untuk menjadi yang terbaik namun diremehkan posisinya hanya karena dia adalah perempuan dan bisa diberikan pada orang lain dengan kedok 'mempererat hubungan' dalam pernikahan.

Ia selalu merasa hidupnya adalah yang paling menyedihkan, namun ketika bertemu Gia, dia malah merasa dirinya sombong dihadapannya karena berani membandingkan hidupnya dengan Gia. Gia selama ini hidup sendiri tanpa orang tua, dia bertahan di dunia yang kejam ini tanpa energi qi di tubuhnya, namun apakah ia menyerah atas hidupnya? Tidak! Dia malah berjuang keras untuk menjalani hidupnya selama ini tanpa putus asa.

Dia mengandalkan kecerdasannya untuk membuat benda-benda yang mampu membantunya bertahan hidup, ia selalu haus akan pengetahuan dan terus bereksperimen untuk membuktikan teorinya. Sedangkan dia malah diam saja ketika hendak dijodohkan dan akan kehilangan kebebasan, dia hanya menerimanya dan meratapi hidupnya yang menyedihkan. Yu Ren merasa malu dihadapan Gia karena tidak bisa bersyukur dengan hidupnya. Ia memiliki orang tua, saudara, dan kekayaan besar namun ia dengan mudah tumbang hanya kerena dia akan dijodohkan.

Yu Ren merasa keputusannya menolong Gia saat itu adalah keputusan terbaik sepanjang hidupnya.

"Oh ya Yu Ren besok aku akan pergi untuk melanjutkan perjalananku."

Yu Ren menghentikan tangannya yang hendak mengambil sayap ayam ketika mendengar ucapan Gia. "Kenapa kau pergi?" Dia memandangnya dengan sedih karena tidak ingin kehilangan teman baik.

Gia meletakan sumpit di samping mangkuknya dan memandang Yu Ren. "Aku memiliki perjalanan panjang yang ingin aku tempuh, aku tidak bisa diam di sini terus."

Yu Ren memandangnya dengan sedih hingga matanya berkaca-kaca hendak menangis. "Jika kau pergi bukankah aku akan sendiri, Gia kumohon janganlah pergi tinggallah di Kekaisaran Huang Shi."

Gia menghela nafas ketika melihat Yu Ren hampir meneteskan air matanya, ia beranjak dari tempat duduknya dan mendekati Yu Ren kemudian memeluknya. "Aku pergi bukan berarti kita tidak berteman, aku yakin suatu saat kita akan bertemu lagi."

"Aku tidak ingin! Aku hanya ingin berada di sisimu! Gia!"Yu Ren membalas pelukannya erat dan meneteskan air mata yang jatuh di bahu Gia.

"Kau pernah mendengar legenda peri?" Gia mengelus kepala Yu Ren untuk menenangkannya.

"Hikss.. hikss... mereka tidak ada..." Yu Ren terisak ketika menjawab Gia.

Gia menggelengkan kelapanya dan mendekatkan bibirnya di telinga Yu Ren. "Tidak, mereka ada dan hidup di hati kita."

"Hiksss.... hiksss... hikssss..." Yu Ren dapat mendengar perkataannya dengan jelas tetapi dia memilih diam.

"Kalau aku? Apakah ada dihatimu?"

Yu Ren tersentak mendengar perkataan Gia.

"Ini bukanlah perpisahan, aku akan selalu dihatimu Yu Ren."

Yu Ren mengeraskan tangisannya mendengar ucapan Gia yang sangat menyentuh hatinya.

"Maaf karena selama ini telah merepotkanmu." Gia melepas pelukannya dan menatap Yu Ren. "Bersama mu sungguh menyenangkan."

"Aku juga sangat senang." Yu Ren menangkat kepalanya dan Gia dapat dengan jelas melihat wajahnya yang berlumuran air mata. "Mulai sekarang, berjanjilah untuk selalu menjadi temanku."

Gia mengangguk dan meneteskan air matanya. "Ya, aku berjanji."

Yu Ren meraih Gia dalam pelukannya dan memeluknya erat sebelum melepaskannya besok, ia ingin menghabiskan waktunya sebelum Gia meninggalkannya. Dan dia akan selalu mengingat Gia dalam hatinya bahwa dia adalah teman terbaik yang ia miliki.

Gia melepas pelukannya dan menatap Yu Re. "Kau ingin bernyanyi?"

Yu Ren menghapus air matanya dan menggelengkan kepalanya. "Aku tidak bisa."

"Ayolah mencoba bernyanyi, itu tidaklah sulit." Gia membujuknya.

