webnovel

The_Commoner

(18+) Romansa 4 triliuner muda yang termasuk dalam penggerak roda ekonomi dunia. keangkuhan dan kekuasaan mereka akan diluluhlantakan dengan cinta.

HRY · História
Classificações insuficientes
17 Chs

Alfano Gibadesta

Malam berganti pagi yang cerah, kissela berusaha membuka matanya yang masih terasa berat. Ia merasakan seluruh bagian tubuh remuk. Sinar matahari menerjang masuk ke dalam retina matanya membuatnya harus mengerjap beberapa kali.

Sadar dengan tempat yang tidak dia ketahui membuatnya terduduk tegak. Sekelebat bayangan semalam melintas. Dengan cepat ia menutup mulutnya dengan punggung tangan pandangannya ia edarkan keseluruhan bagian mobil mewah itu, hingga pandangannya terhenti di satu objek.

Fano yang masih tertidur dengan keadaan neked sama seperti dirinya.

Perlahan kepalanya menggeleng dengan cepat ia memunguti pakaiannya yang berhamburan dan mengenakannya asal. Perlahan ia keluar dari dalam mobil milik Fano tanpa berpamitan ia pergi begitu saja.

"Ini kacau. Aku harus kabur" ujarnya.

Selang setengah jam barulah Fano membuka matanya. Dengan senyum ia menoleh ke sebelahnya, dahinya berkerut karena tidak menemukan siapapun di sampingnya.

"Aiss shit! Kemana gadis itu?" Makinya saat sadar dengan keadaan dirinya. Ia memejamkan matanya sebentar dan memijat keningnya yang terasa sedikit pening.

Dengan terkekeh geli ia bersandar merasakan udara dingin menerpa tubuh telanjangnya.

"Dia meninggalkan ku? Aiss.. harusnya itu yang aku lakukan".

Dengan capat ia memungut celana nya dan memakainya. Segera menghidupkan mobilnya dan melaju pergi dengan beberapa makian dari mulut sexy nya.

Sesampainya di mansion Fano mendengus saat melihat mobil ketiga sahabatnya yang sudah terparkir cantik di halaman rumah nya. Dengan cepat ia turun dan memasuki pintu utama.

"Sedang apa kalian di rumahku?" Tanyanya pada ketiga pria yang sedang sibuk dengan tab nya masing-masing.

"Hai kau sudah kembali?" Ujar Leo dengan senyum mengejek.

"Kau tidak pulang?" Tanya Al dengan alis yang terangkat.

"Emm kenapa?" Jawabnya acuh lalu bergabung bersama ketiganya.

"Jadi bagai mana? Apa gadis itu memohon padamu?" Tanya Ganesa langsung.

Leo dan Al menatap penuh minat Saat Fano belum juga menjawab.

"Kalian bisa meminta apa yang kalian inginkan pada pengacara ku" ujarnya sebagai jawaban.

Ganesa tertawa tidak seperti biasanya . "Apa yang terjadi?" Serunya sambil tertawa.

"Kau sangat bahagia Mr. Raiden" balas Fano.

Setelahnya Fano menceritakan semua yang telah terjadi tidak kurang tidak lebih.

Ketiga temannya terbahak, bahkan Leo sampai terduduk dilantai karenannya.

"Astaga, ini langka sekali.. seorang Alfano Gibadesta ditinggalkan setelah bermain semalaman" seru Al masih dengan tawa yang berusaha ia hentikan.

"Apa yang dia lakukan padamu? Apa dia sangat sempit?" Tanya Leo penasaran.

Dengan tidak tahu diri otaknya memutar kembali kejadian semalam. Perlahan Fano merasakan tubuhnya memanas saat mengingat gadis itu memohon kepada nya.

"Wajah mu memerah, apa kau baik-baik saja?" Tanya Ganesa sarkas.

"Aku harus istirahat" seru Fano berlalu meninggalkan ketiga temannya yang masih terus menyindirnya dengan kata-kata ledekan.

Setibanya Fano di dalam kamar ia dengan cepat menuju kamar mandi dan menyalakan shower. Membasahi tubuhnya yang terasa sangat bergairah karena memikirkan gadis itu.

"Gadis sialan! Apa yang dia lakukan padaku, kenapa gairah ini terus menyelimuti ku" dengan terpaksa ia terus terpejam dan menggunakan tangan nya untuk memuaskan kebutuhan nya saat ini.

"Ahh.. gadis sialan..ahh" serunya dengan gerakan tangan nya yang semakin capat.

"Akan ku buat kau bertekuk lutut mendamba ku, sialan" serunya dengan nafas terengah-engah. Setelah melalui pelepasan yang kedua kalinya. Tubuhnya terasa lemah dan ia mulai merasa pusing, namun gairahnya belum juga sirnah.

