webnovel

Chapter 2 : Kota Orion

Keesokan harinya, mataku secara perlahan terbuka dan melihat hari sudah terang suara burung berkicau dengan merdu membuatdiriku merasakan perdamaian. Aku masih melihat Tiara yang tengah tidur pulas di pahaku, meskipun terasa pegal tapi tidak masalah karena wajahnya yang manis itu membuat rasa pegalku terbayarkan.

"Kemarin malam yang aneh,dia bilang kekuatanku tidak bisa dihilangkan hmm, tapi sebaiknya jangan terlalu gegabah.." Kataku

Diriku secara refleks mengelus rambut Tiara, ternyata rambutnya sangat lembut dan begitu harum. Tak heran kalau dirinya seorang Dewi. Tiara perlahan bangun dan melihat diriku saat ini berada diatasnya, ia langsung bangun dengan ekspresi terkejut dan sedikit malu, terlihat wajahnya sedikit memerah.

"Bagaimana tidurmu? Mimpi indah?" Tanyaku sambil tersenyum kecil sebisaku

"Y-ya begitulah.. Hum! Berapa lama aku tidur?" Balas Tiara dengan malu malu.

"Hmm tidak lama kok, aku bangun kau terbangun juga.." Balasku, "ayo kita pergi, lebih cepat lebih baik bukan?"

"Kemana? " tanya Tiara

"Mencari pemukiman warga, itu saja tidak tau, hadeh.."

Aku menghela nafas dan Tiara menggembungkan pipinya sejenak karena kesal, aku dan Tiara berdiri dan langsung pergi ke arah barat.

*1 Jam kemudian

1 Jam telah berlalu, dan masih belum ada tanda tanda pemukiman warga. Tiara terlihat kelelahan dan keringat mulai membasahi kepalanya, aku menatap Tiara yang terengah-engah dan bertanya padanya.

"Apa sang Dewi sudah terlihat lelah? Tidak kusangka ternyata Dewi sekalipun mudah lelah.." kataku.

"Haah.. cape matamu! Ini panas banget! Ini ga sesuai data, panasnya melebihi apa yang tertulis pada bukuku! Pasti ada yang salah!" Balas Tiara dengan kesal.

"Hahaha baikhlah baik." Balasku

Aku melepas Jaketku dan menutupi kepala Tiara. Wajah Tiara kembali memerah setelah aku melakukan itu, ia sontak mundur menjaga jarak dariku sejauh 1 meter.

"Sudah lebih baik?" Tanyaku

Tiara hanya mengangguk dan kami pun kembali melanjutkan perjalanan, Tiara melihat perban di sekujur badanku dan menimbulkan pertanyaan di benaknya tentang apa yang terjadi sebelumnya.

"Eh.. hey Raja Iblis, punggungmu.. Uhmm apa yang terjadi?" Tanya Tiara

"Eh? Ah kupikir tidak akan terbawa di dunia ini, ternyata terbawa ya." Balasku sembari tersenyum kecil, " Ini luka dari hasil latihan yang keras, oleh karena itu aku bisa sekuat ini hahaha.."

Tiara menatap Ody dan hanya mengangguk serta tersenyum tipis, Tiara tahu kalau Ody berbohong, jadi ia memilih menjaga Privasi dari Ody.

Sementara aku tersenyum kecil setelah mengingat pertarungan di masa lalu dengan Ksatria bernama Orb yang merupakan rekannya dulu.

'haah saat yang menyenangkan..'batinku

Tak lama kemudian ia merasakan tanah bergetar seakan-akan ada yang datang dari kejauhan, jadi ia memegang tangan Tiara kemudian melompat ke semak semak.

"Eeh?! Apa yang kau lakukan?!" Kata Tiara dengan kaget.

"Ssst ada yang datang.." balasku.

Beberapa kereta kencana datang melewati Ody dan Tiara, untungnya mereka tidak ketahuan. Setelah semua kereta telah lewat, mereka keluar dari persembunyiannya dengan hati hati.

"Sepertinya sudah aman." Kataku

"Kenapa kita tidak meminta tumpangan saja?" tanya Tiara yang bingung dengan tingkah laku Ody.

