webnovel

The Guardian : Tale of a legend

Pemuda itu Berlari meninggalkan Kota, setelah bangun dari tidurnya bersama dengan orang-orang yang bingung akan dimana mereka berada sekarang. Hanya untuk mengetahui kenyataan bahwa mereka sudah tidak berada di dunia mereka dulu. Namun, ia tidak putus asa seperti mereka, dan akhirnya memutuskan untuk menjalani hidup baru di tempat itu. Dimana ia akan merasakan amarah, kesenangan dan kebahagiaan, kesedihan dan kebencian, serta kesulitan dan pengorbanan dalam hidup barunya itu, agar bisa melepas kekangan masa lalunya. Dan yang paling penting, Apa keputusannya nanti disaat ia dihadapkan dengan cobaan itu? disaat ia, harus dihadapkan antara pengorbanan dan kedamaian.

Kainen · Fantasia
Classificações insuficientes
7 Chs

A Friend, A New Life

 Ia membatu, melihat Craine berlari kegirangan sambil melambaikan tangan ke arahnya, dan saat sampai dihadapannya, langsung memeluknya dengan erat hingga ia terangkat.                            

"Hey! Craine!,..Kau meremukanku!", Teriak Izayoi tidak bisa bernafas.                                                 "Syukurlah!, kau masih hidup!", Ujar Craine seperti ingin menangis.                                     "Ya, ya, aku masih hidup!, sekarang lepaskan aku, Negro!"                                         "Hua!?" Craine langsung melepaskan pelukannya dan lengsung mengeluarkan air mata, "Izayoi,....Teganya kau,..."                                                                   "Ya, bagaimana lagi, hah?, kalau tak begitu aku bisa mati!", Izayoi meraba tubuhnya, memastikan tidak ada yang salah selain bahunya. Kemudian ia melirik ke arah Craine yang beraut sedih, "Hahh,....Ya, ya, aku senang bertemu denganmu lagi,...", Mendengarnya, Craine jadi senang kembali dan ingin memeluknya kembali, namun Izayoi langsung mengacungkan tangannya.               

"Daripada itu, lebih baik kau menjelaskan semua kegilaan ini"                  

"Ah, maaf. Baiklah kalau begitu,...", Ia pun mulai menjelaskan semua peristiwa di Valtenheim satu-persatu secara rinci. Tetapi, belum setengah dari apa yang ia jelaskan, Izayoi mengyela dengan isyarat tangan.                       

"Hmm,....Mereka Four Goddess?", Ucapnya sambil melihat ke arah empat perempuan yang baru saja ia 'Lawan' yang tengah menolong para rombongan 'Lelaki' yang ikut menyerangnya tadi. 

"Ya, begitulah julukan untuk yang paling kuat diantara yang lain, bahkan lelaki"                        

"Hmm,.....Tapi kenapa nama mereka,.."                                    

   "Oh,..", Craine tertawa kecil, "Itu hanya julukan mereka saja"

"Jadi begitu,...", Izayoi mengisyaratkan Craine agar kembali memberitahu kelompok rombongan yang bersamanya tadi. Kemudian ia mendatangi mereka yang terlihat baru saja selesai 'menolong'.              

  "Hey-"                                                              "Apa!?"   

         

Gh-,Mereka ini!                     

Izayoi mencoba bersabar. Ia harus mengalah kepada mereka.

"Dengar, aku-"

"Tidak!, kau telah merusak senjata kami semua!", Seru gadis berjubah yang ternyata memiliki rambut panjang ikal hitam itu, yang kemudian mendekat ke wajah Izayoi, "Totalnya 1.000 gold"                                                                                           

Ma-,.....Cukup, wanita ini berlebihan,...                                                         "Oh, begitu,....Berarti kalian masih berhutang 2.000 lagi denganku"                     "Hah!?", Izayoi lalu menunjuk ke arah dinding yang ditembusi anak panahnya, dan darah dikepalanya memuncak.             "Dinding yang kau tembak asal-asalan itu! biaya perbaikannya tiga kali lipat lebih mahal dari senjata kalian semua!", Nadanya mengeras, membuat orang disekitar mereka terkejut dan mulai ketakutan,

"Belum lagi Pedangku, hah! kalian takkan peduli jika harganya puluhan kali lebih mahal dari rongsok mainan kalian!, dan apa kelakuan kalian ini!?" Izayoi menoleh para lelaki yang melihatnya dengan perasaan sedikit takut juga,

"Kalian idiot atau apa!?, kalian pikir akan hebat begitu!?, sini akan ku-!", Izayoi tiba-tiba sadar setelah melihat wajah gadis yang dihadapannya bergertar ketakutan.                                                                

Sial, aku berlebihan,.... kenapa kau ini hah?,....                                                                   "Hahh,... Sudahlah!", Izayoi menepuk dengan lembut kepala gadis itu lalu mengelusnya perlahan, mencoba mengurangi rasa takutnya. Gadis itu menenggelamkan wajahnya perlahan,

"Aku akan mengganti senjata kalian semua nanti", ucapnya dengan nada sedikit lembut, merka mengangguk. Izayoi lalu pergi mendatangi Craine beserta rombongannya yang sudah berkumpul.

