webnovel

Chapter 0

Berjuta-juta tahun yang lalu, manusia hidup tanpa adanya tuhan. Mereka adalah orang-orang yang bodoh dan masih tidak mengenal namanya sang pencipta, kepercayaan mereka hanyalah pada diri sendiri untuk bertahan hidup. Begitu juga dengan dewa-dewi yang hidup di atas langit mereka saat itu belum terlalu mengenal dengan bumi dan isinya.

Satu hal yang pasti, mereka menginginkan bumi untuk kepentingan pribadi. Saat itu, kerajaan langit tengah dilanda kekhawatiran, mengapa? Lantasnya seorang anak tak diinginkan lahir ditengah-tengah kekacauan perang melanda.

Dewa Geo jatuh cinta pada seorang iblis yang bernama Astoria, dia adalah anak angkat dari Lucifer. Mereka diam-diam melakukan hal yang seharusnya tidak diperbolehkan oleh peraturan surga dan neraka, hingga membuat seorang anak terlahir dengan keturunan yang tidak wajar. Meski sosoknya yang terlihat aneh, postur tangan dua dan kaki dua seperti makhluk rendahan atau yang biasa disebut manusia, sebagai orang-orang bumi.

"Dia, wujudnya seperti seorang makhluk rendahan," bisik-bisik orang yang terdengar, penghuni langit.

Upacara kelahiran bayi pertama Dewa Geo, sama sekali tidak ada yang merasa senang dengan kehadirannya. Lantas karena bayi itu memiliki hawa yang buruk, rambut berwarna hitam yang tak pernah seorang pun memilikinya di surga, serta kulit seputih pucat seperti seorang vampir, dan wujud yang hampir sama seperti manusia.

Mereka penasaran, apakah gadis itu juga memiliki kekuatan yang besar seperti ayah dan ibunya? atau justru dialah pembawa kehancuran keturunan Dewa Geo.

"Dengan ini kami menyambut kedatangan bayi cantik dari Yang Mulia Agung Dewa Geo dan Yang Mulia Astoria!" pekik para orang berjubah putih didepan sana.

Astoria, ibu dari anak itu saat ini berdandan dengan sangat cantik. Membuat siapa saja yang melihatnya merasa sangat terpana dengan kecantikan yang dimilikinya.

Mereka baru menyadari, alasan mengapa Dewa Geo tertarik pada iblis ini. "Bayiku cantik, tersenyumlah. Hari ini kamu akhirnya mempunyai sebuah nama dari ayahmu," ujar Astoria bergumam pada anaknya.

Entah dia bisa mendengar atau tidak, saat itu bayi yang berada di gendongan Astoria tersenyum lembut kepada ibunya, dia menyadari itu. Bayi sekecil ini, mengetahui sesuatu yang terjadi didepannya.

9 pilar berjajar, menampilkan kursi tahta milik para dewa, dan ditengah-tengah nya terdapat satu kursi tahta yang lebih besar, pemimpin dari segala dewa, itulah kursi Dewa Geo.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewi Althea." Sang dewi penyembuhan.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewa Eros." Sang dewa cinta.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewa Ignatius." Sang dewa perang.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewi Chloris." Sang dewi kesuburan dan kecantikan.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewa Tayron." Sang dewa laut.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewi Eireen." Sang dewi keberuntungan.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewi Carissa." Sang dewi keanggunan.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewa Barbara." Sang dewa petir.

"Hormat kepada Yang Mulia Agung Dewa Geo." Sang penguasa dari para dewa dan Sang dewa api.

"Hormat juga kepada Yang Mulia Putri dari Neraka, Astoria."

Astoria, sudah berdiri didepan para dewa yang bersiap untuk memberi berkat kepada anak ini. "Hormat saya kepada penguasa surga. Saya Astoria, putri dari penguasa neraka memohon kepada anda untuk memberikan kepadanya sebuah nama."

"Sebuah nama? apa kau menyuruhku untuk memberikan gadis kecil ini sebuah berkat?" Ujar Dewa Geo, dia mengambil anak yang berada ditangan Astoria kemudian menggendong nya dengan hati-hati.

"Mata berwarna hijau seperti danau, rambut sehitam Ebony, kulit yang seputih kapas, bahkan bibirnya sangat merah seperti darah. Sungguh sosok kecil yang sempurna," gumam Dewa Geo.

Semua terheran-heran mendengar ucapan Dewa Geo yang terdengar sangat lembut, seolah-olah ingin berhati-hati dengan putrinya agar tidak kenapa-napa.

"Cordelia El Lloris, hanya itulah nama yang terasa sangat cocok untuk mu nak."

"Ah nama yang sangat indah. Seperti kepribadiannya saat ini, dia sangat suka berbicara. Nama yang cocok untuknya hanyalah Cordelia," sahut Astoria dengan bangga, dia menampilkan rona merah di pipinya seakan tersipu malu.