"Kita tidak tau apakah itu orang baik atau tidak bukan? jangan terlalu gegabah terutama didalam hutan begini." balasku

Saat aku dan Tiara melanjutkan perjalanan, akhirnya kami melihat sebuah kota di depan. Aku dan Tiara berjalan memasuki kota itu dan orang orang menatapku dan juga Tiara, aku melihat sebuah toko pakaian di depan dan membawanya masuk ke dalam.

"Kau mengerti maksud ku bukan?" Tanyaku.

"Ya, tentu saja aku mengerti. Kita butuh pakaian tertutup bukan?" Balas Tiara dengan senyum kecilnya.

Aku mengangguk dan pemilik toko datang menghampiri kami

"Halo! Selamat datang di toko Kuzi! Ada yang bisa kubantu?"

Pemilik toko itu ternyata seorang anak berusia 17 tahun, matanya berwarna hitam dan rambutnya mirip model idol Korean, serta kacamata yang membuatnya tampak sedikit imut.

"Kuzi? Apa maksudmu Kucing?" Tanyaku kepada pemilik toko itu.

"Kuzi! Kualitas Zuper Istimewa!" Katanya dengan penuh percaya diri dengan pose elegannya.

"Kami mencari pakaian yang agak yah kau tau, sedikit tertutup." Kata Tiara

"Humm pakaian sedikit tertutup ya.. humm.." Pemilik toko itu mencoba mengingat selama beberapa detik

"Ah ya! Ada, ikuti aku bajumu ada di sebelah sana !" Pemilik toko itu menunjuk kearah pakaian sejenis cloak.

Aku dan Tiara bergegas menghampiri bagian pakaian tersebut, dan seperti yang kuduga itulah yang kami butuhkan sekarang.

"Oh ya, namaku Stella Reinhard. Aku adalah pemilik toko ini, kalian bisa memanggilku Stella." Stella tersenyum setelah memperkenalkan dirinya, dan ia memiliki lesung pipi yang indah.

"Namaku Tiara, rekan perjalanan dari pria di sebelah ku." Balas Tiara

Tiara tampaknya merahasiakan identitasnya sebagai Dewi

"Namaku Ody Voldigoad, Seorang mantan Raja iblis dimasa lampau. Kau bisa memanggilku Ody jika kau mau."

Aku pun memperkenalkan diri ku dan tiba tiba Stella tertawa mendengarnya, ia merasa statusku sebagai Raja Iblis hanyalah bualan semata.

"Hahaha Tiara, rekanmu lucu sekali, tidak mungkin Raja Iblis membeli pakaian apalagi bersama wanita seperti mu Tiara." Balas Stella

"Ap-"

Tiara menginjak kakiku dengan keras sebagai kode jangan membocorkan identitasku sendiri dan aku baru menyadarinya.

"Yeah begitulah, sebenarnya kami hanyalah pendatang baru disini.." tambahku

Tiara tersenyum puas dengan jawabanku dan ia mengangguk, begitu pula dengan Stella yang berhenti tertawa dan mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Ody.

"Baiklah Ody dan Tiara, kalian akan membeli yang mana? Kalau yang ini," ia menunjuk pakaian diatas,"ini sepertinya cocok untuk kalian, dan ya ini bahannya sejuk dan tahan air lho! Harganya cukup 4 koin emas aja" Kata Stella yang berusaha menghasut ku dengan barang barangnya.

Untungnya Tiara mengerti hal ini, jadi ia menawarkan harga Cloak itu di harga 3 Koin emas, tentu saja Stella tidak menerima di harga itu. Setelah beberapa lama berbincang mengenai harga, akhirnya Cloak itu terjual di harga 3 Koin emas.

Aku hanya bisa terdiam saat proses transaksi dimulai hingga berakhir. Cloak itu berwarna hitam dan juga putih, terlihat cocok untukku dan juga Tiara, saat dikenakan juga terlihat pas.

"Bagaimana lho, cocok kan?" kata Stella.