"Tapi aku tidak tahu caranya." Pengalamannya bernyanyi hanya sekedar mengikuti nyanyian Gia ketika di festival makanan.

"Bernyanyilah sesuai suasana hatimu, aku yakin kamu pasti bisa." Gia tersenyum padanya dan menyakinkannya.

"Jangan mengejekku jika terlalu buruk."

"Aku tidak akan mengejekmu, aku janji."

Yu Ren menarik nafasnya dan mencoba menyampaikan isi hatinya melalui nyanyian, sebenarnya dia sedikit malu jika bernyanyi di depan Gia karena dia memiliki suara yang lebih bagus darinya. Namun, karena ini permintaan Gia maka ia akan ia kabulkan agar dia bisa selalu mengingatnya dalam perjalanannya.

Yu Ren

Sangat jarang menemukan teman sepertimu

Gia

Entah bagaimana ketika kau berada di langit selalu biru

Yu Ren membuka mulutnya dan Gia membalas nyanyianya sehingga mereka bernyanyi bersama dan sangat harmonis.

Yu Ren

Cara kita bicara hal-hal yang kau katakan

Gia

Cara kamu membuatnya baik-baik saja

Yu Ren

Dan bagaimana kamu tahu semua leluconku, tapi kamu tetap tertawa

Yu Ren tersenyum lebar dan menatap Gia, ternyata bernyanyi itu tidak terlalu sulit dan membuat perasaannya lebih baik.

All

Jika aku bisa berharap untuk satu hal

Aku mengambil senyum yang kau bawa

Kemanapun kamu pergi di dunia ini aku akan ikut

Kali ini hanya Gia yang bernyanyi dan sesekali Yu Ren mengikutinya.

Bersama-sama kita memimpikan mimpi yang sama

Selamanya aku disini untuk, kau di sini untukku

Oh, oh, oh

Dua suara, satu lagu

Sekarang Yu Ren tahu alasan Gia sangat menyukai bernyanyi, ternyata dengan bernyanyi kita bisa mengeluarkan perasaan yang selama ini terpendam.

Yu Ren

Sekarang setiap hari adalah sesuatu yang baru

Yu Ren memegang tangan Gia seolah tidak ingin melepaskannya.

All

Dan jalur apapun yang kita ambil, aku menantikannya

Cara kita berusaha dan tidak pernah berhenti

Cara yang cocok untuk semua bagian

Cara kita mengenal bagian-bagian itu dengan hati

Dan bernyanyi dengan keras

Mereka bernyanyi bersama-sama seolah hati mereka menyatu bersama dan bisa saling membaca pikiran.

All

Jika aku bisa berharap untuk satu hal

Aku mengambil senyum yang kau bawa

Kemanapun kamu pergi di dunia ini aku akan ikut

Gia menarik Yu Ren keluar dari ruangan makan untuk menuju halaman depan.

Bersama-sama kita memimpikan mimpi yang sama

Selamanya aku disini untuk, kau di sini untukku

Oh, oh, oh

Dua suara, satu lagu

Para pelayan yang tengah bekerja menghentikan aktivitas mereka dan melihat nona mereka bersama temannya tengah bernyanyi dengan suara yang indah.

All

Dan dimana pun kau berada, kau tahu aku akan ada

Dan ketika kau memanggil namaku, aku akan mendengarkan suaranya

Gia mengeratkan genggamannya pada tangan Yu Ren dan mereka bernyanyi saling berhadapan.

All

Jika aku bisa berharap untuk satu hal

Aku mengambil senyum yang kau bawa

Kemanapun kamu pergi di dunia ini aku akan ikut

Mereka saling bergantian bernyanyi dan para pelayan memandang kagum penampilan mereka.

Bersama-sama kita memimpikan mimpi yang sama

Selamanya aku disini untuk, kau di sini untukku

Oh, oh, oh

Dua suara, satu lagu

Beberapa pelayan bertepuk tangan melihat penampilan mereka yang sangat bagus.

All

Jika aku bisa berharap untuk satu hal

Aku mengambil senyum yang kau bawa

Dan dengamu di sisiku, aku tidak akan salah

Yu Ren meneteskan air matanya sekali lagi namun ini bukan air mata kesedihan melainkan air mata kebahagiaan.

Sekarang aku memiliki semua yang aku butuhkan

Dan suara termanis akan selalu

Oh, oh, oh 3x

Dua suara, satu lagu 3x

(Cassidy Ladden and Melissa Lyons - Two Voice, One Song ost Barbie and Diamond Castle)

-TBC-