Bayi yang berada di gendongan Astoria menatap dirinya dengan mata berwarna merah seperti Ruby. Astoria mengangkat bayi itu sambil tersenyum seolah-olah dia berkata 'lihatlah! dia adalah anak satu-satunya dari raja dari para dewa, Cordelia El Lloris.'

Para rakyat surga dan neraka seakan tahu apa yang dikatakan oleh sang putri. Mereka menyanyikan lagu sebagai tanda kelahiran seorang keturunan Dewa Geo. Semua rakyat terlihat bergembira.

Upacara kelahiran bayi Cordelia telah selesai. Astoria diperintahkan untuk segera kembali ke tempat asalnya, para rakyat surga merasa tak nyaman dengan kehadiran orang-orang dari neraka.

"Yang mulia, apa anda telah memutuskan keputusan anda?" Tanya Dewi Chloris. "Benar yang mulia, kami semua menunggu jawaban dari anda," sambung Dewa Tayron.

Kini, keputusan untuk keberadaan Putri Cordelia hanya berada di tangan Dewa Geo. Dialah ayah dari anak setengah iblis itu.

Para rakyat jelas bahagia dengan kehadiran Putri Cordelia, namun kehadiran nya juga menjadi ancaman bagi penghuni surga. Terutama sang penyihir kerajaan surga yang meramal bahwa Putri Cordelia akan menjadi ancaman bagi penghuni surga.

Ramalan itu membuat seluruh penghuni surga sekarang panik. Tetapi mereka tetap mencoba untuk tenang dan menunggu keputusan dari Dewa Geo.

"Apakah keputusan ini benar-benar hanya berada di tangan ku?" Tanya Dewa Geo yang terlihat ragu-ragu terhadap jawabannya.

"Benar yang mulia, lagipula ramalan penyihir kerajaan tidak pernah salah. Dia adalah salah satu makhluk surga yang pernah hampir menjadi seorang dewa," ucap Dewa Ignatius.

Dewa Geo berpikir sejenak, dia terdiam. Entah apakah jawaban yang akan keluar, semua orang disana pun tidak tau, "Aku tidak akan mem-"

"Yang Mulia Agung Dewa Geo! Saya ksatria kerajaan langit memberi salam kepada anda," ujar seseorang memotong pembicaraan mereka.

Beberapa penjaga terlihat berlari menghampiri mereka. "Komandan! sudah kubilang untuk tidak masuk kedalam ruang rapat para Dewa!" jelas salah satu ksatria.

Ksatria yang disebut sebagai komandan itu nampak tak peduli dengan penjelasan mereka. Dia terlihat sangat panik, "Sebuah lantunan lagu terdengar di kamar sang putri!" Ucapnya.

Dewa Geo nampak tidak percaya. Lantunan lagu yang menjadi larangan bagi para makhluk langit atau surga, siapa yang berani melantunkan lagu-lagu?

Pria yang posisinya sebagai ayah dari Cordelia merasa bahwa itu adalah perbuatan Astoria. Hanya dia satu-satunya orang yang dapat dicurigai untuk sekarang.

Semua orang sibuk berlari, para ksatria kerajaan membawa senjata sebagai persiapan jika terjadi sesuatu yang tak diinginkan. Semakin Dewa Geo mendekati kamar sang putri, hawa disekitar semakin dingin.

"Cordelia," gumam Dewa Geo. Saat pria itu memasuki kamar putrinya, betapa terkejut dirinya mendapati putri semata wayangnya itu mengeluarkan aura tak mengenakan.

"Astaga!"

"Tidak mungkin itu terjadi pada keturunan dari seorang Dewa," ujar Dewa Barbara. Dia mengambil sebilah pedang dan berusaha untuk menyerang seorang bayi yang tergeletak di lantai.

Astoria, wanita berstatus ibu itu juga terbaring dilantai namun ia bersimbah dengan darah. "Elegi, seorang Elegi telah lahir!"

"Para ksatria!! Bawa bayi itu menuju planet bumi, dan biarkan dia berada disana selama-lamanya."

"Apa maksud anda yang mulia? Dia adalah orang yang mewariskan Elegi tak seharusnya kita membiarkan orang berbahaya seperti itu hidup!" Bantah Dewa Barbara tak terima.

"Barbara!! Jika aku melihat kau menyentuh anakku, bahkan sehelai rambut pun. Aku akan mengeluarkan mu dari surga."

Para Ksatria hanya mengikuti perintah Raja mereka. Para dewa dan dewi merasa shock dengan apa yang terjadi barusan.

"Bawa dokter untuk mengobati istriku. Ingat, mulai sekarang kita harus berhati-hati!"