"Ya terlihat sempurna, bagaimana menurutmu Raja Iblis?" tanya Tiara.

"Terlihat imut, kau memang cocok mengenakannya, sesuai dengan outfit mu." Balasku.

Wajah Tiara kembali memerah seperti apel, Stella tertawa kecil mendengar perkataan ku. Tiba tiba sebuah petir kecil menembus toko Stella dan menyambarku.

"Makan itu! Itu adalah hukuman karena terus menggoda ku!" kata Tiara dengan kesal.

Stella terdiam dan tidak bisa berkata apa apa setelah petir menyambar diriku, sementara Tiara tersenyum tipis tanda kepuasan setelah menghukum diriku.

"Kau tau? Itu adalah hukuman illahi hohoho.." tambah Tiara dengan senyum kecilnya.

Aku hanya pasrah mendengar hal itu, aku baru tahu kalau ternyata Tiara dapat melancarkan serangan menembus bangunan dan hanya fokus ke targetnya.

"Aku baru tahu kalau kekuatan Dewi bisa seunik itu.."

Badanku yang sudah gosong secara perlahan kembali pulih seperti semula, aku baru menyadari kalau luka bakar kemarin juga sudah hilang, sepertinya aku mengerti kalau serangan Dewi akan perlahan sembuh dengan sendirinya.

"Pasangan yang serasi ya, terimakasih telah belanja di toko Kuzi!" Kata Stella.

Aku dan Tiara menghiraukan ucapan Stella, kami mengenakan Cloak kemudian berjalan keluar dari toko itu. Aku menoleh ke Tiara dari kejauhan, kemudian aku melambaikan tanganku secara reflek dan Stella melakukan hal yang sama.

Di perjalanan mengelilingi kota, kami melihat sebuah penginapan yang memajang poster diskon besar, kebetulan kami membutuhkan tempat tinggal untuk sementara, jadi aku dan Tiara berjalan memasuki Penginapan itu.

Penginapan itu terlihat kumuh dan sudah tua, didalam hanya ada pasangan tua yang terlihat sedang berbincang bincang, Kemudian sang nenek melihat kami berdua dan bergegas menghampiri kami.

"Oh hallo pasangan muda, apa kalian ingin menginap disini?" tanya nenek.

"Eh? Tidak! Kami bukan pasangan nek, hanya rekan perjalanan. Tidak lebih dari itu," balas Tiara.

"Hahaha baiklah baik, kamar mana yang akan kalian sewa? Harganya cukup murah, hanya 45 perak saja per Minggu." Kata nenek dengan tersenyum.

Aku hanya diam dan menyerahkan soal keuangan kepada Tiara karena ia lebih mengerti soal itu.

"Eh? 45 perak? Yang benar?"tanya Tiara sambil menatap ke arahku,"kau mau?"

"Hmm.. aku bisa tidur dimana saja,semua tergantung padamu." jawabku

"Uhmm.. oke deh, kami sewa 2 kamar ya nek." kata Tiara sambil memberikan 1 koin emas kepada nenek itu.

Nenek menerima koin itu dan memberikan 10 koin perak kepada Tiara sebagai kembaliannya. Kemudian nenek itu tersenyum kearah Tiara

"Hanya tersisa 1 kamar disini, sisanya sudah di booking dan, uang tidak dapat dikembalikan ya!" kata sang nenek

Setelah mengatakan itu pasangan tua itu langsung pergi meninggalkan kami berdua, kakek itu hanya tersenyum kemudian mengikuti nenek yang pergi.

"Hah?! Apa apaan ini? Tunggu nek!" ucap Tiara dengan ekspresi terkejut, kami berdua hanya bisa pasrah karena saat kami keluar mengejar pasangan itu, mereka sudah tidak terlihat lagi.

"Huh… jangan khawatir, aku akan tidur diluar saja, agar kau aman disini." Kataku sambil menghela nafas

"Haaah, terserahlah." Balas Tiara

Tiba tiba sebuah kunci bertuliskan angka 012 muncul di hadapan kami, aku mengambil kunci itu dan sepertinya kami akan menginap di kamar 012. Aku menyimpan kunci itu didalam saku Cloak yang aku kenakan.

