Kedua pemuda itu setelah solat menunggu penerbangan, keduanya duduk di ruang tunggu.
"Jadi Gus saudaranya Neng Ai?"
"Iya. Aku itu sangat dekat, sering curhat, sering berbagi ilmu. Kagum sih, sempat ada rasa ingin berpikiran luas seperti dia. Padahal aku merasa jika Gus Sofil akan cocok lo, aku merasa pasti mereka serasi. Pakde Yai menolak semua Gus yang melamar Ainun. Yang kemarin itu ada anak Ulama' Mesir, ditolak juga. Dalam hatiku berkata, apa sih pesona dari Gus Gokil, padahal Pakde Yai hanya bertemu sekali jika bertemu lagi pasti lupa. Itu pun Gus gokil kabur," jelas Rhido, Fatih memandangnya dan berikir.
"Apa yang menurut Gus, sampai Gus Sofil sangat diinginkan Pakde Yai?"
"Pasti Kiai Dahlan tahu kelebihan Sofil yang tidak bisa kita lihat. Karomahnya atau apa. Lalu selama ini Neng Ai bagaimana? Apa dia menerima? Atau bagaimana? Kalau Sofil aku melihatnya dia menghindar. Semenghindar dan menjauhnya pasti akan bertemu kalau jodoh," jelas Fatih, Rhido memandangnya.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com