"Gisel, kita sudah lama tidak berbincang obrolan dewasa seperti ini. Setiap hari hanya menceritakan pengalaman dan kegiatan saja. Aku juga ingin kita membahas tentang keintiman kita," ujar Bass, menjelaskan apa yang ia inginkan.
"Kau ingin apa, Bass?" tanya Gisel.
"Aku ingin kita membuat adik untuk Kean dan Kayla," jawab Bass tegas.
"Tapi kita sudah sering melakukannya."
"Kita melakukannya tanpa niat ingin menambah momongan. Kali ini kita harus melakukannya dengan niat, agar diberi momongan lagi."
"Tidak perlu beralasan untuk melakukannya, Bass. Katakan saja kalau kau meminta jatah malam ini."
***
"Kalau aku tinggal di apartemen, bagaimana jika perumahan tempat tinggal Pak Carlos atau kau tempati saja nanti bekas rumahnya," ujar Aaron memberikan saran kepada Anton yang sedang menanyai mengenai lingkungan tempat tinggal rekan-rekan kerjanya di kantor.
"Tidak bisa. Rumahnya akan ditempati oleh adik istri. Tapi kalau kau ingin melihat-lihat kondisi lingkungannya, silakan saja. Perumahan tempat tinggal kami sangat recommended," balas Carlos, memberitahu tentang tempat tinggalnya.
"Hmmm, to do list. Tapi aku harus memiliki beberapa rekomendasi yang nantinya akan dipilih oleh Clarine. Dia yang akan tinggal lama di rumah, jadi harus dia yang merasakan aman dan nyaman pada tempat tinggal kami nanti," tutur Anton.
"Anton, mengapa kau tidak bertanya kepada Bass? Tempat tinggalnya berada di kawasan elite yang masih banyak sekali rumah kosong. Itu adalah perumahan yang baru berdiri 2 tahun terakhir ini, Bass juga baru pindah ke rumah itu sekitar satu tahun lalu," tutur Aaron memberikan saran lain.
"Hmmm, bisa kau beri alamatnya kepadaku? Nanti aku akan melihat langsung bagaimana kondisi lingkungannya di sana."
***
Bass memarkirkan mobilnya dengan sempurna di depan rumah. Matanya tertuju pada rumah di sebelahnya yang tidak biasanya terlihat terang. Rumah tersebut belum pernah dihuni oleh siapapun sejak rumah itu berdiri, karena rumah tersebut hanyalah dijadikan aset oleh si pemilik rumah. Tidak ingin menghiraukannya, Bass pun memilih untuk berlalu dan masuk ke dalam rumah.
Di dalam rumah, Bass disambut oleh kedua anaknya yang berlari menghampiri dirinya, disusul oleh Gisel yang tampak membawakan secangkir minuman untuk Bass. Bass yang kini sedang menggendong kedua anaknya sekaligus pun, meminta Gisel untuk meletakkan minumannya di atas meja saja.
"Biarkan Ayah istirahat dulu, Kayla, Kean … ayo kalian pergi ke kamar," pinta Gisel, usia meletakkan cangkir minuman tersebut di atas meja, sesuai permintaan sang suami.
Kayla dan Kean pun menurut, mereka segera meminta turun dari gendongan Bass dan berlari menuju ke kamar mereka yang berada di lantai dua. Sementara itu Gisel memilih untuk menemani sang suami yang kini duduk di sofa ruang tamu, sembari menikmati minuman hangat yang disiapkan olehnya.
"Terima kasih, sayang," ucap Bass, kemudian ia memberikan kecupan hangat nan mesra di kening Gisel.
"Sayang, aku tidak masak hari ini. Jika kau ingin kita makan di luar, aku akan berganti pakaian. Tapi jika kau tidak ingin keluar, aku bisa membuatkanmu mie instan," ujar Gisel.
"Tidak perlu, sayang. Kalau hanya sekadar mie instan aku bisa membuatnya sendiri."
"Tapi aku juga belum makan, Bass. Aku menunggumu."
"Oh begitu … hmmm, baiklah. Aku ingin mie instan goreng dengan telur dadar dan juga irisan sosis, cabai rawit, daun bawang, tak lupa sawi hijau dan juga tauge. Jika kita memiliki ayam fillet atau kornet, tolong berikan topping itu di atasnya. Lalu … apa kau bisa membawanya ke kamar?"
