"Cepat habiskan sarapanmu dan segera berangkat kerja."
"Kau … mengusirku, ya …," gerutu Bass dengan candanya.
Bass pun segera menghabiskan sarapannya dan bersiap untuk berangkat kerja. Gisel membantu membawakan tas bekal makan Bass dan mereka pun berjalan keluar rumah untuk mengampiri mobil Bass yang mesinnya sudah menyala karena sedang dipanaskan.
"Sayang, apa ada tetangga baru di sebelah?" tanya Bass, melihat ada mobil di depan rumah tetangganya.
"Kemarin ada yang pindahan. Tapi aku tidak keluar untuk menyapa," jawab Gisel.
Bass dan Gisel melihat dua orang yang sedang keluar dari rumah tersebut dan mereka sudah tidak asing lagi dengan tetangga barunya tersebut.
"Anton?!" ucap Bass terkejut ketika melihat tetangga barunya adalah Anton dan sang istri, siapa lagi kalau bukan Clarine.
"Bass? Kau tinggal di sebelah?" tanya Anton seolah ia baru tahu kalau Bass berdomisili di sebelah rumahnya. "S—sebenarnya aku tahu kau tinggal di perumahan ini, tapi aku tidak tahu kalau rumah yang aku sewa ini bersebelahan denganmu," lanjut Anton menjelaskan.
"Hm. Aku pernah mendengar dari Aaron, kau sedang mencari tempat tinggal untuk sementara. Tapi aku tidak menyangka kalau kau akan tinggal di sebelah rumahku. Selamat datang, Anton dan Clarine, di komplek ini. Semoga kita bisa bertetangga dengan baik," balas Bass, menyambut Anton dan Clarine dengan sangat baik.
Gisel memberikan senyum kepada Anton dan juga Clarine, pasanga suami istri itupun membalas senyuman Gisel dengan ramah. Mereka memiliki harapan bisa bertetangga dengan baik dan saling menolong jika berada dalam kesulitan.
"Clarine, kau bisa berkunjung ke rumah kami, jika merasa bosan di rumah. Gisel selalu berada di rumah bersama anak-anak," tutur Bass memberikan penawaran.
"Iya .. terima kasih, Bass … aku akan senang jika bias menjadi teman baik untuk Gisel," ujar Clarine, terlihat begitu bahagia mendapat teman baru seperti Gisel.
***
Clarine menutup pintu rumahnya dan tidak jadi mengantar sang suami pergi ke kantor. Rencananya untuk pergi hang out bersama teman-temannya hari ini, membuatnya harus mengantar Anton ke kantor agar ia bisa menggunakan mobilnya. Namun karena adanya Bass, Anton pun bisa pergi bersama dengan tetangga barunya sekaligus rekan kerjanya di kantor dan Clarine bisa mempersiapkan diri lebih awal untuk pergi.
Sementara itu di perjalanan, Bass dan Anton yang belum terlalu akrab memilih untuk banyak diam. Anton terlihat hanya diam sembari melihat pemandangan yang ada, lalu Bass fokus pada kemudi.
"Kau sudah lama menikah?" tanya Bass, membuka pertanyaan agar keduanya tidak begitu canggung.
"Lumayan. Sudah hampir tiga tahun. Bagaimana denganmu?" Anton balik bertanya usai menjawab pertanyaan dari Bass.
"Sudah. Kau lihat sendiri, anakku sudah besar," jawab Bass.
Suasana kembali hening. Keduanya memang belum akrab sehingga mereka lebih nyaman jika hanya saling diam seperti itu.
Setibanya di kantor, Aaron melihat heran dengan kebersamaan Bass dan Anton yang keluar dari mobil yang sama.
"Itu bukannya mobil Bass?" gumam Aaron penuh penasaran. Aaron pun segera menutup pintu mobilnya dan menghampiri Bass juga Anton yang baru saja keluar dari dalam mobil.
"Kalian pergi bersama?" tanya Aaron tiba-tiba membuat Bass dan Anton terkejut. "Aku sedang tidak memergoki pasangan kekasih yang sedang berselingkuh, bukan? Jadi untuk apa kalian terkejut?" tanya Aaron, merasa benar.
"Kehadiranmu yang tiba-tiba seperti ini yang membuat kami terkejut, Ron. Kau tumben sekali, datang ke kantor sesiang ini. Biasanya kau selalu menjadi orang pertama di kantor?" jawab Bass, juga mengajukan pertanyaan kepada Aaron.
