"Bergabung bersama kami? Kau pasti sedang bercanda," ulang Ryan tidak percaya.
Menurut pandangannya, Walther adalah orang asing aneh dan dia tidak ingin orang asing itu masuk ke dalam kelompok mereka.
Siapa tahu kapan dia akan menghianatinya?
Dia melihat kepada Anne untuk menunjukkan rasa protesnya.
Anne menggelengkan kepalanya pelan, dia sepertinya memiliki pendapat lain.
"Sebenarnya aku setuju memasukkanmu ke dalam kelompok, kau terlihat muda dan penuh semangat, tapi aku tidak tahu bagaimana pendapat anggota lainnya."
Mendengar Anne berkata seperti itu membuat Ryan semakin geram, jadi dia juga mengutarakan ketidaksetujuannya,
"Anne, apa yang kau bicarakan? Apa kau akan memasukannya? Kita sudah memiliki terlalu banyak orang untuk diberi makan, aku menolak."
"Maaf Ryan, kita tidak bisa mengambil keputusan berdasarkan opinimu saja, kita harus menentukannya berdasarkan persetujuan dari setiap orang."
Anne lalu berbicara kepada orang lain yang masih berada di dalam mobil,
"Bagaimana dengan kalian? Apa kita akan menerima pemuda ini? Aku sih setuju."
Sopir mobil antik itu berjalan keluar dari mobil, dia adalah pria tua berkepala botak, di mulutnya terdapat cerutu yang masih menyala. Lalu dari pintu samping keluar seorang remaja laki - laki pendek dengan kulit berwarna hitam.
Beberapa saat kemudian, salah satu kaca mobil itu terbuka dan memperlihatkan seorang perempuan berambut pirang yang memakai kaca mata tebal.
"Aku setuju, di pangkalan sudah terlalu banyak orang tua sepertiku, kita kekurangan anak muda seperti dia," kata pria tua itu tersenyum kepada Walther
Dari pandangan Walther, pria tua itu memiliki wajah yang penuh curiga seperti Ryan, malah dia sepertinya sudah menyambut Walther ke dalam kelompok.
"Paman Lan sudah setuju, ayo bagaimana denganmu Marco? Linda?" kata Anne sambil menghadap pada remaja berkulit gelap yang sedang berdiri sambil memegang sebuah busur silang di bahunya.
"Yo, aku juga setuju. Karena dia terlihat seumuranku mungkin kita nanti dapat berteman dengan baik, lagipula kita juga butuh tenaga di pangkalan," kata Marco senang.
"A .. aku j-juga setuju," kata Linda mencoba sembunyi ketika Walther meliriknya.
Mengetahui bahwa yang lainnya setuju, Ryan berbicara dengan bingung,
"Tunggu, apa kalian yakin? Lihat saja matanya, aku yakin dia pasti memiliki beberapa hubungan dengan zombie, selain itu bukankah aneh bila dia sendirian di padang gurun ini?"
Anne sudah mulai tidak bisa menahan kesabarannya, dia melotot pada Ryan seraya berbicara tegas,
"Cukup, Ryan! Empat lawan satu, kita semua sudah setuju bahwa Walther akan ikut bersama kita ke benteng."
"Aku tidak tahu menahu bila nanti kita terlibat masalah," decak Ryan kesal sambil masuk ke dalam mobil.
Walther yang sedari tadi hanya memerhatikan pun mulai angkat suara,
"Jadi bagaimana?"
"Kita semua menerimamu ke dalam kelompok, selamat datang Walther. Ngomong kau belum kuperkenalkan pada mereka ya?"
"Ini Paman Lan, Marco dan Linda," kata Anne sambil menunjuk masing - masing dari mereka.
"Selamat datang, bocah" kata Paman Lan tetap tersenyum lembut.
"Yo!" sahut Marco penuh semangat.
"Um .." jawab Linda sambil malu - malu.
Walther mau tak mau juga harus memperkenalkan dirinya,
"Aku Walther,"
Setelah itu, Anne mengeluarkan kantong hitam yang cukup besar dari mobil dan memberikannya pada Walther,
"Baik Walther, tugas pertamamu adalah memasukkan mayat zombie itu ke dalam kantong ini."
Tanpa membuang - buang waktu, Walther segera mengambil kantong itu dan mulai memasukkan mayat zombie ke dalamnya.
Walaupun Walther dulu sudah sering menerima pekerjaan kotor seperti membersihkan dan membuang mayat, tetap saja dia merasa jijik jika dihadapkan dengan zombie busuk yang terpenggal.
Setelah mengikatnya, dia memberikan kantong itu kepada Anne yang segera memasukkannya ke bagasi mobil.
[Grr ..] [Hrr ..]
Tiba - tiba Marco menunjuk ke suatu arah lalu informasi mengerikan keluar dari mulutnya,
"Yo, lebih baik kita segera pergi dari sini. Lihat! Ada gerombolan zombie menuju kemari."
Dia mengatakan itu sambil mempersiapkan busur silang miliknya.
Seperti kata Marco, jauh di depan mereka ada gerombolan zombie, sekitar 20 sampai 30 zombie.
Berbeda dari zombie yang dibunuh oleh Walther, gerombolan zombie itu bergerak lambat dan terpincang - pincang.
Anne segera memerintahkan kelompoknya untuk masuk ke dalam mobil van,
"Ayo cepat masuk! Kita tidak bisa membuang - buang peluru hanya untuk mereka."
Segera semua anggota kelompok dengan cepat masuk ke dalam mobil.
Hanya Walther sendiri yang masih berdiri di luar itu karena dia bingung saat melihat mereka.
