webnovel

Ch. 22 — Bukan Satu Tapi Tiga

Di dalam cerita fantasi, ada sebuah kejadian klise di mana seorang karakter utama bertemu dengan kakek-kakek tua yang ternyata adalah master bela diri. Dengan segala macam plot dan cerita, mereka berakhir menjadi guru dan murid yang berhasil menguasai dunia.

Sebuah kejadian klise itu sekarang membuat Nier berpikir, apakah kakek-kakek yang ada di rumahnya ini sebenarnya master bela diri yang tersembunyi?

Awalnya Nier berpikir itu mustahil, tapi seiring berjalannya waktu ada beberapa tanda yang terlihat.

Pada bulan pertama Nier tidak begitu peduli dengan keberadaan kakek yang bernama Virtez itu. Meski keduanya tinggal di rumah yang sama, mereka jarang mengobrol satu sama lain.

Nier merasa hubungan mereka akan terus memburuk, ada rasa bersalah juga karena menumpang secara gratis. Tapi, seperti air yang menghancurkan batu, perasaan tegang sedikit demi sedikit mulai berkurang.

Apalagi saat masuk ke bulan ketiga, percakapan kecil sesekali terjadi hingga akhirnya ketegangan digantikan dengan keakraban. Disini Nier mulai memahami arti pentingnya komunikasi, jika terus diam dan memendam semuanya maka masalah tidak akan berakhir.

Kakek yang dikira pencuri dan pesarkas handal itu ternyata memiliki sifat yang baik, dia sering membawa camilan saat geng Nier berlatih, dan terkadang juga memberi masukkan. Seperti...

"Apa yang kau lakukan dengan gerakan lemah itu. Pedang itu harusnya cepat dan tajam, kau harus mengandalkan fleksibilitas lengan untuk dapat ayunan yang lebih kuat." Kata Virtez.

"Aku mengerti maksudmu tapi bagaimana caranya? Kau mau aku membengkokkan tanganku dengan cara aneh seperti ini?" Jawab Nier sambil mengayunkan pedangnya.

"Dasar anak muda, kau punya otak tapi tidak digunakan."

"Kau! ..."

Begitulah percakapan mereka sehari-hari. Meski Nier merasa terhina di setiap kali Virtez membuka mulut, namun apa yang ia katakan sebenarnya masuk akal. Teknik yang selalu gagal Nier ciptakan sedikit demi sedikit mulai membaik karena hinaan Virtez.

Hari-hari terus berlalu, dan tanpa terasa 12 bulan sudah terlewati. Jasa Virtez sudah tidak terkira lagi, ia mengajarkan Sin menggunakan tameng, mengajari Cos menggunakan Greatsword, dan mengajari Tan dengan panah.

Terlalu banyak sehingga Nier sendiri tidak tahu bagaimana cara membalasnya. Jika dibandingkan yang lain, Nier adalah satu-satunya yang selalu mendapat hinaan lebih, yang artinya, dialah yang paling sering diajari Virtez.

"Sekarang sudah waktunya aku pergi, ... meski menyakitkan, aku harus memberi salam perpisahan pada mereka."

Satu tahun, seperti waktu yang dijanjikan Kazuma. Pada hari ini dia akan terbebas dari kutukan [Macbeth Curse]. Tidak ada lagi sistem error, tidak ada lagi mati konyol karena tersengat tawon, dan yang lebih penting, akhirnya dia bisa pergi meninggalkan desa.

"Setelah ini aku akan menjadi warrior dan pergi ke kota selanjutnya!" Seru Nier sambil membuka status. Rencana masa depannya mengalir indah di pikiran. Namun,

"..."

『 Macbeth Curse

Kutukan untuk seseorang yang menolak sistem. Jika seseorang berani menolak, maka ia juga harus berani untuk ditolak.

Kutukan: Sebagian sistem akan mengalami error parah dan tidak dapat diperbaiki developer.