Dengan perlahan ia mematikan shower dan keluar dari kamar mandi. Ia merebahkan diri di tempat tidur megahnya dengan meletakkan lengannya menutupi wajahnya. Kepalanya pening akibat masturbasi terlalu banyak.

Ketukan pintu membuatnya dengan cepat mengenakan handuk dan berjalan menuju pintu kamarnya. "Ada apa?" Ujarnya dengan wajah pucat.

"Maaf tuan, di bawah ada tuan Ganesa yang ingin bertemu"

Namun Fano justru ambruk, membuat pelayan itu panik seketika. Teriakan pelayanan itu membuat Ganesa berlari menaiki tangga dengan cepat diikuti kedua sahabatnya yang berlari dari ruang tamu mansion besar itu.

"Apa yang terjadi, kenapa dia bisa seperti ini?" Tanya Ganesa dengan sigap memapah sahabatnya itu.

"Astaga, badannya panas, kita bawa dia ke rumah sakit sekarang, Al siapkan mobil" seru Leo yang membantu Ganesa memapah sahabatnya itu.

^^^^^^^^

Beberapa perawatan menunggu di depan songdo hospitality.

"Ada apa? Apa ada pasyen gawat darurat?" Tanya salah seorang dokter.

"Anak pemilik songdo hospitality tiba-tiba sakit dan harus dirawat segera"

"Wah benar-benar ya anak orang kaya memang berbeda" ujarnya menanggapi seruan perawat cantik itu.

"Itu dia datang dok, ayo kita bawa brangkar nya" seru perawat itu dengan senyum cantik.

Dokter muda itu ikut mendorong brangkar yang sudah di siapkan menuju sebuah mobil mewah yang baru saja tiba.

Dengan cepat ia membantu memindahkan seorang pria yang masih mengenakan handuk itu dari dalam mobil.

Sampai dimana ia menatap wajah pasyen nya itu dan terdiam. Wajah itu, ia sangat mengingatnya. Di bagian leher dan dadanya terdapat bercak kemerahan yang membuat dokter kissela sulit untuk bernafas.

"Hai! Kau tuli? Bekerjalah dengan benar bodoh" seru pria dengan wajah datar yang sepertinya salah satu keluarga nya membuyarkan lamunan sang dokter.

Ya kissela adalah salah satu dari dokter ahli di songdo hospitality rumah sakit milik keluarga Gibadesta.

Ia sudah bekerja selama satu tahun setelah dirinya lulus spesialis.

"Ba_ik" ujar nya gugup.

"Maaf , selain pasyen dilarang masuk" seru kissela dengan tegas pada ketiga pria itu begitu sampai didepan pintu ruang gawat darurat.

Dengan segera ia memeriksa keadaan pasyen nya dengan profesional.

"Dok, dia sangat tampan dan badannya bagus" seru salah satu perawat yang membantunya.

"Banyak kissmark di badannya, apa dia habis bermalam?" Seru beberapa perawat bersamaan.

Kissela yang mendengar nya tersedak, konsentrasi nya terganggu dengan obrolan beberapa perawat yang harusnya ia biasa saja.

Namun ini berbeda kissmark itu adalah perbuatannya.

"Apa dokter baik baik saja?"  Tanya asistennya.

"Ya aku baik, ini sudah selesai" ujar kissela dengan sopan.

"Baik dok, ayo segera kita buka handuknya, suguh aku penasaran" seru beberapa perawat yang tadi membantunya.

Kissela yang mendengar itu langsung berbalik dan mencegah salah seorang perawat yang ingin membuka handuk yang dikenakan Fano.

"Biar saya saja, kalian bisa keluar"

"Haa ternyata dokter kissela kita tidak mau berbagi pemandangan indah" ujar seorang perawat dengan jenaka.

"Ehm apa yang kamu Katakan? Dia ini anak dari pemilik rumah sakit ini, jadi aku harus menjauhinya dari mata mata jelalatan kalian" seru kissela dengan jenaka.

"Aku hanya ingin melihat, karena yang kudengar dari beberapa temanku, dia sangat jantan" ujar seorang perawat yang berbadan sintal.

"Haiss sudahlah kalian bisa keluar dan bantu urus ruang rawat vvip untuk anak ini" balas kissela sedikit mendorong para perawat itu agar keluar dari ruangan.

"Iyaaa baik lah dokter cantikk.. semoga kau tidak menerkam nya disaat seperti ini" goda para perawat itu dengan kerlingan nakal.

Kissela hanya menanggapinya dengan senyum manis dan gelengan kepala.

