webnovel

BACON ROLLS AND HADDIE TABLE TALK

Pagi hari pukul delapan, Alicia membuka kelopak matanya yang masih berat. Dilihat sekitarnya, dia kembali menemukan diri di kamarnya, entah bagaimana caranya. Sembari menangkap daya yang sepertinya melayang di langit-langit, Alicia mencoba mengingat kembali apa yang terjadi semalam itu.

Ketiga serangkai berada di alun-alun malam itu, terjebak dalam pertarungan melawan penyihir hitam. Alicia ingat ketika kedua temannya sudah ambruk dan dia hampir menelan esensi gelap pekat yang akan membakar dan mengurai dirinya habis. Lalu dia mulai mengingat momen penglihatannya silau dan nanar. Entah bagaimana dirinya yang setengah sadar pasrah untuk mengalirkan fokusnya ke Orb, yang mengikis kekuatan sihir hitam dari tubuh penyihir tersebut, menyebabkan penyihir tersebut mengacir.

Buaian suara merdu elok mengalun di telinga Alicia. 𝘗𝘢𝘨𝘪, 𝘈𝘭𝘪𝘤𝘪𝘢! 𝘈𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘦𝘯𝘨𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘢𝘥𝘢𝘳! Begitulah arti alunan itu di telinganya. Orb rupanya tergeletak di meja, seperti semalam sebelumnya.

"Oh, kau disitu rupanya. pagi untukmu juga, Orb," ucap Alicia lembut. Alicia melihat pakaiannya. Baju kaos putih lengan pendek leher lebar berukuran besar dengan gambar band favoritnya, The Gremalkins serta celana pendek hitam. Kini setidaknya dia tidak perlu was-was lagi siapa yang mengganti pakaiannya.

Alicia kemudian teringat sesuatu, "Teman-temanku! Bagaimana keadaan mereka sampai bisa mengantarku sejauh ini sesudah pertandingan semalam?"

Orb hanya memberikan lantunan, 𝘛𝘦𝘮𝘢𝘯𝘮𝘶 𝘬𝘦𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘵𝘪, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘢𝘪𝘬-𝘣𝘢𝘪𝘬 𝘴𝘢𝘫𝘢.

Alicia segera beranjak namun sakit dan pegal menerjang sekujur tubuhnya. Alicia hanya bisa mengerang, rasanya seperti nyeri otot akibat melakukan berbagai jenis olahraga beban selama dua jam penuh. Alicia mengambil Orb dan mencoba berjalan pelan sambil tertatih-tatih.

Saat menyusuri lorong, Alicia mendengar dengkuran di kamar Leith, adiknya. Ia mencoba membuka pintu yang seperempat terbuka dengan pelan, dan menemukan Gilmore tidur serampangan di kasur adiknya. Memang rasanya kurang ajar seorang tamu tidur di sembarang kamar, tapi mengingat apa yang telah dilalui kemarin malam, Alicia tidak mau mengganggunya memulihkan diri di kamar Leith.

Karena tidak melihat Nadine di kamar sang adik, Alicia mencoba memeriksa kamar tamu tepat di seberangnya. Dan benar saja, Nadine sedang tidur membelakangi pintu di kamar tamu. Setidaknya Nadine lebih beradab. Tapi yah, jika semua temannya beradab, rasanya hidup Alicia mungkin akan terkesan stagnan dan membosankan.

"Sepertinya aku yang harus menyiapkan sarapan," kata Alicia.

Orb merespon, 𝘗𝘳𝘰𝘵𝘦𝘪𝘯! 𝘗𝘳𝘰𝘵𝘦𝘪𝘯! 𝘏𝘪𝘥𝘢𝘯𝘨𝘬𝘢𝘯 𝘱𝘳𝘰𝘵𝘦𝘪𝘯! 𝘗𝘳𝘰𝘵𝘦𝘪𝘯 𝘣𝘢𝘨𝘶𝘴 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘱𝘦𝘮𝘶𝘭𝘪𝘩𝘢𝘯 𝘵𝘶𝘣𝘶𝘩!

"Protein, ya? Kamu terdengar seperti Gilmore saja," Alicia tersenyum kecil. "Tapi benar juga. Protein membantu pemulihan otot yang rusak akibat kejadian kemarin. Baiklah kita lihat ada apa di dapur."

