webnovel

Chaptet14: Hampa

Satu bulan kemudian ...

Elea kini mulai terbiasa dengan aktivitas barunya. Setiap pagi kecuali Sabtu dan Minggu, ia selalu berangkat ke kantor dengan menjalankan pekerjaan juga tanggung jawabnya sebagai CEO di Perusahaan milik keluarganya.

Awalnya memang cukup berat bagi Elea untuk bisa melalui hari-hari tersebut. Namun berkat dorongan dari kedua orang tuanya, Elea mampu membuat semuanya menjadi mudah.

Masih, berada di dalam kamarnya yang mewah bernuansa putih tulang tersebut, Elea duduk di depan cermin meja riasnya yang penuh dengan make-up ataupun skin care milik Elea.

"Di mana kamu saat ini, Ansel?" gumam Elea dengan pancaran wajah muram.

Ya, setelah acara penyematan Elea menjadi CEO satu bulan yang lalu, diketahui Ansel pergi begitu saja dikala acara masih berlangsung tanpa sepengetahuan Elea karena ada sesuatu yang terjadi di acara tersebut yang membuat Ansel begitu kesal hingga memutuskan untuk pergi.

Tepat satu bulan dihari ini, Ansel menghilang begitu saja tanpa kabar. Membuat Elea khawatir karena disetiap Elea datang ke rumah Ansel pada akhir pekan, Ansel tak pernah ada di rumah. Entah ia bersembunyi, atau memang sedang berada jauh dari rumah.

Selama satu bulan ini, Ela menjalani harinya sebagai CEO baru yang penuh dengan tantangan. Sebuah tantangan yang menuntutnya untuk tetap fokus. Namun apa daya, fokus Elea tidak bisa sepenuhnya ia berikan pada pekerjaannya. Karena memang ada hal yang membuat janggal hati dan perasaan Elea yaitu tentang menghilangnya Ansel Candra dari kehidupannya.

Begitu pula dengan apa yang terjadi di pagi hari ini. Elea beranjak dari kursi setelah bercermin cukup lama saat merias wajah. Mau tidak mau, Elea pun harus tetap bersikap profesional dalam pekerjaannya saat ini.

BRUG~~~

Elea menutup pintu kamarnya dengan agak keras hingga mengejutkan ibu dan juga sang ayah yang sedang berada di ruang makan. Sontak hal itu pun langsung membuat mereka pun melihat ke atas.

Tak lama kemudian, Elea pun tiba di ruang makan menghampiri kedua orang tuanya. Kedua pasang mata ibu dan juga sang ayah pun tak bisa berpaling menatap putri satu-satuny tersebut yang datang tanpa menyapa keduanya.

''Elea!'' panggil pal Bakrie dengan sedikit nada yang tinggi.

Elea yang kini telah duduk dan sedang mengambil minum, tak langsung menoleh pada sang ayah. Hal itu pun membuat pak Bakrie meradang dan memanggil nama Elea dengan nada yang sangat tinggi hingga menggebrak meja makan.

''ELEA!'' wajah pak Bakrie memerah sehingga membuat sang istri pun merasa takut jika Elea dan suaminya itu akan bertengkar. ''Sabar, Yah!'' ujar sang istri sembari mengelus-elus pundak pak Bakrie dan menitah sang suaminya itu untuk duduk kembali.

''Ada apa, Yah?'' tanya Elea sembari meletakkan kembali gelas yang baru saja ia akan angkat tersebut. Elea dengan santainya bertanya seperti itu pada sang ayah yang sedang meradang.

''Apa kamu tidak menyadari adanya ayah dan ibu di sini? Apa kamu dengan sengaja tidak ingin menyapa kami berdua?'' tanya pak Bakrie yang masih terdengar emosi pada Elea.

''Yah, apa yang Ayah lakukan terhadap Alex?'' tanpa basa-basi Elea pun langsung membalas pertanyaan sang ayah dengan kembali bertanya tentang Alex atau Ansel.

Pak Bakrie tersenyum kecil saat mendengar pertanyaan Elea. Beliau tak menyangka bahwa Elea akan bersikap seperti ini padanya hanya karena Alex atu Ansel yang memang sudah diketahui oleh sang ayah siapa Ansel sebenarnya.

