Bang Zidane sudah duduk tak jauh dari Papaku. Pun aku juga ikut duduk. Penasaran juga, apa yang ingin Papaku sampaikan kepada bang Zidane.
Bang Zidane terlihat menundukan pandang. Seperti itulah lelaki ini bermuka dua kalau aku bilang. Karena dia selalu terlihat manis jika di depan semua orang, terutama orang tuaku. Tapi terlihat menyebalkan jika di hadapanku sendiri.
Papaku terlihat menatap tajam ke arah bang Zidane. Tatapan tajam papaku itu, terlihat cukup membuat bang Zidane gerogi. Terbukti ia terlihat tak nyaman duduknya Berkali-kali membenahi posisi.
Sebenarnya aku juga merasa tak nyaman. Karena aku sendiri faham betul watak lelaki bergelar suamiku ini. Bisa saja dia berbalik kata, seolah aku yang salah. Hemm ... tapi aku percaya sama papa. Karena papa bukan tipikal orang yang gampang percaya. Bukan orang yang menelan mentah-mentah apa yang beliau dengar.
Apoie seus autores e tradutores favoritos em webnovel.com