~       "Oke,.....ini 'Desa Lyfus Forest'. Di sini tak banyak rumah jadi jangan terlalu berharap,....", Izaoi kemudian memerhatikan mereka yang membawa ransel besar,

"Tapi, keliatannya kalian punya tempat tidur sendiri", Tidak lama, seorang Pemuda yang berdiri paling depan mengangkat tangan, "Hm?", Ia menoleh ke arahnya. Berperawakan kurang lebih dirnya, berambut biru lurus hingga menutupi telinga dan hampir melindungi alis matanya, berpelengkapan baju zirah besi putih dengan membawa pedang dan perisai bulat.  

Ketua rombongan ini kah?,....                                                                                                  "Ya?", Izayoi membolehkannya bertanya.                                                              . "Um, bagaimana kau bisa bertahan disini?",                                                        

Hm                                                                                                                                              "Begini, aku mengandalkan peraturan mudah, 'Bagi waktu, kapan berburu, kapan istirahat, serta mengandalkan buku panduan', ada lagi,..."                                         "Alister, William Alister. Apakah kau tau Boss Map yang ada di Dataran Lyfus Plains sana dan disini?"                                                  "Tentu, di sana Hell Hound, dan disini Ursula Bruin, kalau tidak berubah"                                 

 "Uh, darimana kau tau?"                             "Hah?, aku mengalahkannya lah"  

"Sendiri?", Orang-orang mulai cengang dengannya yang kelihatan sehat wal afiat saja.                

"Uh-huh,...?"                                                    "He,..Hebaat,...", Alister tidak dapat menahan kekagumannya. Izayoi tiba-tiba teringat akan sesuatu.

   "Ah, sekarang giliranku. Kenapa kalian hanya membagi kelompok kalian ke sini?", Tanyanya penasaran.                                            "Kami tak ingin mengambil resiko terlalu besar, lagipula kami tak tau arah menuju Desa atau semacamnya. Sungguh, kami menemukan tempat ini kebetulan saja"           "Hmm, begi-" Izayoi tiba-tiba membatu dan terpaku ke arah mereka.                                                 "Um,..Kenapa?"                                       "A,...A,..", Ia menggelengkan kepala, mengisyaratkan 'tak apa' padanya. Namun, ia heran, mengetahui mereka berekspedisi sembarangan.   

  

Tidak, tidak, tidak. Ini wajar, wajar,.....                                                                Izayoi menutup mata dan mencoba memahami pemikiran yang memang seharusnya normal baginya. Tidak lama, ada seorang Pemuda dari rombongan lelaki yang berada paling belakang mengangkat tangan.                                             "Ya?"                                                               "Kau mengalahkan dua Boss Map sendirian dan bertahan hidup"                  "Uh-huh, lalu?"      

"Berarti kau seorang Cheater!"                    

 "Kha-!?", Izayoi benar-benar kebingungan. Mana mungkin ada orang yang bisa curang dalam persoalan bertahan hidup.                                    

"Ya!, benar juga! kau ini Cheater!", akhirnya hampir seluruh dari rombongan kelompok lelaki itu menyorakinya

[CHEATER]

[CHEATER]

[CHEATER]

Dasar Goblok!, kukira hanya sedikit dari mereka yang gila. Memang Brengsek mereka ini!, untung tak ada Pedang ditanganku, jika ada maka habis mereka!    

                

Tidak ada yang kesal disoraki curang padahal sudah susah payah bertaruh nyawa hanya untuk hidup sendiri. Izayoi terheran-heran melihat kelakuan mereka. Lalu muncul sebuah notifikasi dihadapannya.

[ Congratulations! You've got a new Title]

                            [Cheater]

Izayoi tidak dapat berkata apa-apa lagi. Terpaku dengan notifikasi itu. Ia tidak sedikitpun pernah menduga akan terjadi hal seperti ini.                   

Be-benar juga,...Aku lupa kalau Title didapat seperti ini,.....Sial

     Dari Buku Panduan, ada dua cara mendapatkan sebuah julukan, meraih suatu pencapaian yang orang manapun tidak bisa, dan diberi oleh sejumlah orang.           

Hanya dua minggu!, hanya dua minggu aku hidup tenang!, ya tuhan! mengapa begini!?

