webnovel

THE CEO's Obsession

Seorang CEO yang menjadi rebutan dua orang pelakor. Keduanya tidak mengetahui jika memiliki hubungan darah. Dua pelakor yang sama sama berjuang, hanya beda tujuan. Jika satu karena ingin memiliki dan memanfaatkannya tapi akhirnya jadi jatuh cinta pada si CEO. Maka satunya karena dendam tapi masih menyimpan erat cintanya pada sang CEO. Mungkinkah salah satu dari mereka mendapatkan cinta sang CEO? Atau justru keduanya harus gigit jari karena gagal mendapatkannya?

WongCaem · Urbano
Classificações insuficientes
5 Chs

Makanan untuk Basil

Nara sendiri tidak ada kegiatan di kampus untuk pagi ini, tapi tetap saja dia ingin ke kampus pagi-pagi sekali. Memberikan makanan yang dia masak sendiri untuk kekasihnya. Ah, dia menganggap Basil adalah kekasihnya padahal pria itu tidak pernah menyatakan perasaanya. Hanya mendekati dan suka saja tanpa ada ucapan cinta. Tapi, dasar Nara masih seperti anak-anak padahal umurnya sudah lebih Sembilan belas tahun. Dia tidak pernah pacaran, semua yang datang dia tolak tapi dengan Basil, seperti dia yang mengejar pria itu padahal dia tahu, bahwa pria itu tidak pernah menyatakan hal yang sebenarnya.

"Nara?" Panggil salah satu teman kostnya.

"Iya, kenapa Ten?" Juminten adalah salah satu teman kost Nara. "Kamu mau ke kampus toh? Emang kamu ada jam pagi?" Tanya Juminten.

Sebab walau tidak satu kelas mereka kan seangkatan, meski tidak satu jurusan. setidaknya sedikit banyak dia tahu jadwal Nara karena kadang ada mata kuliah yang sama dalam jurusan itu dan berbeda jam masuk.

"Enggak, mau nganterin ini sih aku. Sekalian aku mau ke perpustakaan wae" ujar Nara singkat.

"Itu apa?" Tanya Juminten. Juminten ini, dari Jawa juga. Dia orang Solo, yang kuliah sama dengan Nara berbeda jurusan saja.

"Oh, bekal" jawab Nara nyengir.

"Buat siapa?" Tanya Juminten, penasaran sekali sih si Juminten ini.

"Buat mas Basil toh Ten. Kan cem-ceman-nya aku toh" jawab Nara tersenyum puas.

"Loe, emang kalian udah jadian toh?" Tanya Juminten lagi.

"Jadian itu opo si Ten?" Polos sekali emang Nara ini. Bagaimana bisa dia bilang cem-ceman-nya kalau jadian saja bahkan dia tidak tahu? Astaga, Juminten menepu jidatnya keras, hingga ia meringis sendiri.

"Lha, kamu bilang mas Basil itu cem-ceman-nya kamu? Kapan jadiannya?" Tanya Juminten lagi, "jadian itu pacaran yang sesungguhnya lho Nara, dia ada nembak kamu ora?" Lanjut Juminten lagi.

"Itu sejenis opo toh Ten? Aku orang mudeng," ucap Nara.

"Itu lho, kaya ungkapan dia yang mau kamu jadi pacarnya" jawab Juminten "kalau itu enggak ada berarti ya kamu enggak jadian sama dia toh" jelas Juminten lagi.

"Tapi, beneran kok Ten kita emang cem-ceman kan dia suka manggil adik, sama aku" jawab Nara polos.

"Lho, anak tukang bakso depan juga yang cewek itu, masih SD kan juga adek. Adek-adekan dia bisa jadi" jelas Juminten kesal. Nara itu lho, kok polosnya kebangetan batinnya.

"Tapi, dia ya memang sayang sama aku toh Ten. Kamu jangan sirik toh" ujar Nara tidak mau kalah.

Juminten yang lelah menasehati Nara pun hanya mendengkus saja. Dia udah capek, Nara itu anatara naif dan polos banget. Tapi, ya kok kebangetan banget sih. Auto tepuk jidat lagi dong Juminten.

"Ya wes, serah kamu ajalah Ra. Aku wes capek banget" kaya Juminten dan berlalu dari hadapan Nara. Mending dia tidur aja, jadwal kuliahnya jam sepuluh pagi. Masih lama.

Nara yang melihat Juminten uring-uringan karena dia bantah terus ya menggumam kecil, "wong dia yang gak punya cem-ceman kok ya aku yang disemprot sih? Aneh, itu Juminten."

....

Nara sampai di kampus, tidak jauh dari kost. Tapi dia ingin datang cepat, agar bisa memberikan bekal kepada Mas Basil nya. Dia pasti, pikir Nara. Kan masih pagi, belum ada orang di kampus, palingan satu-dua orang saja.

