webnovel

The Cupid's Arrow : A Choice of Love

Juara 4 WPC Female Lead #97 Romansa Kantor Cupid adalah seorang dewa cinta dan gairah erotis dalam mitologi klasik Romawi dan dalam mitologi Yunani kuno, yang sering dikenal dengan Dewa Eros. Konon, siapapun yang terkena panah Cupid, maka mereka akan menjadi sepasang kekasih. Cupid membuat banyak orang jatuh cinta, termasuk para dewa yang jatuh cinta kepada yang lainnya, dengan menembakkan anak panah yang dimilikinya. Sebuah pilihan hati. Tidak peduli seberapa lama seseorang bersama, namun jika cinta belum menyapa, maka perasaan berdebar itu tidak akan muncul. Namun jika si cupid telah melepaskan panah asmara nya, siapa yang akan dapat menghindar dan lari dari kejaran cinta yang membara? ***** Dilan, seorang mekanik mesin mobil, harus memilih antara bos wanita pemilik bengkel dimana dirinya bekerja, atau sahabat baiknya yang selalu menemaninya dalam suka dan duka. Memilih diantara ketulusan dan pengkhianatan. Rama, seorang polisi, harus memilih antara wanita ayu yang memiliki kesukaan yang sama dengannya, atau Sinta yang dijodohkan dengannya oleh keluarganya. Sebuah pembunuhan berantai yang membuat semakin pelik urusan hati. Dyra mengalami dilema cinta. Tetap mencintai laki-laki yang sudah menikah atau menerima cinta dari seseorang yang tidak dicintainya. Pilihan mana yang akan diambil? Ikuti kisah mereka dalam : The Cupid's Arrow - A Choice of Love ***** Karya 2miles_dreams : 1. Cinta Angie (Tamat) 2. The Cupid's Arrow : A Choice of Love (On Going) 3. Harem milik suamiku (on going) Jika teman-teman suka dengan karyaku, masukkan dalam rak buku dan terus dukung karyaku dengan memberikan power stone. Review dan kritik saran nya juga ku tunggu. Aku harap karyaku bisa menjadi salah satu novel kesukaan teman-teman. Terima kasih atas dukungannya

2miles_dreams · Urbano
Classificações insuficientes
416 Chs

Bab 21 : Debat di meja makan

"Terima kasih ma," ucap Diandra ketika menerima mangkuk yang berisi bubur ayam. Makanan istimewa ini hanya dibuatkan Nyonya Johnson untuk putri kesayangannya.

"Nah, mama pilih kasih lagi kan," tuduh Barney yang cemberut saat membandingkan piringnya yang berisi nasi goreng dengan mangkuk adiknya yang berisi bubur ayam. "Kapan aku dibuatkan bubur ayam?"

"Kan kamu tidak suka bubur ayam, Barney," bantah Nyonya Johnson yang duduk di sebelah suaminya. "Jadi jangan bilang mama pilih kasih."

"Maksudku, kapan aku dibuatkan makanan kesukaanku?" omel Barney sambil menyuapkan satu sendok penuh nasi goreng ke dalam mulutnya.

"Nanti siang mama akan buatkan makanan kesukaanmu," kata Nyonya Johnson sambil mengangguk pada putra sulungnya.

"No-no," sahut Barney seraya menggeleng, terpaksa menolak tawaran mama tercinta yang akan membuatkan makanan kesukaan nya. "Setelah ini aku harus kembali ke kantor. Ada kasus ketidak cocokkan antara data dan barang fisik di pengiriman onderdil yang terakhir. Dan itu jumlahnya cukup besar. Aku harus mengecek. Apakah memang ada kecurangan di pihak supplier ataukah hilang dalam pengiriman? Aku harus pastikan itu. Dan jangan sampai, justru orang dalam lah yang mendalangi semua ini."

Deg..

Gerakan tangan Diandra yang hendak menyuapkan bubur ke mulut, berhenti di udara. Diandra membeku mendengar adanya kasus serupa yang dialami perusahaan besar milik keluarganya. Ini mirip dengan kasus yang terjadi di bengkelnya. Apa ini hanya kebetulan semata? Ataukah ada sangkut pautnya? Diandra menggelengkan kepala, menghilangkan dugaan-dugaan yang belum pasti benar.