Durasi: #$@ hari sebelum kutukan menghilang. 』

"Kenapa masih sama... kupikir ini sudah satu tahun lebih." Nier tidak mengerti dan segera menghubungi Kazuma.

Panggilan pun tersambungkan.

"Halo pak tua, kenapa bug-nya masih ada? Kau bilang hanya satu tahun, tapi ini sudah 1 tahun 3 hari, apa kau berbohong padaku." Tanya Nier dengan kesal.

"Benar, bug-mu akan hilang dalam 1 tahun. Tapi sejak kapan aku mengatakan itu waktu dalam permainan? Aku berbicara tentang dunia nyata nak." Jawab Kazuma dari telepon.

"A-Apa! Kau bercanda ya? 1 tahun di dunia nyata sama saja dengan 3 tahun di dunia ini! Dan kau menyuruhku menunggu selama itu?" Kejutan itu membuat tubuh Nier terguncang.

"Aku sudah memberi kompensasi, aku memberimu 3 botol minuman seharga 5 juta. Aku bahkan memberi adikmu 1 sebagai bonus. Jika kau tidak mau menunggu, kau bisa berhenti." Kata Kazuma.

"..."

Nier diam tidak bisa menjawab, memang apa yang dikatakan Kazuma tidak salah. Hanya Nier yang tidak berhati-hati dan berakhir dengan disinformasi.

"Tapi ayolah, 2 tahun lagi itu terlalu lama. Apa tidak bisa dipercepat?" Tanya Nier.

"Maafkan aku nak. Kau memang lagi sial." Dengan begitu sambungan pun terputus.

"..."

Harinya yang menggembirakan seketika hancur. Sudah 1 tahun dia menunggu, dan sekarang dia harus menunggu 2 tahun lagi? Kesempatannya sebagai pionir juga sudah hilang karena terus tinggal di desa kecil.

Sekarang yang tersisa baginya hanyalah seorang kakek yang sudah tua dan beberapa preman hijrah. Mereka adalah satu-satunya yang membuat Nier betah memainkan game ini.

Jadi, waktu terus berjalan.

1 tahun 1 bulan.

1 tahun 6 bulan.

1 tahun 11 bulan

Dan saat 2 tahun, kakek Virtez yang selalu berada di rumah tiba-tiba pergi tanpa mengucapkan salam. Nier dan yang lainnya sudah mencari ke seluruh desa namun tidak ketemu.

Waktu kembali berjalan, ketertarikan Nier pada game ini sudah mencapai titik terendah. Dia sudah berlatih gila-gilaan demi menjadi yang terkuat, tapi sampai sekarang ia belum juga mendapat kesempatan untuk membuktikan.

2 tahun 3 bulan.

2 tahun 6 bulan.

2 tahun 10 bulan.

Kakek Virtez yang telah lama menghilang tiba-tiba kembali dengan tubuh yang penuh luka. Badannya yang kurus terlihat sangat rapuh seolah akan hancur jika tersentuh.

Nier tidak tahu siapa yang berani menyerang kakek-kakek tua sepertinya. Yang pasti serangan yang ada di tubuhnya bukanlah serangan monster, melainkan manusia.

Ketika ditanya siapa yang melakukannya kakek itu berbohong dan berkata dia tersesat di hutan dan berakhir terjatuh dari tebing. Tentu saja Nier berpura-pura percaya.

'Jika aku tahu siapa yang melakukan ini padamu, jangan harap dia bisa hidup...'

Nier tahu ini terdengar konyol, kakek tua ini sebenarnya sangat-sangat kuat sampai Nier sendiri tidak tahu sebatas mana kekuatannya. Namun melihat kakek yang sudah dia anggap sebagai keluarganya sendiri terluka, tidak salah jika ia memendam dendam.

2 tahun 11 bulan.

Sebulan setelah kepulangan Virtez, kali ini trio Sincostan yang pergi. Mereka sudah tumbuh terlalu kuat sampai-sampai ayah mereka sendiri bisa dikalahkan hanya dengan satu serangan.