"Hey Dewi, kau bilang ini tidak sesuai dengan bukumu itu kan? Boleh aku lihat?" Tanyaku

"Eh? Kok tiba tiba?" Balasnya,"Uhmm.. ini," Tiara menjentikkan jarinya dan sebuah portal berukuran kecil muncul dan mengeluarkan sebuah buku berwarna biru cerah, aku mengambil buku itu dan menatap Tiara

"Apa ini bukunya?" tanyaku kembali.

Tiara hanya mengangguk dan aku mulai melihat isi dari buku itu. Tiara kebingungan dengan apa yang dipikirkan Ody, ia pindah ke sebelah kiri ku dan mengintip buku itu.

"Aku hanya melihat kejadian yang terjadi di dunia lama disini, kau benar benar melihat ku ya.." kataku.

Tiara merebut buku itu dariku, ia membuka lembaran lembaran lain

"Yup sudah kukatakan bukan? Tapi… ntah kenapa data dunia ini ada yang tidak sesuai dengan apa yang tertulis disana."

Tiara terus membuka lembaran lain, sampai ia tiba di lembaran bertuliskan Dunia Sihir, disitu

"Hah ini dia, lihat ini dari sini data dunia ini ditulis." Tiara memberikan buku itu kembali ke Ody.

Aku membaca buku itu secara seksama, dan melihat isi buku itu tidak ada yang berbahaya. Tetapi disitu tertuliskan berbagai ras hidup di dunia ini dan dunia ini dipenuhi sihir yang luar biasa serta hal lainnya.

'Sesuai dugaan ku, sepertinya aku jangan menganggap remeh penghuni dunia ini..' batinku.

"Terdiri dari berbagai ras? Hmm tak terkecuali iblis bukan?" tanyaku kepada Tiara

"Eh.. kurasa begitu, tetapi mereka tidak berbahaya kok tenang saja." jawab Tiara.

"Apa kau yakin? Lagipula data di buku ini tertulis beberapa ratus tahun yang lalu, buku ini sulit dijadikan petunjuk karena sudah tidak update." tanyaku kembali kepada Tiara.

Tiara hanya terdiam, ia juga baru menyadari kalau ia hanya melihat ras manusia, ia belum melihat ras lainnya. Padahal dibuku itu tertulis kalau setiap ras hidup bersama.

"Sudah diputuskan,"kataku," buku ini tidak akan kita jadikan Referensi lagi."

"Eh? Tapi kan-"

Aku menyimpan buku itu kembali ke dalam portal kecil yang muncul, aku menatap Tiara yang sudah terdiam.

"Daijoubu, buku itu tidak akan kurusak." Kataku.

Tiara mengangguk mengerti, aku tau dia masih tidak terima dengan hal itu. Jadi, aku secara refleks mengelus rambutnya dengan lembut dan ia kembali tersenyum meskipun wajahnya sedikit memerah.

Aku dan Tiara memutuskan untuk pergi ke pasar untuk mencari bahan makanan, untungnya di dekat penginapan terdapat papan yang bergambar peta dari kota itu, jadi aku bisa mengingat semua tempat dengan baik. Sesampainya disana kami membeli beberapa sayuran dan juga daging dengan beberapa koin emas.

Setelah berbelanja, aku dan Tiara membawa barang belanjaan kembali ke Penginapan, kami mencari kamar 012 dan akhirnya berhasil menemukannya.

"012.. tidak salah lagi ini kamarnya." Kataku

"Uhmm.. sepertinya kau benar Iblis." Balas Tiara.

Aku meng-summon kunci dan ia muncul tepat di depan ku, dengan kunci itu, aku berhasil membuka pintu itu dan kami pun masuk ke dalam.

Ruangannya tidak luas dan juga tidak sempit, jadi bisa dikatakan pas-pasan untuk kami berdua. Aku dah Tiara mulai beberes kamar agar tidak berantakan, didalam lemari ternyata sudah ada pakaian yang tersedia, oleh karena itu tempat ini ternyata bagus juga untuk harga yang terjangkau.