Saat semua perawat sudah keluar dari ruangan itu, kissela melangkah kearah Fano yang masih terbaring diatas brangkar.

"Sepertinya aku sudah gila, kenapa harus dia anak dari pemilik rumah sakit ini" keluhnya sambil membuka handuk yang dikenakan Fano dengan sedikit memalingkan wajahnya.

Debaran di jantungnya semakin menggila, air liur nya terasa sangat sulit untuk di telan. Dengan perlahan ia menarik lepas handuk itu lalu dengan terburu ia memakaikan pakaian pasyen pada Fano. Menghembuskan nafas kasar saat ia terus terbayang bentuk tubuh lelaki didepannya itu.

"Ini benar-benar gila" serunya.

Dengan cepat ia berjalan kearah pintu dan bertemu dengan ketiga pria yang masih menunggu diluar.

"Keluarga pasien" seru kissela.

"Bagai mana keadaan nya" seru seorang pria yang berwajah datar tadi..

"Tuan Fano baik-baik saja, hanya terlalu lelah" jelas kissela dengan sopan.

"Kau sudah memeriksa nya dengan benar?" Serunya lagi dengan pandangan tajam.

"Ya, sudah saya lakukan" balasnya.

Ketiganya langsung masuk begitu saja tidak menghiraukan keberadaan kissela barang sedikit. Kissela yang melihat itu hanya bisa memutar bola matanya jengah.

"Sangat menyebalkan" keluhnya.

^^^^^^

Diruang vvip songdo hospitality ketiga  lelaki itu menunduk fokus terhadap pekerjaan masing-masing. Sampai suara ketukan pintu terdengar, membuat mereka mengalihkan pandangan mereka ke sumber suara.

"Masuk." Ujar Ganesa.

Perlahan pintu terbuka memperlihatkan seorang perawat yang terlihat cukup sexy dengan seragam yang terlihat terlalu kecil.

Dengan senyum yang dibuat semanis mungkin ia melangkah mendekati ketiga pria yang masih menatap nya datar.

"Maaf tuan, aku di tugaskan untuk menjadi perawat di ruangan ini" ujarnya malu-malu.

Al menaikan sebelah alisnya. Lalu kembali menatap iPad nya penuh minat.

"Keluarlah" seru Leo sedikit malas.

Mendengar bahwa dirinya di usir oleh ketiga pria tampan itu membuatnya menunduk diam.

"Maaf tuan, aku hanya di perintahkan dokter yang menangani pasien" balasnya pelan.

Ganesa yang semula fokus pada file kerjanya menatap kearah perawat itu dengan datar dan berdiri menghampirinya.

"Bawa dokter nya, suruh dia yang merawat pasien ini" bisiknya tepat di telinga perawat cantik itu.

Dengan cepat perawat itu mengangguk sambil tersenyum kearah Ganesa dan berjalan keluar ruangan.

Sepeninggalan perawat itu Ganesa mendengus saat melihat Fano belum juga sadar.

"Kurasa dia mati" ujarnya saat menghampiri Fano.

"Kau salah, dia lelah" ledek Leo cukup kencang.

Fano yang mulai terganggu perlahan membuka matanya. Saat melihat ruangan yang asing ia sudah sadar jika dirinya berada di rumah sakit. Ia melihat ketiga sahabatnya yang sedang tersenyum kearahnya. seperti tidak ada hari esok untuk mengintrogasi nya.

"Apa yang kalian lakukan disini?" Ujarnya dengan malas.

Ia memejamkan matanya berniat menghindar.

"Jangan bodoh dengan berpura-pura tidur" ujar Al yang sudah duduk di sebelah brangkar.

Fano menghembuskan nafas tajam, menatap kearah Al dengan malas.

"Aku kelelahan" itu saja penjelasan yang diberikan oleh Fano.

Al yang kurang puas dengan jawaban yang diterimanya berniat untuk melontarkan sebuah pertanyaan lain. Namun ucapannya tertelan lagi saat pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka, menampilkan seorang dokter muda lengkap dengan jas putih dan alat medisnya.

"Selamat siang, maaf tuan. waktunya makan siang dan minum obat" ujarnya dengan senyum ramah.

Semua orang menatap kearahnya, begitu pula Fano yang menatapnya dengan rahang mengeras.

"Kau bisa menyuapiku? Aku masih sangat lemas akibat kelelahan" ujar Fano sedikit menekankan pada kata kelelahan.

Dengan jantung yang berdebar kissela melangkah mendekati Fano yang masih terus mengamati nya. Ganesa sudah kembali duduk dan bergelut dengan iPad milik nya. Sedangkan Al dan Leo bermain games untuk menghilangkan jenuh akibat menunggu terlalu lama.