  "Ayolah!", Alister tiba-tiba marah kepada mereka, "Sudahi keanehan kalian! masih beruntung kita disambut olehnya!, apa kalian tak melihat betapa monsternya dia!?", Ucapan Alister membuat mereka merenungi perbuatan mereka. Apa yang dikatakan olehnya itu fakta dan mereka tidak menyadarinya, "Beruntung kita tak di PK-ing olehnya", PK, Player Kill, membunuh sesama dalam Game, tapi apa jadinya jika hal itu terjadi didalam 'Game' ini.         

Hm, lumayan juga dia, tapi,.....Kenapa aku sedikit merasa jengkel denganya ya?                 

  "Jadi lebih baik kalian mengerjakan apa yang sudah kita rencanakan tadi"                "Tunggu dulu!", Seketika Izayoi menahannya, "Disini ada satu hal yang harus kalian patuhi tak peduli apapun itu"                                       

    "Baik, apa?"                                                     "Saat malam tiba, jangan ada yang menyalakan api selain obor, tak peduli dalam kondisi apapun" Perintahnya Tegas. Orang-orang terdiam saja, mereka tidak berani menjawab dan jera setelah apa yang Alister ingatkan tadi.  

"Baiklah, akan kami ikuti", Ucap Alister mewakili. Mereka pun memasuki Perhunian dan mulai menyebar.

 ~      "Hahh,....Ini tak bisa dipercaya,...", Izayoi menggaruk kepalanya kebingungan sambil menyaksikan orang-orang yang mulai sibuk dan ramai di 'tempat'nya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.                       

"Hahaha!,..Hari yang berat?", Sahut Craine sambil tertawa.                                                    "Yah, bisa dibilang keseharianku yang damai telah hancur begitu saja,....."                        

   "Setidaknya ini tak begitu buruk juga kan?, lagipula aku juga punya julukan untukmu"                 

  "Oh, apa itu? Trash? Racist?Asshole?"                                                

  "Sebenarnya salah satu dari itu, tapi saat ini adalah, The First Player"                                                 "Heh?"                                                              "Hm, artinya Player pertama yang memulai 'Game' ini"                                                             "Hmph", Izayoi tersenyum kecil, "Aku hargai itu, tapi aku tak akan dapat julukan itu ji-", Tiba-tiba muncul sebuah notifikasi lagi dihadapannya.

[ Congratulations! You've got a new Title]

                   [The First Player]

Izayoi menjadi bingung mlihat notifikasi itu bisa muncul.                       

  "Hm hm, Kedengarannya lumayan, The First Player", Gadis berambut pink menyahut sambil mendatangi mereka berdua. Izayoi menoleh kearahnya. Ia diikuti teman-temannya. Saat ia tidak sengaja menatap gadis berjubah yang juga melihat kearahnya, dia langsung memalingkan wajahnya.                                 

Bro,....                                                          

    "Oh, namaku Fuyumi Ayuki, sapaanku Freya", Ia mengulurkan tangan dan bersalaman, "Salam kenal", Ia tiba-tiba tersenyum, dan itu malah membuat Izayoi merinding        .          

Aku punya firasat buruk dengan Wanita satu ini,...                                                                Izayoi pun mengangguk terbata-bata. Tiba-tiba tangannya direbut oleh gadis berkepang.           

"Namaku Irika Sora, sapa aku Iris!", Ucapnya sambil mengguncang tangan Izayoi.          

   "H-hey", Keluh Izayoi kesakitan.                                    

  "He-He,.....", Sora tertawa kecil sambil melepaskan tangannya perlahan, dan kemudian gadis berambut hitam yang berada di sebelah Sora mencoba menyapanya.                                                 "Na,...Namaku Minohara Rin, sa-sapa aku Minerva!", Ia malah membungkukkan badannya. Izayoi hanya dapat menggaruk kepalanya.               

  "Y-ya,..."                                           

  "Athy,....", Ayuki menarik jubah Gadis itu.      

"Baiklah!, jangan tarik jubahku begitu!", Ia pun menghampiri Izayoi dan mengulurkan tangannya dengan cepat, "Namaku Yuki Yumi, sapaan Athy", Mereka bersalaman. Tangannya sedikit gemetar, dan ia pun bergegas melepas genggamannya.     

 

Bro!     

                                                        

"Hahh,.. Salam kenal. Kalian sudah tau namaku, tapi biarlah,.....Sakataki Izayoi", Setelah mereka berkenalan, Izayoi langsung membawa Craine untuk berbincang.                        