"Apa kamu tega perlakukan kedua orang tuamu seperti ini hanya karena laki-laki itu, Elea?" tanya pak Bakrie.

Elea pun terdiam. Bibirnya bergetar, tatapan kedua matanya memancarkan kekesalan yang amat sangat luar biasa.

"Ayah, apa Ayah lupa dengan kesepakatan yang kita buat? Selama satu bulan ini aku menjalankan pekerjaanku dengan baik dan benar. Tapi, kenapa Ayah perlakukan mas Alex seolah-olah Ayah tidak menginginkan keberadaannya?" tanya Elea seraya meneteskan air mata sedikit demi sedikit.

"Elea, bukan begitu maksud Ayahmu. Kamu jaga emosi kamu," ujar sang ibu yang mencoba menjadi penengah antara suami dan anaknya tersebut.

"Kesalahan apa yang Ayah perbuat? Apa Ayah mengusir Alex di acara penyematan kamu sebagai CEO? Apa Ayah tidak mengizinkan Alex masuk ke dalam gedung? Tidak, kan?"

"Bukan begitu, Yah. Apa Ayah sadar dengan sikap Ayah pada Alex setelah partner bisnis kita datang? Ayah sama sekali tidak menghargai Alex sebagai kekasihku! Dan sekarang, Alex menghilang. Aku tidak tahu harus melakukan apa, Yah!" teriak Elea seraya menangis tersedu. Emosinya tak bisa ia bendung lagi.

Namun pak Bakrie sangat senang mendengar Alex yang kini menghilang dari kehidupan Elea. Ya walaupun pak Bakrie sangat kecewa dengan sikap Elea yang kini berani melontarkan kalimat dengan nada tinggi padanya.

"Itu bukan salah Ayah!" ucap pak Bakrie yang lalu pergi meninggalkan ruang makan membiarkan Elea menangis.

Sedangkan sang ibu tidak mengatakan apapun karena beliau menyusul suaminya pergi ke kamar.

Elea pun duduk kembali. Air matanya semakin turun deras saat ia tak mendapatkan jawaban apapun dari sang ayah tentang sikap pak Bakrie tempo hari di acara penyematan dirinya sebagai CEO.

Karena kesal, Elea pun memutuskan untuk tidak pergi ke kantor hari ini.

Elea beranjak dari duduknya lalu bergegas pergi ke luar rumah. Ia naik ke dalam mobil kesayangan lalu pergi begitu saja.

Saat di dalam perjalanan, Elea pun tak tahu harus pergi ke mana. Karena memang hari masih pagi. Maka dari itu, Elea memilih taman dekat rumah Ansel sebagai tujuan untuk menenangkan diri. Selain itu, Elea berharap akan bertemu dengan Ansel di sana. Walaupun sangat kecil kemungkinan Ansel lewat di taman tersebut pada pagi hari ini.

Semenit ...

Dua menit ...

Elea pun sampai di taman dekat rumah Ansel. Ia segera turun dari mobilnya lalu berjalan menghampiri sebuah bangku taman yang berada di ujung sana.

Suasana pagi hari di taman tersebut mengingatkan Elea pada saat Elea sering menunggu Ansel dulu. Senyum kecil terpancar di wajah Elea walaupun hatinya sangat keruh bersedih dengan keadaannya yang saat ini jauh dari sang kekasih.

Saat Elea duduk menyandarkan dengan lamunannya, seketika dirinya dibuat terkejut dengan bunyi klakson mobil yang parkir di sebelah mobil Elea.

Saat Elea menoleh, ia tak percaya bahwa sosok yang ia lihat adalah ...

Setelah membunyikan klakson mobilnya, sosok laki-laki itu pun berjalan mendekati Elea yang masih asyik duduk sembari memerhatikan langkah demi langkah yang dipijaki laki-laki tersebut.

"Mau apa dia datang ke sini? Dan ... Bagaimana dia tahu kalau aku ada di sini?" batin Elea seraya menatap laki-laki yang sebentar lagi akan berada di hadapannya.