"Kamu urus dengan baik, Barney," nasehat Tuan Johnson, sang ayah dan juga pimpinan tertinggi dari perusahan otomotif. "Jangan sampai menyisakan celah sekecil apa pun," perintahnya tegas.

"Baik pa."

"Diandra, bagaimana hubunganmu dengan Bernard?" tanya sang kepala keluarga sambil melirik ke arah putrinya yang menjadi pendiam sekali pagi ini. Bernard adalah kekasih sekaligus tunangan Diandra.

"Ya begitulah pa," jawab Diandra acuh sambil mengangkat bahu. Dan komunikasi tanpa suara diantara papa dan mamanya, tertangkap oleh matanya.

Trang...

Semua yang duduk di meja makan terkejut mendengar suara sendok garpu yang dibanting. Barney membanting peralatan makan itu di meja makan dengan kesal.

"Pa, jangan sebut-sebut nama itu di meja makan. Bikin orang hilang selera makan," geram Barney sambil melemparkan serbet ke meja makan dengan gusar. "Aku benar-benar ingin melumat laki-laki itu. Aku pikir Diandra harus memutuskan hubungan dengan Bernard. Benar-benar laki-laki yang tidak bisa diandalkan."

"Papa juga berpikir hal yang sama. Papa tidak bisa menyerahkan Diandra pada laki-laki yang hanya memikirkan diri sendiri itu."

"Pa," seru Diandra terkejut.

Walaupun seharusnya dirinya tidak perlu kaget mendengar keputusan keluarganya yang tidak lagi mendukung hubungannya dengan Bernard. Dan ini semua salah laki-laki itu sendiri, yang menghancurkan hidupnya dengan narkoba dan alkohol. Diandra mencoba untuk tetap bertahan. Tetapi, jika keluarganya sudah mengangkat tangan dan menyerah, apa yang bisa dilakukan Diandra?

"Dengarkan papamu dulu, sayang," bujuk Nyonya Johnson lembut sambil menepuk punggung tangan Diandra.

"Tapi ma, aku tidak bisa berpisah dengan Bernard," protes Diandra cemas.

Baginya, Bernard bukan hanya sekedar tunangannya, namun juga seseorang yang sudah dianggap melengkapi hidupnya. Sepanjang umur Diandra, selalu ada Bernard di sisinya. Dan jika tiba-tiba pria itu disingkirkan dari hidupnya, Diandra tidak tahu harus berbuat apa. Selama ini, Diandra menutup mata dan hati melihat kondisi Bernard yang selalu mengabaikan dirinya dan terus menceburkan diri ke dalam lingkaran setan, menggunakan obat-obatan terlarang.

"Mama tahu," jawab Nyonya Johnson paham. "Tapi kamu tidak bisa menggantungkan masa depanmu padanya. Waktu yang kita sepakati dengan keluarga Bernard akan segera berakhir. Sekarang kita harus bertindak tegas. Umurmu sudah tidak muda lagi, mama tidak ingin hidupmu terus berputar tanpa arah."

"Aku tidak mau, ma. Aku tidak mau berpisah dengan Bernard. Aku mencintai Bernard. Aku akan berjuang untuknya," bantah Diandra dengan menggeleng kuat. "Aku akan bicara dengan keluarga Bernard, bahwa aku akan tetap menjaganya. Aku.."

"Papa tidak setuju, Diandra," bentak Tuan Johnson keras. "Ini adalah batas terakhir kamu berhubungan dengan Bernard. Papa sendiri yang akan mengatakan pada keluarga Bernard, bahwa hubungan pertunangan kalian batal!"

"Tidak pa. Tidak boleh," rengek Diandra. "Bernard membutuhkan aku. Dan aku membutuhkan Bernard."

"Keputusan papa tidak bisa diganggu gugat. Papa tidak peduli jika mereka menarik semua saham mereka karena putusnya pertunangan kalian. Papa tidak bisa mempertaruhkan masa depanmu, Diandra."

