webnovel

Bab 1 Rumah

Lilin menyala di sebuah ruangan gelap menerangi ruangan tersebut dengan cahaya kekuningan, seorang lelaki yang tampak lesu menatap lilin yang menyala di atas sebuah cupcake. Dia menatap lilin itu dengan tatapannya yang kosong, dia menatapnya hingga lilin tersebut meleleh menutupi bagian atas kue tersebut, membuat icing dari kue yang seharusnya manis tertutup oleh lilin.

Ethan tidak pernah dapat melupakan apa yang terjadi beberapa tahun lalu, tepat di hari ulang tahunnya sebuah tragedi yang mengubah hidupnya.

Dia mengingatnya sangat jelas.

Dia masih mengingat perayaan ulang tahunnya hari itu, darah yang meledak seperti convetti, suara tembakan seperti terompet ulang tahunnya, dan hadiah untuknya adalah tubuh kaku keluarganya yang terkapar di lantai yang berlumuran darah keluarganya.

10 tahun lalu.

Ethan sedang bermain dengan Benson kakak laki-lakinya dan temannya Dimitri saat itu dia sedang bermain di taman bermain kejar-kejaran, hanya saja peraturan yang ditambahkan mata yang menjaga harus ditutup. Awalnya Ethan tidak setuju terutama hari itu udaranya sangat dingin karena musim gugur baru saja tetapi, menurutinya pada akhirnya.

Semua berjalan begitu saja, dimana semua bergantian menjadi yang menjaga. Tidak lama setelah bermain beberapa saat adiknya Miranda datang berlari ke arah mereka, Gadis kecil itu berlari dengan kakinya yang pendek dan rambutnya yang diikat berayun-ayun karena gerakan tersebut, "Kakak. Boleh aku ikut main dengan kalian?" tanyanya bersemangat. Tidak seperti biasa untuk Miranda ingin ikut bermain dengan mereka, biasanya dia selalu berada disebelah ibunya untuk membantunya membuat kue, karena itu kakak laki-lakinya Benson memperbolehkannya, "Boleh saja, tapi kau jangan menangis nantinya."

"Aku tidak pernah menangis!" jawab Miranda kesal.

"Oh ya? Kalau begitu yang kemarin menangis karena ketahuan mengompol siapa?" Ethan menggodanya.

Wajah Miranda merah karena rasa malu, "Itu kemarin. Aku sudah besar sekarang! HMMMP!!"

Benson dan Ethan tertawa melihat wajah Miranda yang seperti tomat rebus, "Sudah-sudah biarkan saja dia bermain jangan menggodanya lagi." Dimitri berkata kepada dua saudara, Miranda melihat Dimitri yang tenang wajahnya yang sebelumnya kesal menjadi sedikit malu-malu. Karena itu keempatnya sekarang bergiliran bermain sampai tiba giliran untuk Ethan berjaga.

Ethan mengikat kain berwarna biru tua ke matanya dan mengikatnya erat, dia berputar lima kali, putaran tersebut dihitung oleh saudara dan temannya dan segera mereka berlari. Ethan merentangkan tangannya untuk meraba-raba jika ada orang disekitarnya, hal yang dirasakan oleh jari-jarinya hanya udara dingin yang lewat. Dia berjalan di sekitar taman tersebut tapi taka da satupun yang ditemukannya, "Kakak? Mira? Mitri? Kenapa kalian sangat hebat bersembunyi?" tanyanya tetapi tidak ada jawaban yang menjawabnya.

"Eeee ada orang?" tidak ada jawaban lagi.

Ethan terus merentangkan tangannya, dia mulai merasa kedinginan karena udara dingin, dia merasa mungkin salju akan turun hari ini. Ethan berjalan begitu lama dan dia tidak mendengar seorangpun atau bahkan suara rumput kering yang terinjak dia menyerah karena kedinginan, "Aku menyerah, kalian ada dimana?" Ethan melepas ikatan di kepalanya hanya untuk melihat lahan kosong.

"…"

Dia ditinggalkan.

Ethan berjalan masuk ke rumahnya yang langsung menuju dapur disana dia melihat tiga orang yang dicarinya dari tadi sedang memakan kue dan minum coklat panas, dengan santai Benson melihat Ethan yang terlihat seperti seekor anak anjing yang terlantar bertemu dengan pemiliknya yang meninggalkannya. Benson melihatnya menahan senyumannya, "Ayo makan, aku akan memberimu pai coklat punyaku juga." Benson menarik kursi disebelahnya mengisyratkan adik lelakinya untuk duduk.