Sedang itu, di sebuah ruangan, lelaki dan wanita sedang bercumbu kebetulan masih pagi. Tidak ada yang tahu dan berpikiran bahwa ruangan ini, biasa dipakai untuk melakukan hal terlarang. Di sebuah ruangan antara fakultas Basil dan kelas dari jurusan lain. Ruangan itu, di tengah dekat toilet. Tidak ada yang berani sebenarnya memasuki ruangan itu. Hanya Basil seorang. Karena, dia bisa melihat apa yang orang lain tak lihat. Tapi, itulah dia kadang kemampuan itu digunakan untuk hal seperti ini, contohnya. Yang kena bukan Basil tapi, beberapa wanita yang bersenggama dengannya. Tapi, begitu pun masih juga ada yang mau jadi kekasih seorang Basil, bahkan simpanan.

"Cepat, beb!" Ujar si wanita. Tapi, Basil dia ingin berlama-lama. Sebab dia tidak ingin memasuki wanita ini, ia hanya akan bermain sebentar. Tidak ada yang tahu, bahwa dari tadi ada sosok, yang melihat dari balik lemari kosong. Hanya Basil yang tahu bahwa sosok itu, menelan ludah melihat pemandangan itu. Dasar, hantu cabul pikir Basil mengeluarkan smirknya.

"Cepetan beb!!!" Terima wanita itu, dia sudah tidak tahan, tapi Basil asik bermain sendiri.

"Sabar aja, santai kaya di pantai" ujar Basil.

Sedang Nara masih mencari Basil ke fakultasnya. Memang nekat benar si Nara ini, cinta sudah membutakan segalanya.

"Aku udah keluar, kamu gimana?" Tanya si wanita itu.

"Keluar apaan, lu kebanyakan ngayal ya, makanya jangan terlalu sering nonton bokep, gini dah jadinya, ngaco lu …" umpat Basil pada gadis itu.

"Tidak usah, tunggu aku nanti malam. Berikan alamatmu," Basil menyodorkan handphonenya.

Si wanita tanpa pikir panjang langsung saja menyambar ponsel Basil dan menuliskan alamat serta nomor ponselnya di memo Basil, dan mengecup tulang rahang Basil. Ketika dia akan memulai lagi, tiba-tiba suara seorang wanita dari luar memanggil Basil.

"Mas Basil?" Panggil Nara.

"Siapa sih?" Tanya wanita tadi, dengan rambut ikal berwarna emas dia mengibaskan rambutnya mengenai wajah Basil.

"Ah, kamu keluar dulu dari pintu sana!" Suruh Basil, "dia siapa kamu? Anak baru itu kan? Dia mahasiswi baru itu?" Tanya wanita tadi, yang bernama Ashley.

Basil hanya mengangguk, "tenang sayang, itu hanya mainan ku saja" ujar Basil. Dia mengecup kembali wanita tadi.

Nara masih saja memanggil dari luar, hingga suaranya hampir menjauh dia dipanggil Basil yang baru keluar dari ruangan kosong tersebut.

"Nara," katanya

"Mas Basil, dari mana?" Tanya Nara senang, sampai senyum semer mesem banget.

"Oh, ada pekerjaan tadi. Kamu tahu jadwal saya?" Tanya Basil lagi, melihat Nara mengangguk, Basil pun tahu bahwa Nara sudah kena perangkapnya.

"Ia mas, kan Mas Basil pernah kasih tahu aku, kalau jadwalnya ada lagi ini." Jawab Nara,

"Lalu kamu bawa apaan?" Tanya Basil lagi,

"Ini mas" Nara menyodorkan rantang makanan untuk Basil.

"Aku, masak sendiri tadi. Aku tau mas Basil pasti belum makan" ujar Nara lagi.

"Oh, iya kamu tahu saja. Kan anak kost harus ngotot Nara" ujar Basil memberikan balasan. Agar terlihat dikasihani sekali.

"Iya, makanya aku bawa bekal buat kamu mas" jawabnya jujur. Tapi, ketika akan memberikan rantang makanan itu, Nara melihat ada yang aneh dari bibir Basil. Basah, dan merah.

"Mas, bibirnya kenapa?" Tanya Nara, ketika dia akan memegang Basil mengentikan dengan memegang tangan kanan Nara. "Ah, ini basah tadi aku minum. Botol teman, kali aja ada bekas lipstik nya" ujar Basil. Yang bodohnya hanya diangguki Nara. Basil hanya tersenyum melihat kepolosan Nara.

"Kamu cantik banget" ujar Basil, menunjukkan Nara agar melupakan perkataanya tadi tentang lipstik Ashley yang lengket di bibirnya. Dasar, wanita murahan bedak setebal tepung terigu, lipstik aja lima inchi rutuk Basil dalam hati.