Mendengar keputusan final papanya, tubuh Diandra menjadi gemetar karena menangis tanpa suara. Air matanya mengalir deras, menyesali semua hal buruk yang terjadi dalam hubungannya dengan Bernard. Mengapa? Bernard, mengapa kamu berubah?

Sebuah rentang waktu telah disetujui antara keluarga Diandra dan keluarga Bernard. Jika dalam dua tahun setelah rehabilitasi narkoba, Bernard tidak menunjukkan adanya perubahan sikap dan gaya hidup, maka hubungan pertunangan itu bisa diputuskan. Diandra sangat putus asa dengan semakin sempitnya waktu. Namun laki-laki itu seakan tidak peduli. Hidup Bernard masih berada dalam cengkraman teman-temannya yang hobi mengkonsumsi obat-obatan terlarang.

"Aku setuju dengan papa, Diandra," kata Barney lembut. "Kamu adalah kesayangan kami. Tentu saja kami tidak ingin hidupmu merana dan menderita setelah menikah dengan Bernard. Jika laki-laki itu masih seperti dulu, hidup dengan baik, kami akan setuju dengan hubungan kalian."

"Aku tidak peduli. Apa pun perkataan kalian, aku akan tetap bersama Bernard," bantah Diandra keras kepala. Diandra mengusap air matanya yang mengalir di pipinya dengan kasar.

"Apa yang kamu harapkan darinya, Diandra?" tanya Tuan Johnson lembut.

"Aku.. aku.."

"Papa dan mama hanya menginginkan yang terbaik untukmu, Diandra. Kami tidak punya niat untuk menempatkanmu di posisi yang terjepit. Kami hanya ingin kamu bahagia, sayang," jelas Nyonya Johnson sambil memeluk bahu Diandra, putri kesayangannya.

Kemudian...

Drrrtt-drrrtt-drrrtt...

Suara dering spesial itu menembus kabut kegalauan otak Diandra. Diandra segera meraih ponselnya yang tergeletak di pinggir mangkuk buburnya. Diandra menekan tombol hijau dan..

"Kak Barney, kembalikan ponselku," jerit Diandra panik sambil berdiri dan berusaha menjangkau tangan kakaknya yang meraih cepat ponsel miliknya. Kakaknya, Barney duduk di kursi meja makan, berseberangan dengannya.

Barney mengubah mode suara menjadi loadspeaker. "Ha.."

"Diandra, jemput aku di rumah Ifan."

"Tidak," sembur Barney murka pada layar ponsel itu. "Diandra bukan pelayanmu, Bernard!"

"Kak Barney," jerit Diandra sambil merebut ponsel di genggaman kakaknya. "Kakak, jangan mencampuri urusanku!" bentak Diandra yang marah, seraya menjauh dari jangkauan Barney.

"Diandra!" tegur Barney marah.

"Aku akan menjemputmu, Bernard," kata Diandra di ponselnya sambil tetap mengawasi Barney yang menggeram murka. "Tunggu aku disana." Klik. Sambungan ponsel putus.

"Diandra, kamu tidak boleh pergi," larang Barney sambil mencengkram lengan adiknya.

"Aku harus pergi. Bernard membutuhkan aku," ucap Diandra lirih sambil menyingkirkan tangan Barney dari dirinya.

"Sebaiknya dengarkan kakakmu, sayang," tambah Nyonya Johnson yang mencemaskan Diandra sambil menangkupkan kedua tangannya di dada.

"Kamu tidak boleh pergi," larang Barney sekali lagi seraya menggelengkan kepala. "Jika kamu mengurus Bernard, siapa yang mengurus dirimu, Diandra? Apa kamu tidak tahu bahwa dirimu sedang demam?"

"Demam?! Kamu sakit, sayang?" seru Nyonya Johnson kaget. Mama Diandra segera mendekati putrinya lalu menempelkan tangannya ke dahi Diandra.

"Aku baik-baik saja, mom," elak Diandra yang mundur selangkah untuk menghindar dari sentuhan mamanya. "Aku pergi dulu," pamitnya dan langsung menghambur keluar rumah untuk menjemput Bernard.

"Diandra.."

Bersambung...