Setelah beberes selama beberapa menit, Tiara membawa beberapa sayuran ke dapur dan bersiap untuk memasak, Sedangkan aku? Tentu saja bersantai-santai.

"Hey Iblis, kemarin kau memasak dengan baik, sekarang lihat sang Dewi ini akan bersinar." Ucap Tiara dengan penuh semangat

"Heh? Ayolah panggil saja aku Ody, itu terlihat lebih bagus dibanding Iblis." balasku dengan nada datar

"Dan sepertinya kau mulai terbiasa di dunia ini ya? Hahaha apakah lebih menyenangkan dibanding khayangan?" tanyaku.

"Begitulah, disana aku merasa bosan selalu disuguhi dengan tugas tugas pemantauan. Haaah itu bisa membuatku gila nantinya." jawab Tiara.

"Hahaha syukurlah, yasudah aku akan menantikan masakanmu Tiara. Aku akan keluar sebentar mencari informasi, mengerti?"

Aku bangun dan mulai berjalan menuju pintu keluar, sementara Tiara mengangguk mengerti dan tersenyum tipis padaku.

"Pastikan kau tidak berbuat masalah ya… Uhmm..Ody.." kata Tiara dengan malu malu

Aku keluar penginapan dan pergi menuju sebuah bar di sebelah penginapan, saat aku masuk didalamnya terdapat banyak Pria bersenang-senang begitu pula dengan wanita, aku menuju meja Bartender dan duduk di salah satu bangku didepannya.

"Apa kau menyediakan anggur? Tolong satu." kataku kepada salah satu bartender disana.

"Baik, Tuan." Jawab salah satu bartender yang melayaniku, ia seorang wanita dengan rambut coklat dan wajahnya begitu cerah serta matanya berwarna coklat sehingga sesuai dengan penampilannya.

Setelah beberapa menit, bartender membawakan segelas anggur ke arahku dan menaruhnya tepat di depanku.

"Silahkan tuan,hmm aku baru melihat mu disini, apa kau baru saja sampai di kota ini?" tanya bartender itu,"ngomong ngomong namaku Layla, kau bisa memanggilku Lya ataupun Layla."

"Oh baiklah Layla, seperti yang kau bilang, aku baru saja sampai di kota ini tadi pagi. Dan namaku Ody Voldigoad, senang berkenalan dengan mu." Jawabku.

"Ah Ody, nama yang bagus. Hmm apa kau butuh pekerjaan dikota ini?" Layla mencoba menebak isi pikiranku saat ini.

"Ya begitulah, aku tidak tau apa apa seputar dunia ini. Apa kau bisa memberitahuku tentang kota ini?" tanyaku.

"Hah tentu saja, sebelumnya selamat datang di kota Orion, kota ini bisa dikatakan kota yang sedang dalam tahap pembangunan. Dikarenakan serangan Iblis beberapa tahun yang lalu." Jawab Layla.

"Tunggu dulu, Iblis?" tanyaku kembali.

"Yup, Iblis beberapa tahun lalu melakukan penyerangan besar besaran ke kota ini, karena pada saat itu kota ini adalah kota yang sangat maju, untungnya para ksatria dan penyihir kelas tinggi berhasil memukul mundur mereka, meskipun mereka semua tewas akibat ledakan yang besar." jawab Layla dengan ekspresi sedih.

Aku meneguk anggur ku setelah mendengar kejadiannya dan membayangkan hal itu.

"Ah begitu ya, aku turut berduka mendengarnya." kataku.

"Jangan khawatir, oh ya! Aku lupa kalau ada pahlawan yang dipanggil dari dunia ini melalui semacam ritual, mereka selamat dari ledakan itu, haah jangan bicarakan mereka ya? Karena seluruh kota benci dengan mereka." Kata Layla dengan kesal sehingga membuat gelas ditangannya retak.

"Heh? Kenapa begitu? Bukankah mereka pahlawan?" tanyaku kembali.

