webnovel

The Cold Season

Untuk sebagian besar hidupnya, Xiao You Ren merasakan ketidakberuntungan yang teramat besar. Setiap luka baru akan muncul di sisa-sisa malamnya. Luka yang membuatnya mengerang sakit akibat rasa ngilu yang menyentuh hatinya. Dia selalu menggigil di setiap malam yang dingin, mengharapkan sebuah tangan melingkar di tubuhnya. Pada setiap orang dia menjeritkan pertolongan. Memohon untuk obat yang dapat menghilangkan rasa sakitnya di musim dingin. Akan tetapi, tidak ada satu orang pun yang mampu memberikan hal itu padanya. Hingga dia terlibat sebuah hubungan dengan seorang laki-laki yang menawarkan obat. Alih-alih mendapatkan penawar bagi lukanya, dia justru menerima racun. Yang membuatnya menjadi kebal terhadap rasa sakit, bahkan meminta untuk mendatangkan perasaan itu terus-menerus. Xiao You Ren kian menggila sesaat setelah laki-laki itu menyuntikkannya sedikit rasa ‘diinginkan’. Seumur-umur Xiao You Ren tidak pernah merasakan hal menggelitik permukaan hatinya, hingga membuatnya menjadi sangat egois.

evilesther3 · LGBT+
Classificações insuficientes
262 Chs

Tach Me How to Love Myself 2

"Aku harus siap kapan pun dan di mana pun," ucap Xiao You Ren membacakan salah satu isi dari kontrak mereka.

Wang Xian Wei yang duduk di seberang meja makan menganggukkan kepala dengan acuh. "Kecuali jika kamu sedang tidak bisa berhubungan badan, seperti sakit," jelasnya. Kembali menikmati hidangan makan malam mereka.

Dalam ruangan pribadi yang dipesan Wang Xian Wei di salah satu restoran dekat kantor, meskipun memiliki fasilitas memadai dan suasana nyaman untuk makan, tapi Xiao You Ren merasa tidak bernafsu. Dia masih begitu memikirkan tentang isi kontrak mereka.

Kontrak itu berisi jika Xiao You Ren diizinkan memiliki hubungan dekat dengan orang lain, termasuk perempuan. Asalkan tidak sampai membocorkan hubungan di antara mereka dan tidak sampain berhubungan badan dengan orang lain. Tidak boleh menolak jika Wang Xian Wei melakukan seks kasar yang menggunakan berbagai alat. Sex toys, bondage, dan semua siksaan lainnya diperbolehkan selama masih bisa ditolerir Xiao You Ren. Semua kegiatannya, bersama teman maupun sendiri, harus melaporkan terlebih dulu kepada Wang Xian Wei.

Dari semua isi kontrak, ada satu yang mendapatkan perhatian khusus dari Xiao You Ren. Tidak boleh melibatkan perasaan rumit selama kontrak berlangsung. Dia sedikit memahaminya, bagaimanapun Wang Xian Wei sudah memiliki kekasih dan akan sangat tidak tahu diri jika dia mengharapkan sesuatu yang besar, seperti perasaan cinta. Xiao You Ren tidak ingin menjadi orang ketiga dalam hubungan orang lain.

Keuntungan yang didapat Xiao You Ren adalah bayaran yang akan diterima laki-laki itu setiap bulannya bahkan tanpa bekerja di perusahaan. Namun, dengan tegas Xiao You Ren men0lak hal tersebut. Sehingga mengubahnya menjadi fasilitas yang cukup memadai. Wang Xian Wei menawarkan laki-laki itu untuk tinggal di apartemennya, selain memiliki ukuran yang lebih besar juga memudahkan mereka untuk membagi waktu. Lagipula apartemen itu hanya ditempati ketika Wang Xian Wei tidak memiliki waktu untuk kembali ke apartemennya dengan sang kekasih yang berada di luar kota.

