"Kenapa kamu tidak bilang padaku?"
Sinta yang duduk di kursi penumpang, menoleh ke arahnya. Keduanya dalam perjalanan pulang setelah mengantar papi dan mami ke rumahnya. "Bilang apa?" tanya Sinta bingung.
"Seseorang menguntitmu di mall."
"Darimana kamu tahu?" desak Sinta terkejut. "Apa Dilan yang mengatakannya padamu?"
"Sinta, aku minta kamu jujur padaku jika mengalami sesuatu yang meresahkan. Aku tidak suka jika harus mengetahuinya dari orang lain," sergah Rama dengan nada menuntut.
Sinta mengangkat bahu, bersikap defensif. "Hanya perasaanku saja. Hal itu juga belum tentu benar. Sahabatmu itu terlalu melebih-lebihkan."
Rama memandang lelah pada Sinta yang lebih memilih melihat ke luar jendela kaca mobil, daripada menatap ke arahnya. Sinta tidak mau terbuka padanya. Baiklah, Rama juga mengaku bersalah karena dirinya jarang berkomunikasi dengan Sinta. Ngobrol pun pasti ujungnya berdebat dan bertengkar. Jadi Rama terpaksa memaklumi sikap Sinta yang menjaga jarak dengannya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com