webnovel

The Black Masquerade

Bertemu denganmu mungkin suatu anugrah dan misteri bagiku. Anugrah telah menemukan cinta dan Misteri untuk tahu siapa di balik topeng hitam itu. Ciuman di pesta topeng itu. Telah menjerumuskanku akan penuh teka-tekimu. The Black Masquerade

AmeliaChaerunisa · Fantasia
Classificações insuficientes
2 Chs

P R O L O G

Bibir yang lembut.

Mata setajam elang.

Rambut hitam.

Pesta.

Tumpuhan wine.

Dansa.

Parfum yang menggairahkan.

Dekapan panas.

Dan jantung yang berdebar.

Apa ini yang dinamakan ciuman yang begitu menggoda. Membuatku hilang kendali dalam dekapannya yang panas bergairah.

Pria ini menciumku dengan lembut namun menuntut. Tangan halus dan lembutnya ini menyentuh punggungku membuat jutaan listrik mengalir dan membuat tubuhku semakin mendekat kearahnya.

Pria ini bahkan sempat-sempatnya tersenyum disela aktivitasnya yang menggebu membuat bibirku bengkak.

Pria ini membuatku gila, dan semakin gila ketika bibirnya telah berpindah ke telinga dan mengigitnya. "Kau sangat manis. Dan aku ingin memakanmu saat ini juga."

Suaranya sangat dalam sedalam lautan. Hingga aku rela tenggelam kedalamnya.

Tubuhku merespon dengan baik ucapan itu. Dia tersenyum manis. Aku melihat semuanya, bagaimana dia tersenyum, menatapku penuh puja, dan bibir yang menggoda. Bolehkan aku yang memimpin sekarang? Aku ingin memakannya juga.

Aku membalikan keadaan. Dengan cepat aku mendorongnya ke dinding dan giliran aku yang mengukungnya. "Dan kau sangat panas, Tuan bertopeng hitam."

"Kau sangat cantik tanpa topeng putih ini." Tanganya mengangkat topeng putih yang aku pakai.

"Kapan kau melepasnya?" Tanyaku. Aku terkejut, topeng yang aku pakai dalam mask party ini telah berpindah tangan. Dan bahkan topeng itu tampak serasi ketika berada dalam genggamannya.

Pria ini memutar tubuhku hingga aku terjebak antara dinding dan tubuhnya yang mengeluarkan aroma jantan.

Tangannya bahkan memeluk pinggangku untuk lebih mendekat ke tubuhnya. Ah, pria ini sangat berbahaya.

"Kapan aku melepasnya?" Pria ini bahkan terkekeh. "Ketika kita berciuman, sayang." Sudah, kakiku sudah lemas dibuatnya. Mungkin saat ini wajahnya sudah memerah.

Pria ini menciumku lagi dengan menggebu. Seakan tidak ada hari besok. Yang aku lakukan hanya memejamkan mata menikmatinya.

Menikmati hingga kejadian ini membuat ku sadar. Bahwa aku dalam bahaya besar.