Setelah membaca dan mencermati isi kontrak dan membuat kesepakatan menganai tempat tinggal, Xiao You Ren pun menikmati makan malamnya. Rasa canggung masih berkeliling di sekitar mereka, membuat suasana makan itu terasa sangat formal. Wang Xian Wei lebih dulu menghabiskan makanannya dan menunggu beberapa saat hingga Xiao You Ren selesai.

Menopang dagunya, Wang Xian Wei memulai sebuah percakapan. "Kapan kamu akan mulai berkemas?" tanyanya mengenai kepindahan Xiao You Ren.

Pertimbangan matang diambil oleh Xiao You Ren, dia harus memikirkan beberapa hal terlebih dahulu sebelum mengambil keputusan dengan cepat. Harus ada hal yang diurus selain pakaian juga kontrak apartemennya yang masih lama berlaku. Sejenak ada kebimbangan tersirat di matanya, pertanyaan dari Wang Xian Wei itu seperti mengharapkan agar Xiao You Ren segera pindah. Namun, di sisi lain dia merasa belum memikirnya dengan benar. Antara kesiapan dan tidak siapannya hanya dibatasi sebuah garis lururs.

Wang Xian Wei dapat dengan mudah menangkap ekspresi wajah laki-laki di hadapannya. Mengalihkan padangan pada gelapnya pegunungan di luar jendela yang hanya mengandalkan cahaya rembulan. Bibirnya pun bergerak dan memuntahkan kata, "Tidak perlu terlalu terburu-buru, kamu bisa pindah kapan pun kamu mau."

Mendengar itu, tak ayal membuat Xiao You Ren merasa lega dan bersyukur. Senyumannya mengembang sempurna. Dia menyelesaikan suapan terakhir dan meletakkan sendok, menatap pada pemandangan yang sama dengan Wang Xian Wei. "Terima kasih, Sir," ucapnya lembut dan tulus.

Untuk beberapa saat mereka terhanyut dalam pemikiran masing-masing. Sampai Xiao You Ren kembali bersuara dan menuai perhatian dari Wang Xian Wei.

"Sir, adik Wang Huanling akan pulang besok malam," tutur Xiao You Ren. Berusaha mengatakan mengenai undangan yang diterimanya sore tadi. Sesuai dengan isi kontrak mereka, Xiao You Ren harus mengatakan kegiatannya.

Ekor mata Wang Xian Wei pun memperhatikan Xiao You Ren, membuat laki-laki itu agak risih dan berakhir memalingkan wajah dari panorama di luar jendela. Saling menatap ke kedalaman mata masing-masing.

"Wang Huanling mengajakku makan malam di hari sabtu untuk merayakannya," lanjutnya tenang.

Kerutan di kening Wang Xian Wei bertambah dalam, tatapan jatuh dengan keheranan yang cukup besar. Mengingat beberapa hari lalu ketika dia menegur kelalaian Wang Huanling, tampak jelas dari beberapa alasan karyawannya itu jika dia berusaha menyalahkan orang lain. Dan hari ini Xiao You Ren mengatakan mengenai undangan tersebut, Wang Xian Wei agak terkejut. Namun, cepat-cepat menampilkan kembali wajah dinginnya. "Pergi saja jika memang ingin."

Dengan cepat Xiao You Ren memberikan respon berupa anggukan kepala. Mencondongkan wajahnya ke depan, memberikan serangan langsung pada jantung Wang Xian Wei. "Sir, jika ada apa-apa, boleh aku menghubungimu dan meminta bantuan?" Xiao You Ren bertanya dengan lembut.

Sinar kekuningan dari pencahayaan ruangan itu menyiram wajah rupawan Xiao You Ren, menambahkan kecantikan yang tak pernah ditemukan Wang Xian Wei sebelumnya. Dengan kikuk dia mengangguk dan membuat senyuman di bibir Xiao You Ren semakin mengembang lebar. Tidak tahan dengan godaan terang-terangan seperti itu, gerakan tangan Wang Xian Wei dengan cepat menarik tengkuk laki-laki di hadapannya. Memberikan ciuman lembut yang perlahan kian menuntut dan menjadi sangat basah. Beruntung mereka berada dalam ruangan pribadi yang sangat tertutup.