Alicia memeriksa bahan-bahan di kulkas. Dia terpikir untuk membuat gulungan bacon isi keju dan telur orak-arik, hidangan sarapan andalannya yang sangat disukai oleh para laki-laki di keluarganya. 𝘍𝘪𝘯𝘯𝘢𝘯 𝘏𝘢𝘥𝘥𝘪𝘦—Ikan haddock yang diasap—sepertinya juga pendamping yang enak. Alicia mengeluarkan bahan-bahan tersebut, dan saat dirinya bersiap untuk memasak, bel pintu berkumandang dari ruang tamu. Alicia meraih pintu depan dengan langkahnya terhuyung-huyung nan nyeri.

Ketika pintu dibukakan, tampaklah di hadapannya seorang perempuan lanjut usia dengan sweater ungu violet dan rok panjang kelabu bercorak. Rambutnya keriting kembang putih. Alicia melihat sosok akrab yang sering mengasuhnya waktu masih belia, dan sampai sekarang pun terkadang masih menyempatkan diri untuk menengok Alicia dan Leith.

"Bibi Mandy?" Alicia memasang ekspresi hangat kepada tetangganya.

"Alicia! Hai, selamat pagi …. Tunggu dulu!" Bibi Mandy, yang awalnya membalas sambutan hangatnya melihat muka dan tubuh sang gadis secara seksama. "Alicia! Ada apa denganmu?" tunjuk Bibi Mandy ke arah luka di kepala Alicia yang ditempel plester medis beserta beberapa bekas luka dan lebaman lain di badan. "Kenapa tubuhmu banyak luka? Siapa yang menganiaya kamu sebegitunya? Ayo kita lapor pelindung sipil!" Bibi Mandy menggenggam tangan Alicia. "Kau tidak perlu takut, laporkan semuanya ke pelindung sipil, Anak jaman sekarang sudah tidak lagi menghargai perempuan! Bisa-bisa kasus Esmer Philo terulang lagi!"

Alicia kaget melihat reaksi berlebihan Bibi Mandy mencoba melepaskan genggamannya. "Bibi! Hentikan! Aku tidak dianiaya siapapun!"—𝘠𝘢, 𝘥𝘪𝘢𝘯𝘪𝘢𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘩, 𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘱𝘦𝘯𝘺𝘪𝘩𝘪𝘳, 𝘣𝘶𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘪𝘭𝘦𝘤𝘦𝘩𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘵𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘮𝘢𝘤𝘢𝘮𝘯𝘺𝘢—"A-aku … tersandung dan terguling jatuh saat belajar berburu babi hutan dan mencari beri liar di hutan bersama Nadine dan Gilmore." Alicia terpaksa berdusta sekalipun alasannya terkesan tak masuk akal.

"Kamu? Berburu babi hutan?"

"I-iya."

"Kenapa kamu mau belajar berburu babi, Alicia? Kamu itu perempuan—perempuan bangsawan! kamu tidak seperti mereka berdua yang punya orang tua tentara dan dididik demikian. Tidak sepatutnya kamu pergi berburu," ujar Bibi Mindy dengan pola pikir orang tuanya yang masih agak kolot.

"Ah …. Kau tahu, Bibi Mandy. Sekedar mengisi libur musim panas." Alicia mengeluarkan gelak kecil yang dipaksakan.

Bibi Mandy hanya mendesah, "Aduh, kamu ini, bukannya mencari universitas untuk ke depannya."

Beliau langsung masuk begitu saja ke rumah Alicia. Sudah menjadi kebiasaan orang tua itu untuk masuk ke rumahnya demikian, dan satu keluarga sama sekali tidak keberatan.

"Sepi sekali rumahmu. Papa dan Leith kemana? Leith sudah pulang kan?" tanya Bibi Mandy.

"Mereka pergi ke Eidyn. Acara 'keluarga'."

"Oh," Bibi Mandy tertegun tanda mengerti. "Pantas saja. Bibi kesini ingin mengecek keadaan kalian. Kamu tau insiden tragis kemarin malam?"

"Ya, aku tahu. Peristiwa yang … mengerikan."

"Sungguh amat mengerikan! Oh, Nancy yang malang! Kenapa ada orang yang tega berbuat begitu kepada peri seperti mendiang! Semoga Kesunyian Ilahi menyambutnya dalam Ketenangan Abadi. Kamu harus segera memberi tahu Papa dan Leith! Dan kamu juga harus ekstra hati-hati, terutama karena kamu tidak punya sihir untuk membela diri! Rumornya para pengguna sihir hitam mulai bermunculan di Trinketshore. Kota kecil tua yang tenang ini malah makin tidak mengenakkan. Dari kasus pembunuhan Esmer Philo, sekarang Trinketshore jadi medang perang sihir ...."

