Ericka, "Haaaaaahhhhhhh... kak Eli menurutmu para cowok tu kek gimana? Kalo menurutku otak mereka tu cuman isinya cuman bermain main saja dan suka bermalas malasan, kenapa selalu saja kita yang mengerjakan tugas merawat gereja?", "Ahahahaha, karena memang begitulah sifat laki laki saat mereka kecil tapi saat mereka sudah besar kamu akan tahu perbedaan tanggung jawabnya, semoga jawabanku membantumu~".
Ericka dan Eli lanjut membersihkan halaman depan gereja, seketika itu pula para anak laki laki pulang dengan membawa ember penuh air.
Maas, "Akhirnyaaaa.... *huft *huft *huft *huft. Kami su-sudah *huft mengam- *huft bil air dari sungaaaaiiiiii...", Eli "kerja bagus Maas dan kalian semua".
Bianka pun datang dari hutan setelah memburu beberapa kelinci.
Bianka, "Halo semuaa~~~ Halo kak Eli, kita dapat 8 ekor kelinci dari jebakan yang kita pasang tadi", Siska "Hari ini mungkin hari keberuntungan kita, kita mungkin bisa memasak sup kelinci dan kenapa kalian seperti orang yang bekerja paling keras diantara kita? kalian hanya mengambil air dari sungai apa susahnya?", Maas "DIAM KAU!! *huft *huft apa kau tidak bisa melihat seberapa jauh sungainya??", Eli "Sudah sudah kalian jangan bertengkar, hmmm bagaimana kalau kita memasak sup kelinci? kita juga punya air dari hasil kerja keras anak laki laki." Siska "Ya mungkin kak Eli ada benarnya, kalau begitu mari masak."
Suster Rika, Taya dan Marin membantu anak perempuan dalam memasak. Anak laki laki mempersiapkan dan membersihkan meja yang akan digunakan untuk makan.
semuanya berdoa dengan arahan Pastur Yoseph, "Tuhan dari segala pencipta, Tuhan yang selalu memberi kenikmatan, Tuhan yang selalu memberi perlindungan. Kami ucapkan berterimakasih terhadap nikmat yang kau berikan yaitu berupa sebuah makanan, tanpa engkau kami hanyalah domba tersesat yang tidak bisa melakukan apa apa. Amen"
"...."
"....."
".........."
Malam pun tiba, malam yang sunyi dan tenang itu membangunkan Thili dari tidurnya. Ia ingin pergi kekamar mandi seketika itu ia mendengar suara kakak tirinya yang sedang berbicara dengan suster Rika. Setelah beberapa saat mereka pun berdebat sehingga membuat suster Rika penuh amarah. Amarah itu memuncak membuat suster Rika munusuk kak Eli dengan sebuah jarum suntik, namun tindakannya dihalangi oleh Thili yang segera mendorong kak Eli.
Jarum suntik yang berisi sebuah cairan menusuk leher Thili, ia pun merasakan kesakitan luar biasa yang bahkan tidak bisa membuat air matanya berhenti mengalir. Kak Eli yang didorong oleh Thili menabrak meja sehingga menumpahkan cairan ke wajahnya.
Rika "THIILLIIII!!!!!!!! KAU BAJINGAN KECIL, KENAPA TIDAK ADA SATUPUN YANG BERJALAN SESUAI APA YANG DIINGINKANYA!!"
Thili dan Kak Eli hanya bisa merintih kesakitan yang dialaminya. Suster Taya seketika datang dan membuat mereka semua tertidur dengan sebuah sihir seketika menghentikan kegaduhan yang terjadi.
"..."
"......"
"........."
Malam pun kembali sunyi, tenang, dan gelap....
Bersambung....