Ketika intensitas ciuman itu semakin tinggi dan menghanyutkan, dering telepon dari saku celana Wang Xian Wei menengahi nafsunya yang mulai bangkit. Dengan enggan dia melepaskan tautan bibir mereka dan meraih ponselnya. Sebuah nama terpampang di layar ponsel, tanpa menunggu lama dia menghubungkan panggilan. Menyibukkan diri sekedar mendengar dan membalas perkataan dari sang penelepon, meskipun demikian matanya tak jarang mencuri pandang pada Xiao You Ren. Laki-laki itu menjilat bibirnya yang membengkak dan terlihat semakin merah. Sungguh membuat Wang Xian Wei merasakan siksaan birahi.

.

Di hari sabtu yang cukup cerah, Xiao You Ren mengumpulkan kekuatannya untuk bangkit dari atas tempat tidur. Apartemennya yang kecil seperti bertambah luas karena rasa sepi yang menyesakkan. Lie tidak tinggal bersamanya untuk beberapa hari, namun terasa sangat panjang.

Dua malam terakhir Wang Xian Wei selalu menyempatkan diri untuk menemuinya dan berakhir dengan malam panjang melelahkan. Ketika pagi tiba dan dia membuka mata, laki-laki itu sudah menghilang dari sisinya. Berat hati Xiao You Ren harus menerima perasaan itu, meskipun terkadang dia akan merasakan rasa sesak dan dingin karena tidak mengenakan sehelai kain pun.

Xiao You Ren bangkit dan mulai membawa dirinya menuju kamar mandi. Rasa perih di bagian belakang masih tersisa dengan jelas, bahkan punggungnya pun seperti dijepit oleh besi dan meninggalkan rasa sakit yang teramat banyak. Hal itu memaksanya untuk mengurangi pergerakan tak diperlukan.

Air dingin yang mengguyur ujung rambut hingga kakinya terasa menyegarkan dan memberikan efek menenangkan. Untuk sesaat Xiao You Ren melupakan rasa sakit yang mendera tubuhnya. Sensasi dingin yang menjalar itu seperti sudah berteman akrab dengan tubuhnya, begitu mudah baginya untuk mencuri kegelisahan Xiao You Ren. Keluar dari kamar mandi, Xiao You Ren segera mengenakan pakaian dan menerima notifikasi pesan masuk pada ponsel. Dia meraih benda itu dan membukanya.

[You Ren, tidak melupakan undanganku, kan?]

Wang Huanling tampak begitu gigih mengajaknya. Xiao You Ren membalas dengan jawaban, 'ya'. Kemudian memberikan pesan pada Wang Xian Wei tentang rencana malam nanti dan sebuah berita baik karena laki-laki itu tidak akan mampir ke apartemennya karena harus kembali pada kekasihnya.

Seperti hari kerja biasanya, Xiao You Ren datang ke kantor, melakukan pekerjaannya dengan baik, menyempatkan waktu untuk berbincang dengan Zhao Yuzi, lalu pulang. Hari ini dia kembali sedikit lebih awal untuk mempersiapkan diri sebelum berangkat ke tempat yang sudah disetujui olehnya dan Wang Huanling.

Mengendarai mobilnya dengan tenang karena jarak antara apartemen dan restoran tidaklah jauh. Tak sampai setengah jam, dia sudah tiba di restoran. Berdiam diri sebentar untuk mengirim pesan pada Wang Huanling mengenai keberadaanya.

[Huanling, aku sudah di depan restoran. Apa kamu ada di dalam?]