𝘉𝘭𝘢 𝘣𝘭𝘢 𝘣𝘭𝘢. Begitulah Bibi Mandy yang terus mengoceh dan menasihati Alicia setiap waktu. Sedangkan Alicia dengan penuh sabar hanya menjawab, "Ya, tentu saja. Siap, Bibi Mandy tercinta!" dan lain-lain. Untuk seseorang yang mempunyai sedikit orang yang perhatian kepadanya, Alicia justru mendapatkan kehangatan dari sosok cerewet yang sudah seperti figur nenek baginya. Dan Bibi Mandy ada benarnya. Trinketshore sekarang malah ikut kacau balau seperti kota-kota lain.

"Kamu mau buat sarapan? Banyak sekali."

"Aku mau buat bacon gulung dan haddie. Gilmore dan Nadine sedang menginap dan tidur di atas."

"Oh, ya sudah. Kamu duduk saja. Biar Bibi yang masak."

"Bibi! Jangan repot-repot begitu!"

"Omong kosong! Jalanmu saja sudah pincang begitu. Tonton saja sesuatu di telemedia dan istirahatkan badanmu."

Bibi Mandy tidak bisa diajak kompromi untuk masalah seperti itu. Alicia mengalah dan berjalan menuju sofa.

"Oh, dan itu, bola sihir aneh itu." Bibi Mandy melirik Orb tersimpan di meja dapur. "Jangan simpan peralatan sihir ayahmu sembarangan. Kamu kan bukan penyihir. Nanti barang itu kenapa-kenapa bagaimana?"

Mata Alicia jelalatan. Tenggorokannya hampir tersedak panik. 𝘈𝘥𝘶𝘩, 𝘣𝘰𝘥𝘰𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶! 𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘮𝘱𝘢𝘯 𝘖𝘳𝘣 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘵𝘶? Untungnya Bibi Mandy tidak tahu apa-apa soal tabiat asli Orb yang gemilang. Alicia cepat-cepat mengambil bole biru tersebut dan menyimpannya di kamar.

Tidak lama kemudian, dengan tangan perempuan lanjut usia yang ulet dan cekatan itu, semua masakan sudah siap dihidangkan. Pada saat yang hampir bersamaan kedua sahabat Alicia mendapati jiwanya kembali ke dunia fana dan menuruni tangga, mencium bau hidangan surgawi yang menggoda mereka ke dunia lain.

"Hoamm …." Gilmore yang pertama turun. "Pagi Alicia, kau membuat sarapan? Oh tunggu dulu, itu Bibi Mandy! Halo, Bibi Mandy!"

"Kalian! Kalian benar-benar menangkap babi hutan atau habis tawuran?"

"Babi hutan? Apa maksudnya …." Gilmore melirik perangai aneh Alicia, memintanya ikut serta bermain peran.

"Oh, ya, Babi hutan! Babi hutan kemarin sangat ganas! Aku bahkan mengira babi hutan itu adalah mahluk sihir!"

"Entah kami sedang menangkap babi hutan atau sedang bergelut dengan beruang," Nadine turut menyusuri tangga. Baik Nadine dan Gilmore sama-sama berjalan tidak normal seperti orang timpang. "Pagi, Alicia. Pagi, Bibi Mandy. Minggir, Gilmore."

Bibi Mandy hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan ketiga remaja tersebut. Beliau lalu menghidangkan makanan dan jus jeruk dalam kendi kaca di meja, lalu berkata, "Ya sudah, ini makanlah."

Gilmore yang berbinar "terbang" mendekati gulungan bacon dan ikan asap.

"Wow! Bibi yang terbaik! Terima kasih banyak!"

"Alicia, ada hal lain yang kau butuhkan?" tanya Bibi Mandy

"Ah, tidak-tidak. Bibi tidak perlu repot-repot. Sisanya biar aku yang atur! Bibi sudah membantu banyak," jawab Alicia tersipu.

"Padahal aku hanya memasak saja," ujar beliau. "Baiklah, aku akan kembali ke rumah. Kalau ada apa-apa beritahu aku. Teruntuk Nadine dan Gilmore! Tidak ada berburu ke hutan hari ini, apalagi mengajak Alicia! Situasi sedang genting, sihir hitam sudah masuk kota lagi sejak Perang Akbar."

"Aye aye, kapten!" jawab Gilmore dengan mulut penuh makanan karena curi giliran duluan. Setelah ketiganya mengucapkan terima kasih ke Bibi Mandy, mereka melanjutkan sarapan. Suasana di ruangan tersebut seketika menjadi senyap dan canggung. Gilmore yang tidak tahan dengan situasi tersebut mencoba memulai percakapan.