"Haah kau tidak tau ya? Faktanya saat kejadian itu, mereka tidak ikut serta melawan Iblis itu dengan alasan mereka hanya akan melawan Raja Iblis karena itu tugas mereka bukan melawan para bawahannya. Tch! Pencundang." Jawab Layla dengan kesal,"oh ya kau bisa menjadi petualang disini, apa kau mau? Untuk kelas pertama mungkin Rank F, dan semakin banyak exp yang kau peroleh maka rank mu akan meningkat dan hadiahnya juga akan semakin besar! Jadi, apa kau mau?" tanya Layla.

"Hmm mungkin itu sempurna, baiklah aku akan menjadi petualang." Jawabku setelah berfikir selama beberapa menit.

"Baikhlah! Welcome Ody di Guild Bhayangkari!" kata Layla dengan senang.

Sebuah kartu muncul di sebelahku dan Layla meminta ku untuk mengisinya, aku mulai mengisi data keanggotaan guild.

"Ody kau telah resmi menjadi salah satu anggota petualang. Kau bisa mengambil misimu di papan sebelah sana ya!" Kata Layla dengan penuh semangat.

"Baiklah, berapa totalnya?" tanyaku.

"Kali ini Gratis, kau sepertinya orang yang menarik jadi aku akan mentraktirmu hohoho." jawab Layla.

"Hah? Apa kau yakin? Hmm baikhlah sankyu!"

Aku menunduk sedikit ke Layla karena kebaikannya, setelah itu aku bergegas kembali ke penginapan dan terlihat hari sudah mulai gelap. Sesampainya disana, terlihat Tiara baru saja selesai memasak.

"Wah cepat sekali kau pulang, apa ada masalah?" tanya Tiara yang tengah menggantung Cloak nya.

"Sembarangan, tenang aja aku ga kena masalah kok." jawabku, aku ikut melepas Cloak ku dan menggantungkannya tepat di sebelah milik Tiara.

"Hahaha baiklah, mari makan terlebih dahulu, dan cicipi masakan dari seorang Dewi." kata Tiara dengan sombongnya.

"Hahaha baikhlah aku sudah tidak sabar, mari."

Aku dan Tiara berjalan menuju meja makan,kami duduk bersebelahan dan mulai menikmati masakan Tiara.

"Sesuai ekspektasi ku ya, masakanmu terlihat sempurna hahaha.." kataku

"Iya dong! Tiara gitu loh!" balas Tiara dengan mantap.

"Oh ya ada yang ingin kuberi tahu tentang informasi yang aku peroleh." kataku.

"Apa tuch?" tanya Tiara.

Aku pun memberitahukan semua informasi yang aku peroleh termasuk tentang Layla,kejadian di kota beberapa tahun yang lalu, pahlawan, dan juga kartu keanggotaan Guild Bhayangkari.

Tiara hanya mengangguk mengerti dan kami pun menghabiskan banyak waktu untuk berbincang-bincang. Dan saat malam tiba, kami pergi ke tempat tidur untuk beristirahat, aku pergi keluar tetapi Tiara menahanku.

"Mau kemana malam malam begini?" tanya Tiara.

"Ke negeri Bogor, ya pergi tidur lah, emangnya mau kemana lagi?" tanyaku.

"Sudah tidur di kamar saja, tetapi kau tidur dilantai. Kan tidak mungkin kau meninggalkan wanita cantik sendirian di kamar kan? Bagaimana jika aku diculik?" kata Tiara yang mencoba menghasut diriku.

Tanpa pikir panjang aku menerima tawaran Tiara,kami berjalan menuju kamar. Tiara tidur di tempat tidur, sementara aku tidur di lantai beralaskan tikar. Tak butuh waktu lama aku langsung tertidur pulas, sementara Tiara tidak bisa tidur, ia memutar tubuhnya dan menatap diriku.

"Are? Sudah tertidur? Cepat sekali. Dan dia tidak memakai selimutnya hadeh.."

Tiara bangun dan mengambil selimut, kemudian ia dengan hati hati memakaikan selimut kepadaku, ia tersenyum kecil mengingat kejadian hari ini. Setelah itu dia kembali ke tempat tidurnya dan perlahan tertidur.