Manda menjejak langkah di anak tangga dengan tatapan mengarah ke satu titik, ruang makan. Di sana Rifaldi bersiap menjalankan ritual sarapan tanpa Miranti.
Seiring langkah mendekat, jantung Manda seakan tidak menemukan ritmenya. Berdegup sangat kencang dan tidak beraturan.
Please, tenanglah hatiku, jangan berisik seperti itu! Batin Manda, terkadang kesal, kalau sudah sulit mengendalikan perasaannya.
"Hai, Manda, sini sarapan bareng!" ajak Rifaldi begitu melihat adik ipar di dekatnya.
"Pagi, Bang Rif."
"Pagi juga, Manda. Duduk!"
"Iya, terima kasih."
Ini kali kesekian mereka sarapan berdua yang kerap kali diiringi tabuhan genderang dalam dada Amanda. Terlebih bayang kemesraan sewaktu bangun tidur tadi kembali melintas, membuat tubuh Manda sedikit meradang.
"Hmmm, wajahmu kenapa?" tanya Rifaldi, sedari Manda duduk matanya tidak lepas mengawasi wajah cantik di seberangnya.
Amanda gelapan, refleks membingkai pipi, rasanya agak panas. "Memangnya di wajahku ada apa?"
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com