Tidak ada satu detik pun dalam pikiran mereka, seorang anak yang tidak bisa melakukan apa-apa selain mabuk dan berjudi, berhasil menjadi begitu kuat hingga akhirnya dipromosikan sebagai prajurit kerajaan.

Trio Sincostan tidak mau mengakui ini, tapi melihat orang tuanya bangga sampai menangis bahagia membuat rasa terima kasihnya kepada Nier meningkat pesat.

"Boss, kami akan pergi! Terima kasih atas semuanya!" Seru Sin, ia mencoba tegar meski wajahnya tampak menahan tangis.

"Benar, kami akan selalu menunggumu bos!" Mata Cos sudah memerah dan ada ingus yang sedikit keluar.

"Kabari kami jika kau datang!" Tan sendiri sepertinya sudah lama menangis.

Mereka akhirnya pergi, dan sekarang, hanya dua orang yang tersisa. Rumah yang selalu ramai karena ketololan trio Sincostan seketika hening setelah mereka pergi. Virtez juga tidak banyak bicara karena terluka.

3 tahun akhirnya berlalu.

1 tahun penuh di dunia nyata, dan 3 tahun di dunia Exaworld Online. Nier meremehkan dilatasi waktu antar keduanya. Karena hampir seluruh waktunya berada di dalam game, Nier bisa merasakan hidupnya tahun ini terasa lebih lama dari tahun sebelumnya.

Nier sekali lagi membuka status window. Dan hasilnya seperti yang diharapkan.

[Macbeth Curse] sedang aktif.

"Sudah 3 tahun, dan aku masih disini..."

Sejak 4 bulan yang lalu Kazuma entah kenapa tidak bisa dihubungi, yang berarti antara dia memang berbohong atau dia yang mati.

Nier tidak mengerti kenapa dia bisa mendapatkan title [The Blessing of Patience] padahal kesabarannya setipis kertas. Dia ingin marah, namun siapa yang bisa di salahkan?

"Apa aku berhenti saja ya?"

Nier tidak tahu lagi, dia benar-benar kecewa dengan dunia ini.

Dan disaat dia berpikir untuk menyerah, terdengar ada sesuatu yang jatuh dari dalam kamar. Jantung Nier seketika berdebar kencang dan dia berlari ke tempat Virtez berada.

Di sana, dia melihat kakek yang selama ini dia jaga terjatuh dari kasur. Entah apa yang terjadi sepertinya dia berniat memanggil Nier.

"Kakek, kenapa kau bisa jatuh?" Nier segera membantunya berdiri dan merebahkan tubuh Virtez ke kasur.

Virtez tampak semakin sakit hari demi hari.

"Uhuk uhuk... Nier, aku sudah tidak tahan lagi. Bisakah kau carikan jantung Troll untukku?" Virtez menutup mulut dengan tangannya, dan Nier samar-samar melihat jejak darah.

Nier dengan senyum hangatnya mengangguk, "Tenang saja kakek, melawan Troll itu sangat mudah untukku."

Setelah membiarkan Virtez beristirahat, cahaya di mata Nier seketika memudar. Dia sudah lelah, dan sekarang ada lagi masalah baru. Rasanya game ini semakin lama memang ingin membuatnya hancur.

"Melawan Troll level 50, sedangkan aku hanya level 11. Sungguh luar biasa sekali game ini."

Namun apakah Nier menyerah?

"Tunggu saja sampai aku menghancurkanmu."

Nier mengambil senjata terbaiknya, seluruh potion, dan semua yang berguna dalam pertarungan. Andai saja dia mempunyai fitur inventory, dia pasti akan menggunakan semuanya. Sebab...

"Aku akan berhenti setelah ini."

'Benar, ini adalah yang terakhir.'

Jadi...

"Sistem, masukan 100 poin ke agility."

Nier berlari dengan penuh tekad.

Tekad yang akan mengakhiri semuanya.