Xiao You Ren mengedarkan pandangan dan memerhatikan sekeliling sembari menanti jawaban atas pesannya. Keremangan malam tampak tidak menakutkan oleh ribuan lampu yang menerangi setiap bangunan juga sisi-sisi jalan. Sinar rembulan bahkan dikalahkan. Tak lama sebuah notifikasi pesan masuk terdengar dari ponsel.

[Ah, aku ada sedikit kendala, You Ren. Masuk saja lebih dulu dan pilihkan tempat duduk untuk kita, aku akan tiba segera. Maaf membuatmu menunggu.]

Membaca untaian kalimat itu, tidak bisa tidak membuat Xiao You Ren sedikit tergerak untuk keluar dari mobil dan memasuki gedung restoran. Memilih duduk di meja yang berjarak tak jauh dari pintu keluar dan menghadap langsung pada jendela.

Seorang pelayan menghampirinya dan bertanya, "Apa yang ingin Tuan pesan?" Pelayan itu menyodorkan buku menu pada Xiao You Ren dan menunjukkan beberapa menu andalan restoran tersebut.

Dengan ragu Xiao You Ren meraih buku tersebut, memilah-milah minuman yang ingin dipesan terlebih dulu sembari menanti kedatangan Wang Huanling. Pilihannya pun jatuh pada segelas ice tea. "Aku pesan ini dulu sambil menunggu seorang teman," paparnya pelan. Xiao You Ren enggan untuk melihat pada sosok pelayan itu bahkan senyum yang disunggingkan bibirnya pun sangat tipis, nyaris hilang.

"Baik, Tuan. Tunggu sebentar, pesanan Anda akan tiba," pelayan itu pergi setelah mengatakannya.

Pandangannya menatap lurus menembus dinding kaca. Dia mengeluarkan sebuah airpods dan memasang pada lubang telinga, menopang dagu, lalu terhanyut dalam lamunan. Alunan musik yang didengarnya hanya sebagai pengalih karena keengganan untuk terlibat dengan orang-orang di sekitar. Xiao You Ren hanya ingin acuh dan tak menggubris apa pun, membiarkan dirinya larut dalam kesendirian. Di detik berikutnya, pelayan yang lain datang dengan nampan dan memberikan pesanannya. Dia memperhatikan gelas minuman itu yang terlihat sangat menarik karena penampilan yang berbeda dengan di kedai-kedai jalanan. Xiao You Ren mulai memikirkan tentang hal itu dan membandingkan harga.

Kedua minuman itu sama, dibuat dari larutan gula dan teh kemudian ditambahkan beberapa kotak es batu, namun memiliki tampilan yang berbeda. Hanya karena perbedaan penampilan dan tempat, maka harga yang ditawarkan pun berbeda.

Tanpa sadar mulutnya bergumam, "Penampilan mempengaruhi nilai." Dia mengalihkan pandangan pada kaca dan menajamkan penglihatan pada pantulan dirinya sendiri. Kacamata bulat menutupi mata, juga pakaian yang sedikit tertutup dan tampak agak culun. Rambutnya sedikit berantakan. Helaan napas berat keluar dari mulutnya. "Tidak ada yang menarik, tapi ini lebih baik."

Xiao You Ren tidak perlu repot-repot membenci dirinya sendiri jika berpenampilan tidak menarik, justru sebaliknya, ada rasa benci ketika dia kembali pada gaya pakaian yang dulu. Meskipun terlihat modis dan menawan, tapi hal itu selalu mengundang masalah. Dia membencinya, selalu sangat membenci hal itu.

Terlalu larut dalam lamunan, dia tidak menyadari langkah kaki berat menuju ke arah mejanya. Semakin dekat dan semakin dekat lagi, hingga berhenti tepat di samping kursinya. Xiao You Ren melihat pantulan wajah orang itu dari kaca dan merasa begitu terkejut. Rasa benci juga rindu berbaur dalam lubuk hatinya dan Xiao You Ren hanya bergeming seperti membatu oleh sebuah sihir.