Miranda mengikuti kakak laki-lakinya dia juga menaruh pie coklatnya yang sudah digigit di atas piring Ethan, "Kau juga dapat memiliki punyaku."

seutas senyum terpampang di wajahnya yang sebelumnya masam, dia duduk bersama menikmati pai coklat itu dan mengembalikan bagian Miranda, "Kau dapat memakannya tidak perlu mencontoh kakak laki-laki kita ini."

Keempat anak tersebut mengobrol dan memakan kue yg dibuat oleh Nyonya Bridge, mereka memutuskan untuk tidak bermain keluar lagi karena udara yang semakin dingin

Waktu berlalu begitu saja hari sudah malam lagi saat mereka bermain, waktu sudah menunjukkan waktu untuk makan malam. Dimitri memakai mantelnya dan topinya bersiap untuk pulang dia berpamitan kepada nyonya Bridge, "Nyonya Bridge aku akan pulang sekarang, terimakasih untuk hari ini." nyonya Bridge yang sedang menyiapkan makan malam bertanya, "Secepat ini? Kau tidak ingin menetap untuk makan malam?"

"Tidak, hari ini aku harus segera pulang untuk membantu ibuku menjahit baju hari ini. besok aku akan datang untuk merayakan ulang tahunmu Ethan." jawabnya memakai syalnya.

"Baiklah, ngomong-ngomong ini untukmu." Nyonya Bridge memberinya kotak yang berisi bermacam-macam kue yang harum, "Terimakasih nyonya Bridge." Jawab Dimitri tersenyum, dia senang karena dapat memberikan kue tersebut kepada keluarganya, dia pergi meninggalkan rumah tersebut menaiki sepedanya.

Nyonya Bridge yang menaruh makanan di meja sehingga meja tersebut terlihat penuh, aroma dari kentang, daging, dan sayuran dapat tercium di seluruh rumah. Benson, Ethan, dan Miranda sudah duduk di kursi mereka untuk menyantap makan malam mereka. Tidak ada yang sabar saat mereka dihadapkan dengan makanan yang dimasak oleh ibunya. Sebuah kentang tumbuk yang halus dengan warna kekuningan terasa dapat masuk kedalam hanya dengan menyeruputnya, aroma susu yang harum dapat tercium dari hidangan tersebut, ditambah potongan parsley berwaarna hijau terang dan terlihat segar. Daging sapi panggang yang berwarna coklat keemasan, dihidangkan dengan potongan bawang, seledri, dan wortel membuat hidangan tersebut menjadi lebih berwarna, lemak dari daging tersebut merembes kebawah, sebuah saus berwarna kemerahan dituang diatasnya membuat lemak dan saus tersebut tercampur. Dan sebuah salad sayur yang berwarna terang dihidangkan, salad tersebut wanga dan sudah diberikan saus salad yang membuat salad tersebut bersinar dan memiliki bau yang lezat.

Disaat semua sudah mengambil bagiannya untuk ditaruh ke piringnya, pintu utama rumah tersebut terbuka, menunjukkan seorang lelaki berusia hampir empat puluh yang memegang sebuah koper masuk, dia memakai sebuah jaket beige yang mencapai kakinya, sebuah syal merah, dan sebuah topi yang serasi dengan jaketnya, dia memiliki ekspresi yang lembut, di matanya terlihat sedikit kelelahan tapi hilang begitu melihat anak dan istrinya. Begitu pria itu sampai Ethan dan Miranda berlari kepada pria tersebut untuk memeluknya mereka berseru, "Ayah!!"

Pria itu mengelus kepala putranya dan menggendong putrinya sebuah senyum terukir di wajahnya, "Kalian masih bersemangat apa kalian senang bermain seharian?"

"Senang, tapi aku ditinggal sendirian oleh kakak. Dia jahat."

Saat ethan mengatakan itu sudut matanya mengarah ke arah Benson yang menghindari tatapannya sambil meminum air dengan canggung, ayahnya hanya tersenyum melihat ketiga anaknya yang akur, "Ayo kita makan kalian pasti lapar kan?" ajak ayahnya menuntun kedua anaknya kembali ke meja makan untuk menikmati makan malam yang hangat.