"Kita makan di kamar?"
"Iya, sayang. Aku lelah jika harus naik dan turun tangga lagi," rengek Bass.
"Baiklah … sekarang kau mandi dan segera tidurkan anak-anak. Aku akan membuatkan makanan sesuai dengan pesananmu, ya …."
***
Satu jam berlalu, makanan yang diminta oleh Bass pun sudah tersedia di meja kamar. Namun Bass masih belum terlihat di kamarnya, juga di kamar mandi. Sepertinya Bass sedang menidurkan kedua anaknya di kamar sebelah. Gisel pun memilih untuk tidak menyusulnya dan ia menunggu di kamar saja, hingga Bass datang untuk makan malam bersamanya di kamar.
Cklek
Pintu kamar terbuka, memperlihatkan Bass yang masuk ke dalam kamarnya dan kemudian menghampiri Gisel yang kini sedang duduk di atas karpet, dekat dengan tempat tidur mereka.
Makan malam dan minuman mereka sudah tersedia di atas meja kecil yang disiapkan oleh Gisel.
"Lekas makan, hari semakin larut," tutur Gisel.
"Baik, sayang!" Bass pun mengambil sumpit dan segera menyantap masakan instan sang istri. "Hmmm, enak sekali, sayang …," puji Bass menikmati sekali makan malamnya.
"Itu hanya mie instan, sayang … semua orang juga bisa membuatnya."
"Tapi mie buatanmu sangat enak. Sangat berbeda dengan masakan orang lain," elak Bass, tetap bersikeras memuji Gisel. "Kau memang istri idaman, sayang. Aku sangat bersyukur memilikimu."
Gisel tersenyum dan ia pun menyantap mie goreng instan yang ia masak sama persis seperti apa yang diminta oleh Bass. Bass terlihat sangat menyukai masakan istrinya. Ia memang selalu bersyukur karena memiliki Gisel sebagai istrinya, yang baginya sangat sempurna, tak ada cacat sama sekali dimatanya.
Begitupun Gisel yang juga sangat bersyukur memiliki suami seperti Bass. Pria yang sangat bertanggung jawab dan selalu memuliakan dirinya sebagai seorang istri.
***
Mentari menyambut pagi Bass dan Gisel dengan cerah. Keduanya beranjak dari tempat tidur untuk memulai kegiatannya masing-masing. Bass segera pergi ke kamar mandi untuk bersiap-siap berangkat kerja, sementara Gisel menuju ke dapur untuk membuatkan sarapan dan juga bekal makan siang untuk Bass.
Terkadang sesekali Gisel memasak bukan hanya untuk sarapan saja, namun juga untuk bekal makan siang sang suami. Namun Bass lebih sering makan di luar karena ia tidak ingin Gisel terlalu sibuk di pagi hari.
"Hari ini aku buatkan kau makan siang, ya," ujar Gisel, sembari menyiapkan piring untuk sarapan sang suami.
"Baik, sayang," balas Bass yang barus saja tiba di meja makan dan segera duduk, sudah siap untuk dilayani oleh sang istri.
"Sarapannya nasi goreng saja. Untuk makan siang nanti, aku sudah buatkan makanan kesukaanmu," tutur Gisel.
"Mau nasi goreng, mie goreng, telur, tahu, tempe, apapun yang dimasak oleh tanganmu, pasti rasanya sangat enak," ujar Bass memuji.
"Kau bisa saja. Cepat habiskan sarapanmu dan segera berangkat kerja."
"Kau … mengusirku, ya …," gerutu Bass dengan candanya.
Bass pun segera menghabiskan sarapannya dan bersiap untuk berangkat kerja. Gisel membantu membawakan tas bekal makan Bass dan mereka pun berjalan keluar rumah untuk mengampiri mobil Bass yang mesinnya sudah menyala karena sedang dipanaskan.
"Sayang, apa ada tetangga baru di sebelah?" tanya Bass, melihat ada mobil di depan rumah tetangganya.
"Kemarin ada yang pindahan. Tapi aku tidak keluar untuk menyapa," jawab Gisel.
Bass dan Gisel melihat dua orang yang sedang keluar dari rumah tersebut dan mereka sudah tidak asing lagi dengan tetangga barunya tersebut.
"Anton?!"