***
"Setidaknya tolong berikan alasan pada saya dan juga Ibu," ujarnya menatap serius pada Gasendra. "Sebab saya juga tidak melakukan kejahatan sampai-sampai harus diusir dari Mahaphraya."
Gasendra mengatupkan bibir kembali. Dia menghela napas kasar, lalu menatap putranya.
"Semalam aku mimpi bertemu dengan Kakek leluhur. Dia memberiku petunjuk dan gambaran masa depan Mahaphraya." Gasendra memulainya dengan cerita itu.
Baik ibu maupun anak, sama-sama mendengarkan Gasendra dengan baik.
"Lalu?"
"Mahaphraya sangat hancur di dalam mimpiku. Dan kau... kau akan mati jika tidak pergi dari Mahaphraya karena Narasimha berniat untuk membunuhmu," jelas Gasendra sambil mengurut kening.
Dia masih terbayang-bayang akan gambaran kehancuran Mahaphraya yang telah dibangun susah payah oleh Keturunan Phraya. Masih tak habis pikir juga dengan kebrutalan Narasimha dan kebodohannya karena sudah terlanjut menetapkan putra pertamanya sebagai pewaris suksesi takhta.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com