"Aku sudah bangun jam 6 pagi, tapi tidur lagi dan akhirnya kesiangan, hahaha …," jawab Aaron dengan kekehannya.
Bass hanya menggelengkan kepalanya dan berlalu.
"Hey, Bass! Kau belum menjawab pertanyaanku!" ujar Aaron, masih saja ingin tahu.
"Pertanyaan yang mana, Ron?" Bass balik bertanya.
"Kau dan Anton, pergi bersama?" tanya Aaron mengulang pertanyaannya.
"Iya. Kami kini bertetangga untuk sementara waktu. Rumahnya berada tepat di sebelah rumahku. Kebetulan mobil Anton akan digunakan oleh istrinya, jadi kuajak saja pergi bersama. Bukan begitu, Anton?" tutur Bass menjelaskannya.
"Iya. Kau ini … terlalu ingin tahu saja urusan orang," cicit Anton dengan kekehannya sembari menyinggung Aaron. Namun Aaron tidak tersinggung sama sekali dan tetap terlihat percaya diri.
***
Clarine baru saja menepikan mobilnya di sebuah hotel, dimana ia sudah mengadakan janji temu dengan teman-teman lamanya untuk makan siang bersama di sana. Clarine juga membawa beberapa buah tangan untuk teman-temannya, yang sengaja ia simpan dan sisakan untuk mereka.
Pertemuan Clarine dengan teman-teman, selain untuk mengadakan arisan perdana, mereka juga sudah mempersiapkan beberapa bahan pembicaraan untuk dijadikan ajang pamer, juga membicarakan orang-orang.
"Girls, sekarang Clarine kita sudah tidak seperti dulu lagi, yaa … Seharusnya si cinta pertama mu itu menyesal sekarang, melihatmu menjadi wanita idaman, yang cantik, kaya dan sukses!" tutur salah satu temannya, yang sebenarnya dulu tidak begitu dekat dengan Clarine.
"Kau beruntung sekali menikah dengan suamimu itu. Kalian bertemu di luar negeri, bukan?" lanjut teman yang lainnya bertanya.
Rentetan pertanyaan juga pujian dilontarkan oleh teman-teman Clarine. Clarine menanggapinya dengan baik, walau sebenarnya ia sama sekali tidak menyukai teman-temannya yang berada dalam arisan ini.
Usai melakukan makan siang dan mengocok arisan, Clarine pun pergi lebih dulu dari teman-teman yang lain, untuk bertemu dengan teman-temannya yang lain, dimana kali ini adalah teman-teman terdekatnya yang sudah sangat ia nantikan moment hang out nya pada hari ini.
Tanpa Clarine sadari, teman-teman arisannya menjadikan Clarine sebagai bahan pembicaraan, dimana mereka juga sebenarnya dulu mengucilkan Clarine dan enggan berteman dengan Clarine. Namun ajakan arisan dari mereka diterima oleh Clarine, semata hanya untuk menunjukkan kalau Clarine sudah tidak seperti dulu lagi.
Clarine yang sangat cantik telah diakui prestasinya hingga ke mancanegara. Tidak seperti dulu, ia yang selalu mendapat juara umum, namun tidak pernah dianggap oleh teman-temannya, bahkan guru-gurunya di sekolah. Seperti mau tidak mau memberikan penghargaan tersebut kepada seorang Clarine.
"Jelas belum memiliki anak, siapa yang ingin memiliki anak dari keturunan seorang Clarine."
"Mau divermak seperti apapun, tetap saja aslinya dia tidak sesempurna itu."
"Jika bukan karena dia yang sudah menjadi orang terkaya diantara kita, aku juga enggan mengajaknya arisan bersama."
***
"GILA! Kau berani bergabung dengan mereka?"
"Aku hanya ingin menunjukkan, kalau aku adalah Clarine yang sekarang. Mereka tidak perlu lagi mengingat bagaimana diriku dulu. Lagipula … semua orang kini telah melihatku sangat sempurna seperti ini," balas Clarine, menanggapi pertanyaan temannya yang syok saat tahu kalau Clarin nekat bertemu dengan teman-teman sekolahnya.
"lalu, sekarang kau tinggal dimana, selama rumah kalian di renovasi?"
"Aku tinggal bersebelahan dengan seorang pria sempurna yang mampu membuat seorang Clarine ingin memilikinnya."
"Tunggu! Maksudmu … pria beristri itu?"
"Ya … kini kami menjadi tetangga …."