webnovel

Paha Ayam

Karena itu, setiap kali, daging yang dilihat ayahnya di mangkuknya hanya melewati mangkuknya sekali dan kembali ke tempat asalnya.

Setelah itu, Qiao Nan dan Qiao Dongliang melakukan hal yang sama, yaitu, mereka mengusap mata mereka untuk menghapus air mata disudut mata mereka.

"Ayah, apakah aku putri kandungmu dan ibu?" Setelah menyeka sudut matanya, Qiao Nan tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya. Jika ia diadopsi, ia akan merasa lebih baik. setelah semuanya, wajar jika anak yang diadopsi mendapat perlakuan yang berbeda dari anak kandung.

Saat ia mengatakannya, Qiao Nan tidak benar-benar membutuhkan jawaban.

Dia masih ingat bahwa sebelum ia kembali ke masa lalu, Qiao Zijin memberi tahu ibunya dengan jelas bahwa tingkat kecocokan organ dalamnya akan lebih baik.

Oleh karena itu, Ia pasti anak kandung orang tuanya, ia dan Qiao Zijin adalah saudara kandung. Qiao Zijin tidak akan membuat lelucon seperti itu.

Kalau ia adalah anak kandung mereka, kenapa ibunya sangat tidak berperasaan padanya?

"Jangan berpikir sebaliknya, ibumu hanya bingung." Qiao Dongliang memaksakan senyum yang nampak lebih buruk daripada tangisan.

Jika Nan Nan berusia tiga tahun, Dia mungkin percaya padanya. Tapi Dia sudah SMP, bahkan Qiao Dongliang pun tidak percaya pada perkataannya sendiri!

Untuk pertama kalinya, Dia tahu bahwa kehidupan macam apa putri bungsunya di rumah. Bahkan sekarang, setiap kali ia memikirkan percakapan dengan dokter dan sorot mata mereka, Qiao Dongliang merasa sangat malu hingga Dia tidak bisa mengangkat kepalanya.

Qiao Dongliang menatap Qiao Nan. "Nan Nan, nanti, saat di rumah, makan saja apa pun yang Kamu mau. Aku akan memberi tahu ibumu ketika Kita kembali.

Qiao Nan mengangguk. "Ayah, bagaimana jika Ibu tidak membiarkan Aku sekolah lagi?"

"Kenapa tidak?" Qiao Dongliang menggelengkan kepalanya. "Ibumu tidak akan ... di jaman sekarang ini, pendidikan itu penting dan nilaimu sangat bagus, mengapa ibumu tidak membiarkanmu sekolah?"

Melihat Qiao Dongliang tidak tahu apa yang sedang terjadi di rumah, atau tentang semua rencana Ibu dan Qiao Zijin, Qiao Nan menghela nafas. Tidak heran jika Ia begitu sengsara di kehidupan sebelumnya.

Ayahnya hanya mengurus masalah di luar rumah. Semua urusan lain di rumah diserahkan pada ibunya untuk dikelola. Tentu saja, ibunya akan mengatakan ini.

"Ayah, aku ingin belajar, aku ingin kuliah!"

"Yah, belajarlah, selama hasilmu baik-baik saja. Aku masih muda, Aku akan memastikan bahwa Kamu pergi ke perguruan tinggi." Mata Qiao Dongliang menyala, Dia tampak sangat senang.

Baginya, hal yang sangat bagus bahwa putrinya sendiri memiliki ambisi.

Qiao Dongliang selalu tahu bahwa tidak peduli sebanyak apapun perkataan baik yang istrinya katakan , dan putri bungsunya jelas beda setahun pendidikannya daripada sulungnya, hasil ujian Qiao Nan selalu lebih baik bagaimanapun ia membandingkannya

Hasil ujian putri sulungnya tidak konsisten dan hanya rata-rata. Putri bungsunya berbeda, Dia selalu juara pertama di kelasnya, dan bahkan di seluruh sekolah.

Setelah selesai dengan tetesan, Qiao Dongliang telah menghabiskan hampir 20 yuan. Dia kemudian minum obat dan naik sepeda ke rumah bersama putrinya yang lebih muda.

____

Segera setelah Qiao Dongliang dan Qiao Nan turun dari sepeda, Ding Jiayi, yang tahu bahwa mereka kembali, segera bergegas keluar, menarik tangan Qiao Dongliang dan bertanya, "Berapa biayanya?"

Wajah Qiao Dongliang lurus, dan nadanya tidak terlalu baik. "Apakah penting berapa banyak yang dihabiskan? yang terpenting penyakit Nan Nan bisa disembuhkan! Tidak masalah jika obat demam sudah kadarluwarsa, rumah sakit memiliki banyak obat-obatan. Lihat, hanya dengan sebotol infus, demam Nan Nan sudah reda."

Meskipun Qiao Dongliang tidak terlalu peduli dengan urusan dalam rumah, Dia bukan orang bodoh.

Istrinya hanya peduli soal uang. Sangat jelas bahwa Dia enggan mengeluarkan uang untuk putri bungsunya.

Semakin istrinya bertingkah seperti ini, semakin Qiao Dongliang ingin menghabiskan uang untuk putri bungsunya. Bagaimana bisa mereka menghemat uang yang dibutuhkan untuk perawatan medis?!