"Kemarin sangat menegangkan," katanya.

"Yah, benar-benar menegangkan," jawab Nadine.

Alicia sepertinya masih malu-malu untuk bergabung ke percakapan.

"Untung saja penyihir itu kabur, kita masih selamat," lanjut Nadine.

"Ya, mengenai itu! Aku tidak percaya apa yang aku lihat kemarin malam. Kekuatan Orb benar-benar menggerogoti penyihir itu seperti diselimuti ribuan belut listrik, benar-benar apik! Kerja bagus, Alicia!"

"Ti-tidak. Itu bukan apa-apa. Tidak perlu menyanjungku," jawab Alicia yang masih diselimuti rasa tidak enak.

Nadine mencoba membujuk Alicia, katanya, "Ada apa dengan wajah murungmu itu?"

"Aku …." Alicia mendesah. "Aku berutang permintaan maaf kepada kalian. Entah kenapa sejak aku memiliki Orb, aku merasa bertindak nekat tanpa pikir panjang. Harusnya aku lebih mendengarkan kalian, tapi aku malah menarik kalian ke dalam kekacauan yang kubuat. Sekarang lihat kita, kalian bisa saja terbunuh malam itu. Aku … bisa saja terbunuh."

Suasana kembali hening untuk sesaat.

"Hmm. Alicia melakukan sesuatu tanpa mikir memang tidak biasa, sih." Gilmore kembali melahap ikan asapnya.

Nadine pun ikut menghela napas. "Well, bisa dibilang kita juga selamat karena kamu, tidak perlu merasa buruk." Nadine memeluk pundak Alicia. "Lagian, kita memilih untuk terlibat juga. Sama seperti saat sekolah dulu, ketika kamu melempar batu ke salah satu murid angkatan atas saat mereka mengeroyoki Gilmore. Kamu berhasil membuatnya gegar otak, dan kamu diskors! Dasar Anak Nakal!"

"Oh, oh! Atau ingatkah kalian ketika Alicia melempar balon berisi kotoran ke gadis atlit sekolah yang mepermalukan Nadine saat pertandingan, sampai-sampai sang gadis menyikut lambung Alicia dan Alicia terkapar di klinik seharian!"

"Sialan! Itu kan idemu Gilmore, sampai bikin Alicia masuk rumah sakit!"

"Ide bersama," Gilmore menepis dengan sok. "Aku dan Alicia sama-sama ambil andil dalam pembalasan dendam tersebut."

Muka Alicia tersipu merona. "Kawan-kawan, kita sedang makan."

"Yang penting Alicia, kamu mungkin kemarin tidak seperti biasanya, mengambil keputusan bodoh seperti itu. Tapi, yah, mau bagaimana lagi. Masalahnya jika kita tidak menghadapinya, toh tidak ada yang akan datang," ungkap Nadine. "Lagipula malam itu pertama kalinya aku melihatmu dengan bebalnya ingin melakukan sesuatu, walau takut setengah mati dan nyawa taruhannya."

Gilmore melanjutkan, "Ya setidaknya kau lebih bersemangat dari sejak kita berkenalan, tidak terlihat setengah hampa seperti yang sudah-sudah. Kau benar-benar punya tujuan hidup berkat Orb."

Alicia memberikan reaksi kaget ketika mendengar pernyataan tersebut. "Hah? Kalian selama ini melihatku begitu?"

"Lah, emangnya kau tidak merasa begitu?"

Alicia mendesah lagi sambil menunduk. "Merasa, sih." Namun sang gadis kembali tersenyum kecil tulus. Walaupun bersahabat sejak belia, Alicia masih belum percaya ia masih memiliki sahabat karib maha perhatian. Serasa kehadiran dua insan seperti mereka cukup untuk bertahan mengarungi amukan badai kehidupan.

"Tapi tentu saja, kejadian seperti itu tidak boleh terjadi lagi." perangai Nadine yang tegas membuat imajinasi Alicia buyar. "Bidikanmu payah, kuda-kudamu tidak jelas, gerakanmu mudah ditebak dan seranganmu bahkan sempat melemah seakan-akan seperti terkena hembusan angin sepoi-sepoi!"

Alicia hanya menyengir malu semakin lebar saat Nadine menyebut kekurangannya satu per satu.

"YA! Itu dia! Kau sama sekali belum berpengalaman bertarung! Baiklah sudah diputuskan, habis ini …."—Gilmore meneguk habis segelas sari jeruk dingin itu lalu melanjutkan perkataanya.—"Habis ini persiapkan dirimu, kita akan berlatih untuk memperbaiki caramu bertarung!" []