"Kenapa pergi disaat aku masih tertidur?" Tanya Fano sambil mengamati dokter cantik itu.

Kissela yang merasa diperhatikan menjadi tergugu. Ia berusaha untuk terlihat biasa saja lalu berbalik menatap pria yang masih terus mengamati nya.

"Maksud anda, tuan?" Balas kissela berpura-pura tidak mengerti.

Fano terkekeh kecil mendengar wanita cantik dihadapan nya ini memilih berpura-pura tidak mengerti.

Ia mengangguk ringan dan membuka mulutnya saat kissela memberikan satu sendok penuh makanan kearah mulutnya.

"Jadi aku harus mengingatkan mu?" Tanya Fano lagi dengan wajah jenaka.

"Maaf tuan, apa yang harus diingatkan?" Ujar kissela dengan gugup, bahkan sendok yang dipegangnya sedikit bergetar.

Fano menarik lengan kissela kearah nya.

"Kau mau bermain-main denganku?!" Seru Fano yang semakin habis kesabaran.

Ketiga pria yang tadinya sibuk dengan urusan masing-masing kini menatap kedua nya dengan penasaran.

"Maa_af tuan, bisa anda lepaskan lengan saya, ini menyakitkan" ujarnya berusaha melepaskan cekalan di lengan nya.

"Apa yang telah kamu lakukan padaku!?" Seru Fano tidak mengindahkan perkataan kissela.

"Kau meninggalkanku setelah aku memberikan mu kepuasan tiada henti kemarin malam" lanjutnya.

Ketiga sahabatnya yang mendengar itu serempak bergumam dan berpura-pura tidak mendengar.

"Jadi dia ditinggal" gumam Leo sambil merebahkan kepalanya keatas sandaran sofa.

Dengan tidak peduli Fano terus bertanya seperti orang kesetanan.

"Apa yang kau lakukan padaku!?" Serunya.

Kissela berjengit akan bentakan keras itu. Ia menunduk menghindari tatapan tajam Fano yang lurus terhadap nya.

"Jawab! Atau kau ingin aku mengingatkan nya?" Ujarnya dengan hidung yang menghirup aroma tubuh kissela dari ceruk leher dokter cantik itu.

Nafas kissela memburu saat merasakan hembusan nafas Fano di belakang telinganya. Entah sejak kapan tubuhnya begitu mendamba sebuah belaian dari pria ini.

"Maaf, ini sudah selesai, saya harus kembali" ujar kissela dengan membungkuk lalu pergi berlalu begitu saja.

Suara tawa Leo menjadi pembuka kesunyian sesaat setelah kissela pergi.

"Apa yang kau lakukan padaku?" Ujar Leo pada Ganesa yang memutar matanya jengah.

"Sudahlah Leo, kau tidak akan tau rasanya jika ditinggalkan setelah bermain semalaman" balas Al dengan menahan tawa di bibirnya.

"Apa kau sampai tertidur? Apa begitu nikmat? Aku jadi penasaran" ujar Ganesa datar namun ucapan itu sangat menggangu Fano.

"Woo lihat wajahnya terlihat sangat tidak senang saat kau mengucapkan itu, apa seorang Gibadesta sedang jatuh cinta?" Seru Leo dengan tersenyum jenaka.

"Apa kalian tidak punya pekerjaan lain? Kalian terlihat seperti seorang pengangguran" ujar Fano, "sebaiknya kalian kembali ke kantor kalian masing-masing" lanjutnya dengan memejamkan mata menghindari tatapan penuh selidik para sahabatnya.

"Baik lah aku akan pergi, jika kau tidak ingin bercerita seberapa sempitnya celah itu" ujar Leo sambil berlalu menuju pintu.

Namun dengan tiba-tiba sebuah bantal melayang kearah kepalanya. Dengan cepat ia menghindar dan berlari keluar ruangan.

"Sial! Kalian juga keluarlah, aku ingin istirahat" usirnya pada Ganesa dan Al.

Keduanya dengan santai pergi keluar dari ruangan, "apa sangat sempit?" Celetuk Al, lalu berlari menyusul Ganesa didepannya.

Fano hanya bisa mengacak rambutnya frustasi, merasa sangat direndahkan oleh seorang wanita.

Hadiah anda adalah motivasi untuk kreasi saya. Beri aku lebih banyak motivasi!

Penciptaan itu sulit, dukung aku ~ Voting untuk aku!

Saya sudah memberi tag untuk buku ini, datang dan mendukung saya dengan pujian!

Apakah kamu menyukainya? Tambahkan ke koleksi!

Adakah pemikiran tentang kisah saya? Tinggalkan komentar dan saya akan menmbaca dengan serius

HRYcreators' thoughts