Pikiran Qiao Dongliang tergerak saat ia mengingat pertanyaan yang diajukan Qiao Nan saat mereka berada di rumah sakit. Istrinya bahkan ingin berhemat untuk biaya perawatan putrinya. Akan lebih buruk saat tiba waktunya untuk biaya kuliahnya.

Benar saja, ketika Dia mendengar perkataan Qiao Dongliang, wajah Ding Jiayi menjadi pucat dan Dia sangat menyesali tindakannya.

Perjalanan ke rumah sakit dan infusan, Ding Jiayi menekuk jari-jarinya dan menghitung. Harganya setidaknya 10 yuan, dua pemboros ini.

Jika dia tahu ini akan terjadi, ia tidak akan membuang obat demamnya. Dia mungkin juga dapat menghemat uang dengan membiarkan gadis sial itu mengambilnya. Gadis itu tidak tahu bagaimana cara menghasilkan uang, tapi Dia mempunyai bakat untuk menghabiskannya!

"Aku sudah mengatakan bahwa tidak perlu pergi ke rumah sakit. Obat demam tidak kadarluwarsa, Kau hanya biarkan ia terus meminumnya. "

Karena itu, Ding Jiayi tidak berani memukul pria itu. Dia langsung mengangkat tangannya ke arah Qiao Nan, yang berdiri di samping, dan memberinya beberapa tamparan keras di punggung, menyebabkan suara keras.

Mata Qiao Dongliang menunjukkan kemarahan. Dia melemparkan sepedanya dan menarik putri bungsunya ke belakangnya. "Apa yang Kau lakukan!"

Qiao Zijin terkejut. Dia dengan cepat berdiri dan berkata, "Bu, Nan Nan masih sakit. Nan Nan, Aku akan membantumu kembali ke kamar untuk beristirahat."

Uang sudah dipakai, tidak ada jalan lain walaupun ibunya terus membuat keributan. Ayahnya tidak mungkin meminta uang kembali kepada rumah sakit.

Lagipula, jumlah yang dipakai Qiao Nan hari ini, Dia dapat membayarnya kembali 10 atau 100 kali saat Dia sudah bekerja. Kegelisahan ibunya tidak diperlukan.

Qiao Nan melirik Ding Jiayi, dan membiarkan Qiao Zijin membantunya kembali ke kamar untuk beristirahat. Dia tahu bahwa, disepanjang hidupnya, sangat langka baginya menerima bantuan Qiao Zijin. ia selalu menjadi orang yang membantu Qiao Zijin.

Panasnya sudah mereda. Setelah kekacauan hari ini, Qiao Nan benar-benar kelelahan. Selain itu, ia hanya makan setengah. Iapun langsung jatuh tertidur.

Qiao Nan tidak peduli dengan sesuatu yang akan terjadi selanjutnya. ia kembali ke kamarnya dan tertidur tak lama setelah ia menutupi dirinya dengan selimut. Dalam keadaan tidak sadarnya, ia sepertinya mendengar suara orang tuanya bertengkar.

Di saat tidur nyenyak, Qiao Nan dalam hatinya diam-diam melafalkan. Silakan, bertengkar. Silakan, bertengkar.

Di kehidupan sebelumnya, agar orang tuanya bisa akrab, Ia membantu membujuk mereka setiap kali orang tuanya bertengkar. Akibatnya, ia harus mengorbankan dirinya sendiri setiap saat gantinya adalah kedamaian dalam keluarga.

Di kehidupan ini, ia tidak akan melakukan kesalahan yang sama lagi!

Keesokan harinya, Qiao Nan bangun dan dengan semangat yang bagus. Setelah demamnya mereda, ia bahkan tidak menderita batuk ataupun pilek. Seluruh tubuhnya hidup dan bersemangat.

"Nan Nan, kamu sudah bangun?"

"Bangun."

"Bolehkah Aku masuk?"

"Masuklah jika Kau mau."

Qiao Nan tidak mengatakan apakah ia mengizinkan atau tidak Qiao Zijin masuk. ia membiarkan Qiao Zijin membuat keputusannya sendiri.

Qiao Zijin, yang berdiri di pintu, tertegun. Qiao Nan bertingkah aneh sejak kemarin dan tidak seperti dirinya yang biasanya.

Qiao Zijin mendorong pintu, dan tentu saja, Dia masuk. "Nan Nan, Aku sudah sabar di dalam hatiku. Bisakah Aku bicara denganmu?"

Tidak ada ekspresi di wajah Qiao Nan. "Bicaralah jika Kau mau, atau jangan jika Kau merasa sebaliknya."

Qiao Zijin berhenti dengan sikap Qiao Nan ini. "Nan Nan, ada apa denganmu, apakah Kamu marah padaku?"

Di masa lalu, Qiao Nan tidak berbicara dengannya dengan cara ini. Biasanya, Qiao Nan akan khawatir tentang masalahnya dan kemudian membantu untuk menyelesaikannya.

Meskipun Dia lebih tua dari Qiao Nan, kenyataannya adalah, Qiao Nan lebih memperhatikan Qiao Zijin dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Qiao Zijin tidak menyukai adiknya ini, tetapi Dia terbiasa Qiao Nan bersikap baik padanya. Saat dihadapkan dengan sikap acuh tak acuh Qiao Nan terhadapnya, Dia akan bvh tidak bisa langsung beradaptasi.

Qiao Nan tertawa dan menatap Qiao Zijin, "Mengapa Kau berpikir Aku marah padamu?"

***