'Kenapa mereka lambat sekali? Berbeda dengan zombie berbaju kuning tadi.'
"Walther! Kau juga cepat masuk!"
"Ya!" sahut Walther tanggap saat mengetahui bahwa yang lainnya sudah masuk ke dalam mobil.
Mobil itu terlihat seperti mobil van yang telah di modifikasi, jadi itu lebih dari mampu untuk menanggung beban 6 orang dewasa.
Walther duduk di posisi paling belakang, di sampingnya ada gadis pirang berkacamata, Linda.
Melihat Linda lebih dekat, ternyata kecantikan Linda hampir menyamai kecantikan Anne.
[Gulp]
Walther menelan air liurnya tanpa sadar.
Selain memiliki kulit putih bersih, dia juga memiliki badan yang sedikit montok dan berisi. Walaupun Linda memakai pakaian yang tertutup tetapi itu tidak bisa menyembunyikan bentuk payudaranya yang lebih besar daripada milik Anne.
Mengetahui bahwa Walther memandanginya dengan panas
"Apa kalian sudah siap?" kata Paman Lan yang berada di kursi depan sebagai pengemudi. Setelah mendapat konfirmasi dari yang lainnya, dia menancap pedal gas tanpa ragu - ragu.
[Broom]
Lalu van tersebut melaju dengan kencang meninggalkan gerombolan zombie di belakangnya.
Saat Walther di dalam mobil, perutnya mulai keroncongan lagi, dia sebenarnya ingin meminta sepotong makanan pada yang lainnya, tapi itu benar - benar tidak sopan bagi anggota baru sepertinya.
Sambil menahan rasa laparnya, dia memutuskan untuk mencoba berkomunikasi dengan sistem,
'Sistem bangsat, apa tidak ada satu pun makanan di perlindungan?'
『Sistem: Tidak ada』
'Kalau begitu bagaimana aku makan? Aku kelaparan di sini?'
Kemudian sistem memberi saran yang tidak pernah dipikirkan di otak kecil Walther.
『Sistem: Mungkin pemilik tidak tahu, bahkan ketika pemilik berada di dunia luar, pemilik masih dapat membangun bangunan yang ada di perlindungan』
Melihat layar tranparan di depannya, dia seolah - olah mendapatkan pencerahan dari tuhan.
『Sistem: Sistem menyarankan agar pemilik segera membangun perkebunan』
Dia memukul kepalanya dengan lemah dan tanpa sadar mengucapkan apa yang di pikirannya,
"Ah, aku benar - benar tidak memikirkannya."
Linda mengira Walther saat ini sedang berbicara padanya, namun karena ucapan Walther tidak terlalu jelas, Linda tidak bisa mendengarnya,
"A-apa kau mengatakan sesuatu, W-Walther?" tanyanya.
"Eh? Tidak tidak, aku hanya bicara pada diri sendiri," kata Walther sambil tersenyum kecut sambil berumpat dalam hati.
'Sial, aku kelepasan.'
"Baiklah kalau begitu," sahut Linda terlihat sedih sambil menundukkan kepalanya.
Mengetahui Linda sedih, hal itu membuat Walther merasa tidak enak. Walaupun itu bukan kesalahannya tetap saja dia merasa bertanggung jawab.
Jika ini di kehidupannya yang dulu, dia tidak akan terlalu peduli dengan hal kecil seperti ini. Namun di kehidupan ini dia telah memutuskan untuk berubah, setidaknya tidak menjadi seorang bajingan seperti dulu.
Mengingat gerombolan zombie yang bergerak lambat, Walther memutuskan untuk mengubah arah pembicaraan,
"Linda, sebenarnya apa yang terjadi dengan gerombolan zombie itu?"
Linda mengangkat wajah cantiknya dan menghadap Walther,
"A-apa maksudmu?"
Melihat bahwa Linda tidak paham, Walther mencoba menjelaskannya lebih detail,
"Ah, entah kenapa aku merasa bahwa gerombolan zombie tadi memiliki pergerakan yang lebih lambat dibandingkan dengan pergerakan zombie berbaju kuning yang kubunuh."
Setelah memikirkannya sejenak, kali ini Linda lebih berani untuk memandang langsung ke mata merah Walther. Dia mengepalkan kepalan tangannya, lalu berkata panjang lebar,
"I-itu, itu karena zombie yang kaulawan adalah zombie khusus, j-jadi itu memiliki kekuatan dan kelincahan yang lebih besar daripada zombie normal."
"Eh, begitukah?"
"I-iya," balasnya sambil malu - malu.
Kemudian Walther mengalihkan pandangannya pada pemandangan gurun melalui kaca van yang dilengkapi dengan rangkaian besi.
'Jadi yang kutemui tadi adalah zombie khusus? Tapi menurut sistem zombie itu adalah zombie level 1, jangan - jangan gerombolan tadi adalah kumpulan zombie level 0? Ah, terserahlah, memangnya aku peduli.'
Walaupun Walther memainkan permainan Royal Refuge, dia tetap hanya memainkannya melalui layar kaca sebuah komputer, tidak benar - benar mengalaminya seperti saat ini.
Jadi dia tidak mengetahui perbedaan besar antara zombie level 0 dan zombie level 1, lagipula zombie level 1 adalah zombie terlemah di permainan Royal Refuge.
'Sistem, apa saja yang dibutuhkan untuk membangun perkebunan?'
『Sistem: Butuh 5 kayu, kayu yang tersedia saat ini adalah 5』
'Kalau begitu segera bangun perkebunan.'