     "Ada apa?"                                               

"Kau seorang Penempa Besi kan?", Craine terkejut. Tebakan Izayoi tepat.                          "Bagaimana kau tau?"                                        "Kau botak dan hitam"                              

"Hey, itu keterlaluan"                                         "Hmph,...Tanganmu itu. Aku tau itu bukan bekas dari pertarungan", Izayoi melirik ke kedua telapak tangan Craine yang memar dan agak kusam, "Begini, aku bermaksud untuk belajar menempa denganmu. Jadi. a-"                                           

"Serius!", Craine terkejut mendengar ucapan Izayoi itu. Teriakannya membuat Yumi dan yang lain terkejut dan penasaran akan apa yang mereka dua perbincangkan. Kemudian, Craine melihat ke sekelilingnya.                                

    "Aku bisa tapi,....."                                          

     "Jika tempat,....", Izayoi menunjuk ke arah tempat penyimpanan kayu, "Disana ada tempat menempa. Agak kecil, tapi itu mungkin cukup"           

   "Ah, kalau begitu aku kesana", Craine pun bergegas mendatanginya, dan Izayoi berjalan kembali ke rumahnya. Namun, hanya setengah perjalanan, tiba-tiba bejunya ditarik seseoang.                     "I-Izayoi,....", Itu Ayuki, yang diikuti Yumi, Rin dan Sora,                                                              "Apa?"            

"Itu,....", Ia menunjuk ke arah rumah kecil yang berada tepat disamping rumahnya. "Harganya berapa?,...." 

  "Uh,....", Izayoi melirik ke arah mereka berempat.

~ Mereka memasang wajah seperti para kucing yang sedang mencari orang untuk memeliharanya.                                                                                                   

Astaga,...Ada-ada saja hari ini,....                                                          

Izayoi menggaruk kepalanya sejenak, "Ikuti aku,...", lalu tiba-tiba mengajak mereka berjalan mendatangi rumah itu. Sesampainya disana, ia pun berbalik menghadap mereka berempat.                     "Sebenarnya, yang seharusnya kau tanyakan adalah,....", Tiba-tiba ia berjalan menjauhi rumah dan, "Apakah sudah ada penghuninya", Berlari lurus menuju pintu rumah itu lalu menendangnya terbuka.                                                       

"Apa yang kau lakukan?", Ayuki terkejut, namun Izayoi tidak menjawab. Ia hanya mengambil kunci yang terpasang di belakang pintu, memberikannya ke Ayuki, lalu berjalan pergi. Di saat itu,

  "Tunggu", Yumi menarik bajunya, menghentikannya lagi. Izayoi tidak berbalikcdan hanya terdiam di tempatnya, "Apa maksudnya ini?", Semua terdiam, menunggu jawaban Izayoi.                       "Hahh,....Semua rumah sudah terbeli olehku disaat aku membeli rumahku, maka dari itu harganya mahal"  

"Tapi-"

"Tak ada 'Tapi', disini kau ikuti perkataanku, dan sekarang itu sudah jadi rumah kalian berempat. Jadi cepat masuk ke rumah baru kalian sana", Ia lalu pergi meninggalkan mereka tanpa pikir panjang. Mereka berempat hanya dapat melihatnya pergi masuk ke rumah besar yang tidak jauh dari sebelah rumah baru mereka.

~ Setelah Izayoi membersihkan diri, bersiap menuju tempat Craine berada. Di saat ia menoleh ke jam dinding, terlihat sudah menunjukkan pukul 07:33 pagi.                                                                   "Hahhh,...", Ia pergi ke tujuannya dengan membawa sedikit rasa putus asa.  Sesampainya disana, terlihat Craine sedang memanaskan tungku perapian sambi menusun beberapa benda.

  "Ooh!, kau sudah disini rupanya"              "Hmph", Ia tersenyum, "Bisa kita mulai, Craine?"                                                             "O.K. Sini, biar kuajari caranya", Izayoi duduk disampingnya, "Pertama, kau-", dan mereka pun mulai menempa. Mengabaikan semua keadaan di sekitar mereka, dan dengan ketenangan serta konsentrasi dalam mengerjakan penempaan, hingga dua sampai tiga jam berlalu, akhirnya ia selesai membuat sebuah Pedang Panjang besi mengkilap bergagang kayu.                      "Kerja bagus, Izayoi. Itu satu Pedang yang keren"                                                                "Hmph, terima kasih, Craine. Aku takkan bisa melakukannya tanpamu", Izayoi memasukkan Pedangnya ke dalam sarung kulit polos, lalu mengenakannya di pinggang kiri.                 

"Baiklah, aku pergi dulu", Kemudian berjalan menuju hutan.                                       "Ou!, ingat jaga diri dan berhati-hati oke?", Seru Craine. Izayoi membalasnya dengan isyarat jempol sambil mulai berlari.